"Kau sungguh ingin tahu?" Aku berusaha membuatnya semakin penasaran. Masih dengan pandangan tak suka, pemuda itu mengangguk. "Kau tanyakan saja kepada orang dari Padang Panguripan itu saja," ucapku. Jason terlihat sedikit bingung. "Tanyakan saja ketika kita di tempat itu," sambungku.
Tepat saat aku mengatakannya, gadis kecil itu kembali dengan gulungan baru. "Ini jadwal baru kalian."
Gulungan itu dibuka di hadapan kami berdua. "Cepat kemasi barang-barang kalian dan segera ikut aku!" titahnya.
Jason segera memasuki tenda dan meminta ketiga gadis di tim kami untuk merapikan tempat kami. "Harus sekarang?" tanya Karin dengan menenteng tas putihnya. Adapun Rena melemparkan tas ke arahku, tas milikku sendiri.
"Ya. Besok malam kalian boleh kembali ke tempat ini untuk acara penutupan." Gadis itu kembali memakai kain hitamnya.
Apa benar ia sudah berbicara dengan Nona Serikat Air? Aku sedikit meragukannya. Gelagatnya terlihat sedikit aneh.
"Mari kita berangkat sekarang." Gadis itu memimpin kami menuju tepi danau dan membuat portal di sana. Portal yang ia ciptakan sedikit berbeda dari portal utama yang ada di utara kerajaan. Sesaat kemudian, portal itu telah melahap kami dan menjatuhkan kami di atas hamparan rumput yang begitu luas. Sepertinya ini adalah Padang Panguripan yang dimaksud.
Seorang perempuan dengan baju serba putih menghampiri kami. "Senang melihat kehadiranmu di sini, Yang Mulia Avaron."
Mati! Kunci emas Rena dan aku terbuka sudah. Ketiga rekan kami menatapku dan Rena dengan pandangan tak percaya. Jason tak perlu menanyakan hal ini lagi. "Avaron?" Iris mengangkat sebelah alisnya.
Aku dan Rena saling bertukar pandang. Dia mengangguk kecil padaku. Memang benar, sebaik apa pun engkau menyembunyikan kebohongan, kelak kepalsuan itu akan terbuka baik cepat atau lambat. Jika saat itu tiba, kau harus bersiap atas segala konsekuensi yang harus kau dapatkan. "Itu benar. Kami anggota keluarga Avaron," ucapku.
"Bagaimana bisa?" Karin menangis seketika. Kurasa pengakuan ini membuatnya sedikit terguncang. Dia sudah mempercayai kami selayaknya keluarganya sendiri dan berbagi segalanya dengan kami.
"Maafkan kami. Percayalah, kami benar-benar di pihak kalian." Rena turut meneteskan air mata saat mengucapkan hal tersebut.
Aku terus memperhatikan Jason. Dia tak terlihat marah maupun kecewa. Menurutku dia tak terkejut sedikit pun. Tak ada reaksi khusus selain matanya yang terus menatap ketiga gadis itu berpelukan. Sedangkan di hadapan kami, dua gadis asing menatap dengan heran. "Kau sudah mendapatkan jawabannya sekarang, Tuan Jason. Kau mendapatkannya," bisikku tepat di telinganya. Pemuda itu hanya mengangguk kecil. Dia sempat melirik sekilas ke arahku.
"Sudah cukup. Kenapa ada air mata di tanah kami yang suci? Kemarilah kalian semua. Kalian harus mendapat energi positif dari tempat ini," ucap gadis yang menyambut kami tadi. Ia membantu ketiga gadis di tim kami untuk berdiri.
Kedua gadis asing itu saling berpegangan tangan. Keajaiban terjadi. Gadis kecil yang menjemput kami melebur ke dalam tubuh gadis yang kami temui di tanah ini. "Perkenalkan, aku Sera." Gadis yang memperkenalkan diri sebagai Sera itu membungkuk hormat di depan kami. "Gadis kecil yang kalian temui sebelumnya adalah boneka yang dibuat dari serpihan jiwaku. Senang melihat kalian menerima tawarannya. Sekarang saatnya diriku yang akan membawa kalian menyusuri Padang Panguripan. Ikuti aku."
Gadis itu membuat sebuah lubang di tanah yang kemudian berubah menjadi undakan tepat di bawah kakinya. Kami mengikutinya dengan perlahan. Beberapa langkah dari anak tangga paling atas, kilauan cahaya menyelimuti sekitar. "Inilah alasan tempat ini disebut Padang Panguripan. Cahaya itu adalah jiwa-jiwa yang suci di tanah ini. Mereka akan mencari tubuh yang tepat di seluruh Tanah Rembulan," jelas Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...