: Bertemu

38 11 0
                                    


  Senja terus memohon pada sosok bernama lengkap Charmine Maheswara itu. Sampai-sampai Charmine sendiri bingung harus menjawab apa.

"Maaf ya, Ja. Bukannya enggak mau, tapi gue kan udah OSIS, udah sibuk," tolak Charmine.

"Aahh! Lo gimana sih? Gue disuruh Bu Elis nih, udah muterin satu sekolah, nggak ketemu juga!" keluh Senja.

"Pasti ada kok, Ja. Pasti. Semangat! Gue ke ruang OSIS dulu ya? Oke, bye!"

  Charmine berlari secepat mungkin sebelum namanya diseret oleh Senja ke depan Bu Elis. Lagian juga dia malas punya banyak kegiatan dan lomba, OSIS saja sudah membuat kepalanya hampir pecah.

"Gue harus cari ke mana lagi?" lirih Senja, sekarang dirinya benar-benar seperti arwah penasaran yang terus menerus mencari mangsanya.

  Untungnya, bel masuk pelajaran membuat Senja sadar bahwa dirinya masih manusia.

  Senja beruntung kali ini, sebab guru yang saat ini mengajar lebih asik dari Bu Ratna. Bu Asti namanya, guru yang lebih banyak bercerita dan berpuisi itu adalah guru yang asik.

  Berbeda dengan pelajaran sebelumnya, pelajaran sekarang lebih asik dan lebih membangkitkan jiwa pelajar Senja, tidak diberi tugas pula! Seru!

  Tapi begitu lonceng bel berbunyi, Senja lagi-lagi ingat soal kewajibannya mencari orang untuk lomba puisi.

  Sejenak Senja mengacak-acak rambutnya sendiri, pusing.

"Gue cari ke mana lagi?" Senja tampak kehilangan semangat.

  Kehilangan rasa semangat membuat Senja lapar dan tak bertenaga, terpaksa dia berjalan menuju kantin dengan tampang letih dan lesu.

"Lesu amat, nih, udah gue pesenin batagor." Inara memasang senyum merekah. Menyerahkan batagor itu pada Senja.

"Serius buat gue, Nar?" Senja berbinar, menatap Inara terharu. "Bener-bener dah lo Nar! Debes!"

  Senja langsung melahap batagor itu bak kesetanan, lapar membuatnya seperti ini. Sejenak dia melupakan masalahnya untuk mencari orang berbakat itu.

  Inara menatap Senja disertai gelengan tak percaya dan decakan tak menyangka. Dia memang tau bagaimana sifat Senja, apa-apa dipikirkan sampai dia sendiri yang kesusahan, tapi kadang dia malah melupakan orang lain, terlalu fokus dengan tujuannya.

  Nah, biasanya nih, Senja kalau sudah pusing, pasti jerawat langsung muncul di dahinya. Benar saja, satu jerawat baru—yang sebelumnya tidak ada—muncul di dahi Senja.

"Senja, Senja. Jerawat lagi tuh!" peringat Inara dengan tawanya yang cempreng.

"Hah? Jerawat?" Senja hampir saja memegang letak jerawat itu jika saja Inara tidak menepis tangannya.

"Jangan dipegang, ihh! Nanti malah makin gede!" Inara berdecak pelan. "Gak usah sampai stress gitulah."

"Habisnya, Nar. Gak ketemu-ketemu," adu Senja sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kalau jodoh pasti ketemu, kok. 3S, sabar, syukur, semangat!"

"WOI! GUE MAU BACAIN SESUATU NIH! LUCU BANGET!"

  Suara teriakan dari seorang laki-laki berambut ikal yang sedang berdiri di atas kursi mengundang perhatian seluruh warga kantin, mereka menyaksikan si lelaki berambut ikal disuruh turun oleh seorang lelaki berambut lurus.

"Do jangan, Do!" Lelaki berambut lurus itu berusaha menarik tangan temannya itu, Edo.

"Bacain aja Do! Apaan sih? Penasaran banget!" suruh beberapa murid.

Satu Langit Tiga Rona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang