Dia iri?
"Kenapa? Apa kau iri padanya?" Sial! Bibir ini bergerak dengan sendirinya.
"Bu-bukan begitu. Aku hanya ... sudahlah lupakan saja." Wajahnya memerah. Entah kenapa bibir ini menyunggingkan senyum setelah melihat tingkahnya yang kebingungan. "Kau mau mendengar beberapa rahasia?" Seketika gadis itu melayangkan tatapan tajam yang menusukku.
"Jangan beritahu siapa pun, ya?" Karin mengangguk cepat. "Sara itu adik kandungku." Aku tersenyum setelah mengucapkan hal itu.
"Sungguh?" Dia menatapku tak percaya. Anggukanku menjadi jawaban pasti. "Wah! Maaf, aku sudah salah sangka. Kukira kalau kau dan Sora berebut gadis itu sampai Rena jadi cemburu seperti kemarin."
Rena? Bukan dirimu yang cemburu? Astaga! Ada apa dengan otakku?
Warna hijau pada dirinya mulai tergantikan dengan sinar merah muda yang menenangkan. Eh, merah muda? Itu kan warna ...
"Hoi! Sudah pukul lima dan kau tak membangunkan kami?! Kemari kau!" Bencana tiba ketika kau melupakan sesuatu.
"Maaf, ini salahku." Karin mengambil cangkir yang ada di tanganku.
Dia segera berlari menuju arah Iris. Mereka berbicara sesuatu. Aku tak peduli. Lebih baik aku membangunkan dua pemuda yang masih terlelap dengan air liur meluber keluar mulutnya. "Beri aku lima menit lagi," racau Jason.
Aku menendang bagian betis pemuda itu dengan sedikit keras. "Serikat lain sudah menunggu!" Seketika dia membelalakkan matanya. "Kenapa kau baru membangunkanku?!" serunya sembari melepas kepompong lelap dan berlari menuju sungai kecil di sebelah barat. Aku dan Saga hanya tertawa melihat tingkahnya.
Tak lama kemudian Jason kembali dengan wajah datarnya. "Suka sekali ya kalian mempermainkanku seperti ini?"
"Sudah, sudah. Ayo sarapan." Panggilan dari Karin menyelamatkan kami berdua dari interogasi Jason. Segera kami duduk melingkar di depan tenda dan menikmati bubur nasi serta daun-daunan rebus. Setelahnya, aku dan Safir meninggalkan rekan-rekanku yang sibuk membongkar tenda serta membersihkan area sekitar bersama dengan Saga.
"Mereka akan baik-baik saja, 'kan?" tanya Safir di tengah perjalanan kami dari portal utara menuju Kerajaan Bulan. Aku membalasnya dengan senyuman. "Kenapa tidak? Tenang saja. Fokus saja pada pelatihanmu," jelasku untuk menenangkannya.
Aku hanya mengantarnya sampai dinding perbatasan kota yang di dalamnya terdapat istana Kerajaan Bulan. "Jaga diri baik-baik, ya? Jaga rahasia Saga juga. Aku pamit. Sampaikan salamku pada Ibunda Ratu jika kau sudah sampai." Aku memeluk Safir selama beberapa detik.
"Iya, Kak. Kakak juga hati-hati, ya?" Aku mengangguk sebagai jawaban. Kami segera berpisah. Aku kembali menuju area portal. Tak lupa kukirim pesan kepada Rena melalui sistem kerajaan. Aku memintanya untuk memberitahu rekan tim kami agar segera menuju lantai 80.
Tepat pukul tujuh pagi, aku bersama dengan rombongan regu penakluk telah tiba di lantai 79. Benar, aku meminta rekan satu timku untuk berangkat lebih awal agar mereka dapat istirahat sedikit lebih lama. Bersama dengan anggota serikat lain, aku menyusuri tangga panjang yang menghubungkan lantai 79 dengan lantai 80. Ribuan anak tangga membentang indah di langit. Orang lain tidak akan menyadari adanya tempat ini dari luar. Mereka terlihat begitu lelah. Wajar saja, sebab beberapa hari ini regu penakluk terus bergerak tanpa henti. Strategi baru yang ditemukan beberapa petinggi serikat-serikat besar adalah dengan membagi serikat menjadi beberapa regu. Regu penyerang, regu penakluk, dan regu pengintai. Adapun untuk regu penakluk lebih banyak berinteraksi dengan regu penyerang daripada regu pengintai.
Sesampainya di lantai 80, aku segera menemui rekan timku. Melihat kondisi yang dilaporkan beberapa perwakilan serikat yang tergabung dalam regu penakluk, seperti perburuan tidak dapat dilakukan hari ini. Sebagian besar anggota regu penakluk mengalami kelelahan yang berarti. Bahkan beberapa ada yang pingsan sebab cuaca di lantai ini begitu ekstrem. Suhu yang dilaporkan oleh sistem kami menunjukkan angka 40 derajat Celsius. Jika dibandingkan dengan keadaan di area Tanah Rembulan, lantai ini akan terasa jauh lebih panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...