SAMBIL MENGGANDENG ERAT TANGANKU

2.2K 294 65
                                    


Ini untuk pertama kalinya bagi Shello mengajak rubah putihnya berjalan jalan menikmati malam. Ia sengaja mengajak nya pergi karena ia mendapat libur kerja pertamanya.

Mengapa tidak siang hari saja?
Sudah biasa baginya berjalan jalan di siang hari bersama rubah nya.
Tapi jika malam bertemankan bulan, Saphira menjelma menjadi manusia. Itu adalah saat saat yang paling Shello tunggu.

Shello dan Saphira mengenakan celana panjang. Sepatu yang warnanya hampir serupa. Kaos lengan panjang yang dilapisi mantel berbahan dasar wol.

Bedanya, mantel yang dikenakan Shello berwarna cokelat, dengan penutup kepala berwarna senada. Tak lupa syal menggantung dilehernya.

Sedangkan Saphira mengenakan mantel berwarna marun, dengan penutup kepala berwarna putih, juga dilengkapi dengan syal. Itu merupakan pakaian Shello. Saphira sendiri yang memilih warnanya.

Meski salju mulai menipis, tetap saja udara masih amatlah dingin.
Namun keduanya menghalau rasa dingin itu dengan saling bergandeng tangan.
Berjalan menyusuri trotoar yang mulai bebas dari salju yang disingkirkan petugas kebersihan.

Mereka berhenti disebuah kedai kopi di pinggir jalan. Memesan dua cup kopi panas untuk menemani waktu mereka.

"Kau merasa dingin?" Tanya Shello saat menatap Saphira berdiri disampingnya.

Saphira tersenyum kecil padanya.

"Tidak. Kau terus menggenggam tanganku sepanjang jalan. Mana mungkin aku merasa dingin" jawab Saphira.

"Itu hanya sebuah genggaman tangan, bagaimana bisa menghangatkan badan dari rasa dingin?" Shello bertanya.

"Rasa hangat yang ditimbulkan oleh sebuah genggaman tangan bisa menjalar ke seluruh kulit.
Sama halnya dengan rasa yang ditimbulkan oleh mata, itu bisa menjalar hingga ke relung hati"

Saphira menjawabnya dengan tatapan yang tak lepas menatap Shello. Mata itu, mata biru gelap yang menghantarkan kehangatan hingga ke rongga dada. Ya, Shello bisa merasakannya.

Shello tersenyum, membuat perempuan itu ikut tersenyum.

"Pesanan anda Nona"

Ucapan dari seorang barista di kedai itu menyadarkan keduanya.

"Terimakasih"

Shello menyerahkan satu cup kopi untuk Saphira. Setelah membayar, keduanya melanjutkan perjalanan.

Sebenarnya mereka tidak punya tujuan. Asal berjalan saja untuk menikmati kebersamaan. Entah akan kemana kaki melangkah.
Saphira juga tidak peduli. Ia akan ikut kemana pun Shello membawanya pergi.

"Bilang saja padaku kalau kau merasa bosan" ucap Shello.

"Jangan sok tahu. Aku tidak bosan sama sekali" seru Saphira.

Shello terkekeh. Ucapan Saphira barusan seperti merengek.
Ia kembali meneguk kopinya. Dan sesekali terkekeh karena rubahnya itu mengayun ayunkan tangan mereka yang bergandengan.
Saphira nampak sangat senang. Yah, kenapa tadi ia berpikir kalau Saphira merasa bosan?

"Shello, kita akan kemana?" Tanya Saphira setelah menghabiskan tegukan terakhir kopinya.

"Eummm aku juga tidak tahu. Kau sendiri ingin kita kemana?" Shello balik bertanya.

"Aku akan ikut denganmu kemanapun" seru Saphira.

"Ya sudah, kita berjalan saja. Siapa tahu nanti ada tempat yang menarik" ucap Shello.

Keduanya terus berjalan dengan tangan yang masih saling bergandengan. Tidak ada yang berniat ingin melepas. Untuk apa melepas? Jika itu bisa membuat mereka merasa nyaman satu sama lain.

SAPHIRA : Di Antara Sinar BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang