Senja berjalan di koridor sekolah, mau mengambil bukunya yang tertinggal di sana. Ini sudah waktu pulang, kelas-kelas sudah sepi, membuat Senja cepat-cepat mengambil bukunya.Entah kenapa, Senja selalu peka jika dirinya menginjak sesuatu, seperti kertas ini. Lagi-lagi Senja menghela napas pasrah, kenapa pula orang-orang suka membuang sampah sembarangan? Membuat kotor saja.
Tapi Senja memutuskan membaca kertas tersebut, takutnya kertas ulangan atau kertas penting lainnya. Tapi ternyata tidak, itu kertas puisi Fajar.
Senja merutuk dalam hati, kenapa Fajar senang sekali menjatuhkan puisinya? Apa Fajar senang kehilangan puisinya? Nanti Senja akan memberitahu Fajar bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak baik.
"Cinta itu tentang dua hati,
Bagaimana saling mencintai,
Bagaimana saling mengasihi,
Karna adanya dua kasih."Senja mengernyitkan keningnya, dia tidak terlalu mengerti apa maksud puisi Fajar yang satu ini. Lagi-lagi tentang cinta, bagaimana Fajar membuat seolah-olah dia sedang jatuh cinta. Atau memang betulan sedang jatuh cinta?
Ah, Senja tidak peduli. Tapi dia memutuskan memasukkan kertas tersebut ke sakunya dan memilih menyelesaikan masalahnya dan berlari secepat mungkin menuju parkiran.
Hari ini dia akan membeli kamus, iseng saja, ingin meningkatkan kosa kata bahasa Indonesia-nya, hitung-hitung persiapan lomba.
Mobil merah hati itu berjalan di jalanan kota Jakarta, merapat pada mobil lain saat lampu merah, lalu kembali berjalan saat lampu hijau.
Senja suka harum buku, saat menginjakkan toko buku besar itu Senja langsung senang, toko buku adalah bagian dari hidupnya juga.
"Mbak, kalau kamus bahasa Indonesia, yang paling lengkap yang mana?" tanya Senja sambil memperhatikan beberapa pilihan kamus.
"Kalau Mbak masih pelajar, ini cocok, isinya lengkap tapi nggak terlalu tebal." Perempuan itu menyerahkan kamusnya. Senja menurut saja, dia memilih langsung membawanya menuju kasir.
Senja tidak terlalu mempunyai uang untuk saat ini, jadi membeli satu kamus saja cukup, uangnya untuk keperluan Senja yang lain, salah satunya membeli kaset.
Dia bosan mendengar lagu-lagu yang ada di kasetnya, kebanyakan berisi lagu luar negeri seperti Unbreak My Heart, lagu-lagu Westlife, dan lain-lain. Sesekali ingin membeli lagu-lagu dalam negeri saja, untuk penyegaran telinganya.
Senja mengarahkan setir-nya ke kiri, ke arah toko kaset langganannya. Selain kenal penjualnya, Senja akan mendapat harga lebih murah di sana, lumayan.
"Hai, Bang." Senja menyapa saat turun dari mobil dan memasuki toko tersebut. Bang Jalil, namanya, salah satu penjual kaset di sini.
"Eh, Senja. Udah lama banget nggak ke sini, sibuk ya?" Bang Jalil merapikan kaset-kasetnya.
"Iya nih, Bang. Sibuk sekolah," jawab Senja, "aku liat-liat dulu ya."
"Iya, silahkan." Bang Jalil mempersilakan, membiarkan Senja melihat-lihat kaset.
Senja bingung mau membeli kaset yang mana, di sekolahnya sedang tren Rio Febrian, Glenn Fredly, atau Dewa. Tapi Senja belum berniat membeli kaset-kaset tersebut, baru membandingkan.
"Senja?"
Senja menoleh kaget saat melihat Fajar yang sedang memegang beberapa kaset di tangannya. Fajar terkekeh, tidak menyangka menemukan Senja di sini.
"Eh, Fajar." Senja ikut tersenyum. "Beli kaset juga?"
Fajar mengangkat kasetnya. "Iya nih, kamu juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Langit Tiga Rona
Fiksi Remaja[COMPLETED] "Kalau memang dia bukan peran utamanya, lalu kenapa dia harus hadir? kenapa harus memporak-porandakan hatiku, dan ternyata... dia bukan sang pemeran utama?" "Begitu cara semesta mempermainkan para tokohnya, Senja." Bagi Fajar, Senja ada...