AKU, SAPHIRA & JET COASTER

1.1K 193 22
                                    

Aku membuka mata dengan susah payah. Rasanya sangat berat karena aku terlalu pusing.
Aku mengerjapkan mata beberapa kali hingga pandanganku lebih baik.

Aku menoleh ke samping dan aku terkejut. Ku dapati seorang perempuan yang tidur disampingku. Aku tak dapat melihat wajahnya karena ia menyembunyikan wajahnya itu di lengan kananku.

Seketika jantungku memacu dengan kencang. Jangan jangan.... Apakah? Apakah ini Saphira?
Saphira sudah kembali?
Jantungku berdebar tak karuan. Siapapun tolong katakan jika ini Saphira.

Aku mencoba bangun dengan pelan. Aku ingin memastikan jika perempuan ini benarlah Saphira. Maka aku tak akan pernah melepasnya lagi.

Saat aku bangun, perempuan ini pun ikut terbangun. Seketika harapanku musnah begitu saja. Rasanya seperti terjatuh dari balon udara yang telah terbang tinggi.

"Shello, kenapa bangun? Kau masih sakit" Ucapnya.

Aku membuang muka saat kulihat Ruperta menatapku dengan cemas. Bukan, bukan aku tak suka dia disini. Aku hanya merasa bodoh karena berharap jika dia adalah Saphira.

Aku memegang kepalaku yang masih pusing. Sampai sampai aku tak bisa fokus. Seharusnya aku bisa membedakan antara Saphira dan Ruperta hanya dari warna rambutnya.
Apakah karena aku terlalu merindukannya?

"Hanya pusing" jawabku.

Ia membantuku untuk bersandar. Mengambilkan air minum untukku.
Menatapku dengan cemas.

"Kenapa tiba tiba bangun?" Tanyanya.

"Hanya mimpi buruk" jawabku asal.

Ruperta tersenyum. Ia merapikan kerah bajuku yang berantakan. Menyentuh leher dan keningku dengan punggung tangannya. Mungkin mengecek suhu tubuhku.

"Masih panas. Tidur lagi ya? Ini sudah malam" katanya.

Aku menggeleng lemah. Aku malah menyuruhnya untuk kembali tidur.

"Sejak kapan kau disini?" Tanyaku.

"Sore tadi. Aku dengar kau tidak bekerja dan tidak memberi kabar. Maka aku kemari, dan ternyata kau sakit. Aku sangat khawatir" ucapnya.

"Lalu dimana teman temanku?" Tanyaku.

"Mereka sudah pulang sejak sore. Jadi biar aku yang merawatmu ya?"

Aku menatapnya yang bicara dengan tulus. Ya, aku bisa melihat ketulusan itu dari caranya menatapku.

"Aku akan merepotkan mu" aku menolak.

"Tidak. Kau tidak pernah merepotkan mu" serunya.

Maka ku biarkan saja ia disini. Aku juga sedang malas berdebat. Apa salahnya menerima kebaikan orang lain.

****

Aku sudah sembuh dari sakitku. Aku sudah kembali kuliah dan bekerja. Ruperta juga sering menemaniku. Sama seperti Venus dan Levy.
Meski mereka bersamaku, aku masih merasa tidak lengkap. Karena Saphira yang melengkapi ku.

Aku masih merindukannya hingga detik ini. Sudah terlalu lama ia pergi dariku. Bahkan saat ini telah memasuki musim semi.
Mungkin ia memang tak akan pernah kembali.

Aku berhenti berjalan dan duduk di bangku taman yang kosong.
Hanya ada aku disini seorang diri. Sama sepinya seperti hari hariku.

Dulu, saat aku belum mengenal Saphira. Aku tidak mempermasalahkan hidupku yang datar. Aku tidak apa apa dengan itu.
Tapi berbeda dengan sekarang. Sejak aku mengenal dirinya, aku tidak terbiasa tanpanya.

Pohon Cemara yang tumbang menimpanya, mempertemukan aku dengannya. Ah tidak, mungkin takdir lah yang mempertemukan kami.

Sejak aku bertemu dengannya, melewati hari hariku bersamanya, mencintainya tanpa sadar. Dan saat cintaku berbalas, waktu memisahkan kami.
Harusnya sejak dulu aku yakin bahwa aku memanglah mencintainya.

Tapi saat itu aku masih takut menarik kesimpulan. Aku tahu bahwa perasaan ini tidak benar. Tapi yang namanya hati tak pernah bisa berpura pura.

Aku mendongak, menatap bulan yang bersinar dengan bintang bintang. Mengingatkanku pada sosoknya yang berarti.
Aku tidak peduli siapapun ia, apapun keadaannya, darimana asalnya, aku tidak peduli. Yang aku tahu aku sudah jatuh dalam cintanya.

Ya Tuhan, aku benar benar merindukannya.

Ciuman itu yang terakhir , sekarang baru ku sadar
Karena terlalu cinta, bibir ini tak biasa dengan perpisahan
Cahaya bulan yang terhalang oleh poni
Bagaikan mengingatkan padanya di kejauhan

Panah malaikat itu menetap di hati
Tolong cabutlah
Setelah berapa malam kah rasa sakit ini akan hilang?

Kita berdua saling jatuh cinta rasanya bagaikan jet coaster
Perasaan saling ingin berpelukan
Melihat mimpi tak abadi

Bagaikan diputar balikkan oleh sang takdir, semuanya berlalu
Tiada yang salah denganmu
Tidak perlu kau menangis

Ya, aku senang bisa bertemu denganmu Saphira

Saphira, dimana pun dirimu berada sekarang. Aku harap kau selalu baik baik saja.

****

Seekor rubah putih berlari begitu cepat saat sesuatu mengejarnya didalam hutan. Ia sudah berusaha bersembunyi tapi selalu saja ditemukan.

Karena terlalu lelah ia pun berhenti berlari. Merubah wujudnya menjadi manusia dan mengatur nafasnya.
Ia menyandarkan tubuhnya disebuah pohon. Menutup matanya.

'jangan sampai ia menemukan aku.
Bagaimana bisa ia tahu kalau aku kembali kemari? Apakah ia mengikuti ku? Ini sangat berbahaya, aku harus lebih berhati hati.

Ia kembali merubah wujudnya menjadi seekor rubah. Dan kini ia melanjutkan perjalanan ke suatu tempat yang ingin ia tuju. Lebih berhati hati agar rubah merah yang mengejarnya tadi tidak bisa menemukannya lagi.

_

Saphira, rubah putih itu berlari kearah puncak. Tidak mengenal waktu. Entah siang, entah malam. Ia akan terus berlari kearah sana. Sebab ia tak ingin membuang waktu lebih lama lagi.

Ia terus berjalan tanpa lelah. Melewati hari hari yang berlalu. Sebab tempat rahasia yang ingin ia tuju berada ditempat yang jauh. Ia tidak tahu tepatnya dimana. Tapi tempat itu ada disalah satu titik dipuncak pegunungan. Ia tidak menyerah, ia pasti akan menemukan tempat itu.

Dua bulan sudah Saphira meninggalkan Shello. Rindunya kian menumpuk. Cinta yang sempat ia ucapkan pun tidak memadam, justru kian mendalam.
Ia sungguh ingin segera bertemu Shello, kekasih hatinya. Ingin menciumi bibirnya dan membisikkan kata kata cinta dengan mesra.

Setelah berhari hari ia berjalan, kini ia telah menemukan tempat yang ia tuju.
Sebuah goa, tidak begitu besar dan tersembunyi dibalik pepohonan yang lebat. Tempat itu sulit ditemukan. Tak terjamah.

Saphira tersenyum. Lelahnya selama ini tidak sia sia. Ia pun memasuki goa itu.

Didalam nya, ia melihat seberkas cahaya yang bersinar. Ada api yang menyala dari dinding goa. Ia pun tidak tahu mengapa api itu bisa menyala disana.

Ia mendengar dari pemimpin kawanannya dulu, pemimpin para rubah putih. Jika apapun yang mereka inginkan, akan dikabulkan di goa ini.
Itu adalah kepercayaan turun temurun.

Ia pun dengan mantap melangkah. Menaiki sebuah batu besar yang ada didepan api yang menyala. Ia duduk disana dan menutup mata.
Ia akan keluar dari goa ini setelah beberapa bulan.

'bersabarlah Shello'

BERSAMBUNG

(yg nyontek gw doain sembelit kagak kelar kelar)

SAPHIRA : Di Antara Sinar BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang