SATU IZIN

1.3K 196 37
                                    

Susah payah Shello mencari cari alibi untuk menjawab semua pertanyaan dari Venus dan Levy. Ah, ia benar benar merasa seperti sedang di intimidasi.

Ah, ia tidak menyangka jika kedua sahabatnya itu akan menemukan sepasang mug miliknya dengan Saphira. Meski mereka mengenali Saphira sebagai Yelena. Dan itu membuatnya tidak bisa lari dari interogasi Venus dan Levy.

Shello membuang nafasnya dengan kasar. Niat hati menyuruh sahabatnya untuk menemani Saphira, tapi malah jadi rumit begini.

Apalagi Venus dan Levy tidak begitu suka kepada Yelena. Karena mereka mengira jika Yelena adalah orang jahat. Tidak tahu saja kalau Yelena yang tidak mereka sukai itu adalah Saphira, rubah putihnya yang manis dan cantik.

Shello menoleh ke kanan saat dirasakan pundaknya berat. Dan sepasang tangan melingkar sempurna di perutnya.
Ya, ada Saphira yang tiba tiba memeluknya dari belakang. Meletakkan dagunya dipundak kanan Shello. Memeluknya dengan lembut.

"Ada apa hmm?" Tanya Saphira. Masih berada diposisi yang sama.

"Tidak apa. Hanya sedikit pusing" jawabnya.

Keduanya berdiri didepan jendela. Memandang keluar. Menatap gelapnya malam yang tidak ada bintang satu pun dilangit.

"Istirahatlah. Kau pasti sangat lelah seharian kuliah dan bekerja. Makanya jadi pusing kan?" Ucap Saphira.

Shello tersenyum. Mengusap tangan Saphira diperutnya. Ah, ia sangat bersyukur ada Saphira disisinya. Meski ia tahu Saphira berasal dari dunia yang berbeda, tempat yang berbeda. Tapi tak tahu mengapa hati terasa terikat.

Shello melepas pelukan Saphira dan membalikkan badan. Kini keduanya sudah saling berhadapan.

"Aahh aku sangat lelah" ucap Shello manja. Tidak pernah ia seperti ini.

Saphira tersenyum melihat tingkah dari gadis yang lebih muda darinya itu.
Lalu ia menarik tubuh Shello ke dalam dekapannya. Memeluknya dalam hangat. Mengusap punggungnya dengan lembut.

Shello melingkarkan kedua tangannya dipunggung Saphira. Meletakan kepalanya dipundak Saphira dan memejamkan mata. Menikmati usapan lembut Saphira di kepalanya.
Ah, rasanya amatlah nyaman dan tenteram. Ia berharap ini semua dapat ia rasakan sampai kapanpun.

"Saphira..." Bisiknya. Masih memejamkan mata dipundak Saphira.

"Hmm?" Saphira hanya menjawab dengan deheman. Masih mengusap rambut Shello dengan lembut.

"Aku sayang padamu" bisik Shello.

Saphira, dadanya berdesir mendengar ucapan itu. Pipinya nampak merona. Ucapan dari Shello itu mampu membuatnya merasakan letupan letupan manis didadanya.
Ia tersenyum kecil. Tidak mampu untuk tidak mencium gadis itu.

Saphira mencium bagian kanan leher Shello sejenak. Ia benar benar seperti orang yang sedang kasmaran.

"Aku menyayangimu banyak banyak" ucap Saphira masih dengan senyum.

Ia memeluk Shello jauh lebih erat sekarang. Ia sudah bahagia dengan ucapan sayang dari Shello.
Andai saja gadis dipelukannya ini tahu jika rasa yang dimilikinya jauh diatas kata SAYANG.

Keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Berdiri berpelukan didepan jendela.
Tidak akan pernah ada rasa bosan. Sama sekali.

"Shello, jika aku pergi, apa kau akan merindukanku?" Tanya Saphira tiba tiba.

Mendengar ucapan itu, Shello pun melepas pelukannya dan menatap Saphira penuh pertanyaan.

"Apa maksudmu?"

Saphira menatap Shello dengan lekat. Ia tahu betul jika gadis ini terusik oleh pertanyannya yang tiba tiba.

"Aku hanya ingin tahu, apa kau akan rindu padaku jika kita berjauhan?" Tanyanya.

Shello menatap tak percaya pada perempuan didepannya ini. Mengapa seolah olah Saphira ingin pergi darinya.

"Kita tidak akan pernah berjauhan" ucap Shello dengan mantap. Meski mulai muncul rasa cemas di hatinya.

"Aku juga pasti akan sangat merindukanmu jika aku jauh darimu.
Bahkan, detik ini pun. Aku sudah merindukanmu" ucap Saphira.

Shello melepas genggaman tangan Saphira dengan kasar. Menatap perempuan itu dengan tajam.

"Apa maksudmu? Jangan menanyakan hal bodoh seperti ini" ucap Shello.

Saphira menunduk. Ia tahu, ini pasti akan menyakiti Shello. Air matanya mulai mengalir. Membuat hati Shello semakin cemas.

"Aku akan kembali ke pegunungan" ucap Saphira lirih.

Mata Shello mulai berair. Berkedip sekali saja pasti akan menetes.

Apa apaan semua ini?

"Kau berjanji tidak akan meninggalkanku Saphira. Jangan menipuku" suara Shello bergetar.

Saphira mendongak. Menatap Shello yang berkaca kaca.
Ia tahu, ia sudah menyakiti gadis itu. Tapi ia tidak bisa  melakukan apa apa.

"Maafkan aku Shello"

"Pembohong! Kau berjanji tidak akan pergi! Kenapa sekarang seperti ini?
Katakan, apa aku menyakitimu? Apakah tempat ini tidak nyaman untukmu? Apa aku harus membeli banyak makanan agar kau tidak pergi? Katakan Saphira, kenapa seperti ini?" Serunya.

Saphira menggeleng. Ia tidak sanggup melihat Shello menangis seperti ini.
Sungguh, tapi ia benar benar harus pergi.

"Aku harus kembali ke tempatku Shello. Dan aku tidak tahu kapan aku bisa menemui mu lagi.
Percayalah, meski tidak tahu kapan. Tapi aku pasti akan kembali, untukmu"

Shello membuang muka. Ia tidak mau melihat perempuan ini. Ia juga tidak bisa menghentikan tangisnya. Saphira lah yang membuatnya menangis.

"Jika ada masalah kau bisa cerita padaku. Jika ada yang menyakitimu kau bisa bilang padaku. Tidak perlu pergi dan berjauhan.
Aku sudah terbiasa bersamamu. Rumah ini pasti akan sunyi tanpamu. Juga hatiku"

Tangis Saphira semakin menjadi. Sungguh, ia tak pernah ingin meninggalkan Shello. Ia sudah terbiasa dengan gadis itu.
Gadis yang telah menawan hatinya sejak awal bertemu. Tapi ia tak bisa berbuat apa apa.

"Besok malam aku akan pergi. Kau harus jaga dirimu baik baik.
Jangan lupa untuk selalu mengenakan pakaian hangat. Karena tidak ada aku yang memelukmu saat kedinginan.

Jangan lupa untuk pulang cepat, meski tidak ada aku yang menunggumu sepulang bekerja.

Jangan lupa untuk makan dengan teratur, karena tidak ada aku yang berisik menyuruhmu makan.

Maafkan aku Shello, aku harus pergi"

Saphira menatap  punggung Shello. Gadis itu berjalan kearah ranjang. Berbaring dan berselimut dengan pundak bergetar pertanda ia tengah menangis.

Saphira ikut berbaring di samping Shello dibawah selimut yang sama.
Hatinya nyeri saat gadis itu memunggunginya.

Ya, untuk pertama kalinya gadis itu tidur memunggunginya.
Ia ingin memeluknya. Mendekap gadis itu seerat eratnya. Namun untuk menyentuh punggungnya saja ia tidak lagi berani.

Saphira memejamkan dengan airmata mengalir. Sama halnya dengan Shello yang juga menangis.

"Maaf Shello"

BERSAMBUNG

Authornya sedang oleng ke AshAdel (Adel& Ashel)

SAPHIRA : Di Antara Sinar BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang