2.5

19 7 1
                                    

"Ke mana kita akan pergi?" tanyaku setelah memiliki langkah yang sejajar dengan beliau.

Masih dengan langkah kaki yang lebar itu beliau menjawab, "Kita akan menuju kaki Gunung Agnyana. Saya rasa dia orang yang tepat." Aku tidak bertanya lagi. Kakiku terasa begitu ringan. Langkah yang kuambil tak lagi terasa melelahkan.

Matahari telah tenggelam di sisi barat ketika kami tiba di kaki Gunung Agnyana. Raden Sura mengajakku beristirahat di sebuah pondok sebelum kami melanjutkan perjalanan. Katanya tak baik bermain di gunung ketika malam telah tiba. Apalagi ini salah satu area terlarang di Tanah Rembulan. Tidak terlalu buruk untuk tinggal di pondok ini. Bahkan ini lebih baik daripada tidur di dalam tenda kecil yang selalu kubawa.

"Makan ini." Pria itu memberiku benda menggeliat di atas piring. "Hewan ini masih hidup?" Anggukannya cukup menjadi jawaban. Apa rasanya enak? Sepertinya sangat enak. Raden Sura saja menyeruput isi di dalam makhluk ini dengan begitu nikmatnya. Aku pun akan mencoba menyesap isinya.

Luar biasa. Tekstur luarnya yang kenyal dan agak menjijikkan berhasil mengelabuiku. Isinya sangat lembut. Rasanya seperti susu, tetapi ini lebih kental. Teksturnya mirip dengan bubur lembut yang dulu sering dibuat oleh Ratu Archie. Aku yang awalnya seakan tak mau, kini malah menginginkan lebih lagi. Raden Sura yang melihat caraku makan sampai geleng-geleng kepala.

"Setelah ini cepatlah istirahat. Besok kita akan segera menemui orang penting." Raden Sura membereskan semua ini hanya dengan jentikan jari.

"Maaf, apa saya boleh tahu siapa orang yang Anda maksud?" tanyaku padanya sebab rasa penasaranku yang tak lagi bisa kutahan. Beliau berdiri melangkah mengambil tikar dan selimut lalu memosisikan diri sedemikian rupa untuk tidur. Beliau tak mengacuhkanku. Ya sudahlah, lebih baik aku tidur juga. Aku turut merebahkan diri di atas tikar yang digelar oleh Raden Sura. Pondok kayu ini cukup hangat. Baiklah. Aku harus tidur dan segera mendapatkan jawaban esok hari.

Sayangnya otakku punya begitu banyak pertanyaan yang membuatku kesulitan untuk memejamkan mata. Ini berakhir buruk. Memalukan. Raden Sura bangun lebih awal daripada diriku. Beliau yang merapikan pondok ini sebelum kami meninggalkan tempat ini. Bahkan beliau juga yang menyiapkan sarapan. Sungguh memalukan. Tak biasanya aku seperti ini.

"Orang-orang kerajaan sama saja ya. Kalian selalu menginginkan pelayanan." Kalimat yang meluncur dari bibirnya menusuk tepat di jantungku. Tentu tidak demikian. Ratu Arthania mengajarkanku untuk selalu melayani diri sendiri dengan baik dan sebisa mungkin untuk tidak menyulitkan orang lain. Akan tetapi, kali ini semua di luar kendaliku. Ingin aku menyangkalnya, tetapi aku rasa ini tak berguna. Aku hanya membantunya menata beberapa benda ke tempat semula.

"Mari kita berangkat. Setelah kau sampai nanti aku harus pergi. Lakukan tugasmu dengan baik, Nak. Setelah selesai kembalilah ke rumahku, aku ingin menitipkan sesuatu untuk Ratu Arthania." Aku hanya mengangguk.

Kali ini kami menuju sebuah gua di Gunung Agnyana. Lokasinya tertutup pepohonan. Gua ini begitu indah. Stalaktit yang tergantung dengan warna-warni indah dari batuan di dalamnya menjadi sumber cahaya bagi gua dalam ini. Biasanya aku memasuki gua yang lebih kami kenal dengan sebutan labirin perburuan. Kali ini aku memasuki gua yang sebenar-benarnya gua. Tempat ini terbagi menjadi beberapa ruangan. Salah satunya akan kami kunjungi.

"Kau semakin kurus saja, Nam." Orang yang sebelumnya duduk rapi di atas air itu kini membuka matanya. Dia melangkah di atas mata air yang memancarkan cahaya biru dan ungu itu. Tubuhnya begitu kurus. Tulang rusuknya saja terlihat begitu jelas. Rambutnya yang putih ditahan oleh ikat kepala yang sama putihnya.

"Kau mengganggu saja." Suaranya berat dan berwibawa. Sejuk bila didengar. "Maaf, Nam. Aku hanya mengantarkan anak ini." Raden Sura menepuk bahuku. Aku yang terkejut refleks menunduk. Sekalian sebagai tanda hormat saja, pikirku. Segera setelahnya aku memperkenalkan diri dan menyatakan maksud kedatanganku ke tempat ini.

Behind The Moonlight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang