SAPHIRA

3.1K 419 8
                                    

Shello dan perempuan itu telah sampai dirumah. Saat Shello membuka kunci pintu, perempuan itu melepas mantelnya agar bisa dipakai oleh Shello.
Shello membuka pintu dan mempersilahkan perempuan itu masuk.

Keduanya telah berada didalam rumah. Shello menyuruh perempuan itu duduk. Lalu ia sendiri menyalakan api pada perapian.
Sebab, mereka terlalu kedinginan karena berada diluar rumah tadi, pada malam hari juga.

Shello melepas mantelnya, lalu dengan kikuk ia mendekati perempuan itu.

"K-kau bisa pakai ini. Agar tubuhmu... Bisa lebih hangat" ucap Shello dengan canggung.

Perempuan itu menatap Shello, lalu menerima mantel itu dan memakainya.

"Terimakasih" ucap Perempuan itu dengan sama canggungnya.

Lalu keduanya duduk disofa bersebelahan. Saling menghangatkan badan dengan perapian yang telah menyala.
Tak tahu sebabnya, kini seperti ada jarak diantara keduanya. Mereka duduk dengan sama diamnya.
Padahal biasanya mereka akan selalu lengket.
Ekhemm! Maksudnya saat perempuan itu masih berwujud rubah.

Tidak ada yang bersuara diantara mereka. Yang terdengar hanyalah suara percikan api yang membakar kayu diperapian.
Juga suara jarum jam dinding yang tak henti berdetikan. Menunjukkan pukul 00.15.

"KAU" ucap keduanya bersamaan.

Lalu saling menatap dengan canggung. Shello sendiri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan perempuan itu hanya tersenyum simpul menyadari kecanggungan yang tercipta.

"Bicaralah Shello" ucap perempuan itu.

Shello menoleh dengan gelagapan.

"Eumm a aku, aku... Harus bicara apa?" ucapnya dengan gagap. Ia benar benar canggung.

Perempuan itu malah tersenyum melihat gelagat Shello yang tampak seperti seorang laki laki yang gugup didepan pujaan hatinya.

"Kita sudah saling mengenal. Untuk apa gugup begitu?" tanya perempuan itu seperti menggoda.

"Eumm ti tidak, aku... Aku tidak gugup" ucap Shello.

Perempuan itu makin tersenyum manis. Dan sekarang malah mendekat dan merapatkan duduknya kearah Shello.
Shello terkejut dibuatnya. Dan menatap perempuan yang masih tersenyum itu.

"Bersikaplah seperti biasanya Shello. Aku, tetaplah rubah putih milikmu. Hanya saja, sekarang kau sudah tahu siapa diriku"

Perempuan itu berucap seraya menggenggam tangan kanan Shello. Membuat Shello tercekat melihat senyumnya.

Keduanya masih saling menatap dalam diam. Saling menyelami mata masing masing. Mencoba mencari cari sesuatu yang tersimpan pada tatapan.

Perempuan itu masih lekat menatap wajah Shello yang begitu menawan hatinya sejak perjumpaan pertama mereka.

Mungkin ia harus berterimakasih pada pohon cemara yang tumbang itu. Jika pohon itu tidak tumbang dan menimpanya, mungkin ia tak akan pernah bertemu dengan Yang Manis Shello.

Shello yang terus ditatap oleh perempuan itu pun merasa canggung.

"Kau... Benar benar Saphira?" tanya Shello tiba tiba. Membuat perempuan itu sadar.

"Yah, tentu saja. Aku adalah Saphira, rubah putih yang kau bawa dari pegunungan Alpen. Aku akan berubah wujud menjadi manusia setiap bulan muncul" jawabnya.

Lalu perempuan itu berdiri dihadapan Shello. Menatap Shello dengan senyum manisnya. Membuat Shello mengerutkan alisnya.

Kemudian Shello melihat perempuan itu berlutut dilantai.
Lalu mulailah muncul percikan percikan cahaya berkerlipan.
Dan perlahan, perempuan itu mengubah wujudnya kembali menjadi rubah putih bermata biru gelap.

Shello tercengang menatap keajaiban itu. Perempuan itu benar benar Saphira, rubah putih miliknya.
Jadi ia tidak berbohong. Shello jadi menyesal sempat mengusirnya.

Rubah putihnya itu kembali merubah wujudnya menjadi manusia. Dan tersenyum menatap ekspresi Shello yang masih tercengang. Terlihat begitu menggemaskan di matanya.

"Kau percaya padaku?" tanyanya.

Dengan masih melongo, Shello hanya mengangguk. Membuat perempuan itu tertawa.

"Kau manis sekaliiiiii" ucap perempuan itu seraya menyentil hidung Shello.
Membuat Shello kembali sadar dari ekspresi bodohnya.

"Kita akan tetap bersama kan?" perempuan itu bertanya.

Shello mengangguk dan tersenyum canggung.

Lalu perempuan itu berdiri dan meraih tangan kanan Shello.

"Ayo tidur. Saphira mengantuk" ucapnya manja.
Lalu membawa Shello ke kamar untuk melanjutkan tidur mereka yang tertunda

BERSAMBUNG

PENDEK DULU YA, HAYATI LAGI NGGAK MOOD NULIS.
BANYAK PROBLEMO.

SAPHIRA : Di Antara Sinar BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang