Hari terakhir ujian kelulusan.Senja menggaruk kepalanya, hendak menangis melihat soal yang kini terasa buram, tidak terlihat, dan Senja mencemaskan akan hasilnya.
Setelah berkutat dengan detik-detik terakhir pengumpulan lembar jawaban, Senja akhirnya bernapas lega, akhirnya selesai juga.
Tidak terasa, waktu 3 tahun masa SMA-nya hampir selesai. Sudah saatnya dia berjalan ke arah yang lebih tinggi, sudah saatnya dia bertumbuh.
Tapi, Senja tiba-tiba ingin memutar kenangannya saat pertama kali menginjakkan kaki di SMA ini. Saat pertama kali mengikuti lomba. Bahkan, saat pertama kali dia bertemu Fajar, juga teman-temannya yang selalu mendukung apa pun keadaannya.
Hari demi hari berlalu, kini Senja berada di rumah Charmine, bersama Zhiva dan Inara. Mereka menangis, berpelukan satu sama lain, berjanji tidak akan melupakan kenangan yang mereka rajut di masa SMA.
"Udah, jangan nangis. Gue punya kenang-kenangan," ujar Charmine sambil berdiri, mengambil 4 buah buku kecil di meja belajarnya.
"Ini diary, isinya foto-foto kita. Ada beberapa halaman yang kosong, boleh kalian isi apa aja." Charmine tersenyum. "Kita udah nentuin, langkah selanjutnya yang kita ambil itu apa. Mungkin langkah kita nggak akan sama-sama lagi, tapi bagi gue, kenangan bareng kalian adalah kenangan paling indah yang pernah gue temuin."
Mereka kembali menyeka air mata di pipi, berpelukan, menangis lagi.
Mereka sudah menentukan ke mana langkah kaki akan dibawa pergi. Seperti Zhiva yang memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Diponegoro. Charmine yang pendidikannya selalu cemerlang. Serta keputusan besar Inara yang sulit dipercaya.
Semoga, langkah yang mereka ambil adalah langkah paling tepat untuk diri mereka sendiri.
***
Hari kelulusan tiba. Tangis haru, tertawa lepas, juga pelukan hangat membaur di lapangan utama SMA Bima Sakti.
Senja diminta untuk membacakan puisi di hari kelulusannya. Mungkin, inilah saat terakhirnya memakai seragam SMA.
"Selamat pagi," sapa Senja. Dia melihat semua mata tertuju padanya. "Selamat hari kelulusan untuk kita semua!"
Semua teman-teman Senja bersorak senang, bertepuk tangan keras-keras.
"Langkah kaki ini akan kembali dibawa pergi,
Melanjutkan perjalanan tanpa henti,
Apa pun jalan yang kaupilih, Kawan
Tetaplah tengok sekolah kita tersayang.Mungkin, nanti langkah kaki kita tak akan sama lagi
Namun, kilas balik memori dapat diputar kembali
Tidak apa sesekali berlari
Namun kenangan memintamu untuk berbalik."Riuh tepuk tangan terdengar meriah. Senja melihat Fajar juga bertepuk tangan untuknya. Senja tersenyum, melambaikan tangan.
Sejak Senja diterima oleh PTN favoritnya, Senja belum memberitahu apa pun pada Fajar. Sengaja, agar menjadi kejutan.
Mereka sudah merencanakan untuk bertemu di kafe dekat sekolah saat sore hari, untuk berbincang-bincang.
Senja sebenarnya sudah mengira bahwa mereka akan menjalani hubungan jarak jauh. Tapi, Senja yakin dia dan Fajar akan selalu bisa melewatinya. Senja percaya, Fajar selalu punya cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/272430032-288-k571130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Langit Tiga Rona
Teen Fiction[COMPLETED] "Kalau memang dia bukan peran utamanya, lalu kenapa dia harus hadir? kenapa harus memporak-porandakan hatiku, dan ternyata... dia bukan sang pemeran utama?" "Begitu cara semesta mempermainkan para tokohnya, Senja." Bagi Fajar, Senja ada...