API YANG MULAI MENYALA

2K 308 58
                                    

Dibawah cahaya bulan dilangit yang tanpa berbintang, Shello dan Saphira berjalan bergandeng tangan. Sama berbincang dengan penuh kasih yang telah dirasa meski belum saling menyadari.

Keduanya berjalan di trotoar setelah pulang dari dermaga kecil disebuah kanal yang mereka datangi.
Mereka berniat untuk segera pulang sebab malam semakin larut.

Keduanya tidak mempedulikan satu mobil mewah yang telah melewati mereka. Namun mobil itu kembali mundur dengan pelan kearah kedua perempuan yang saling bergandeng.

"Tinn tinn!!!"

Keduanya menoleh saat mobil yang melaju pelan disampingnya membunyikan klakson dan mendapati seorang perempuan melongok keluar dari kaca yang diturunkannya.

"Shello?"

Shello maupun Saphira berhenti bersamaan dengan mobil disampingnya yang turut berhenti.

Seorang wanita cantik keluar dari dalam mobil dan menghampiri keduanya dengan senyum yang terkembang.
Berjalan begitu anggun dengan pakaian musim dingin yang melindungi tubuhnya yang semampai.

"Nona Porcodio?" Ucap Shello.

Perempuan yang ternyata adalah pemilik restauran tempatnya bekerja itu kini telah berdiri dihadapan keduanya.

"Hai Shello" sapanya dengan senyum manis.

Saphira memperhatikan Nona Porcodio yang menyapa Shello dengan ramah pun menjadi penasaran.
Terlebih saat Shello juga mengangguk sopan dan menjawab sapanya.

'apa mereka saling kenal?'

Saphira hanya berdiam diri disamping Shello. Terus menatap Nona Porcodio yang tersenyum manis pada gadis disebelahnya.

"Darimana malam malam begini? Udara diluar  terlalu dingin, nanti kau bisa sakit" tanya Nona Porcodio.

Shello tersenyum mendengar pertanyaan itu. Meski sedikit bingung mengapa atasannya itu begitu perhatian.

"Kami hanya berjalan jalan saja. Dan ini kami baru akan pulang" jawab Shello.

Saphira merasa terusik dengan ucapan Nona Porcodio. Mengapa perempuan itu sangat perhatian pada Shello-nya?

"Udara semakin dingin, kau harus cepat pulang. Nyalakan perapian dan hangatkan badanmu" ucap Nona Porcodio.

"Yah tentu. Kami akan segera pulang. Oh iya, perkenalkan ini teman saya.  Saphira"

Shello memperkenalkan Saphira pada Nona Porcodio.

"Oh Hai Saphira. Sebaiknya kau panggil saja aku Ruperta. Jangan terlalu formal seperti Shello ya hahah"

Nona Porcodio tertawa kecil. Sementara Saphira hanya diam saja tanpa menjawabnya. Membuat Shello menoleh padanya. Nona Porcodio pun juga nampak mengerutkan alisnya tanda bingung.

"Saphira? Jawablah. Kenapa diam saja?" Shello berbisik.

Saphira menatap Shello. Menunjukkan ekspresi kalau ia enggan menjawab.

"Jangan seperti ini. Dia atasanku, sopanlah Saphira" Shello kembali berbisik.

Mau tak mau Saphira menjawabnya. Dia tidak ingin Shello marah meski sebenarnya terpaksa. Entahlah, apa yang membuat Saphira seperti itu.

"Saphira"

Jawaban yang pendek, aliyas tidak ada panjangnya sama sekali.

Shello mencoba tersenyum. Ia merasa sedikit kikuk pada atasannya mengenai sikap Saphira yang kurang sopan barusan.

SAPHIRA : Di Antara Sinar BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang