Senja menurunkan mikrofonnya. Siaran sudah selesai. Ini akan menjadi siaran terakhirnya sebagai Sandhya.
Bertahun-tahun Senja menyembunyikan bahwa Sandhya adalah dirinya, entah ada yang menyadarinya atau tidak, suara Senja mirip Sandhya atau tidak, biarlah semuanya berlalu dan menjadi masa lalu.
Selepas meninggalkan Jakarta, Senja untungnya masih bisa siaran di kantor radio cabang Jogjakarta, dan masih bisa melanjutkan reputasi Sandhya yang telah dibangun.
Senja beranjak dari duduknya, dia akan menemui seorang lelaki yang telah menunggunya di depan. Akhirnya, Bumi Jogjakarta menghadirkan sesosok lelaki yang mencintai dan dicintai Senja.
Senja jadi teringat sebuah kutipan yang ada di buku 'Rindu yang Pilu' yang dulu selalu Senja baca saat duduk di bangku SMA. Buku itu telah tersimpan manis di rak buku saat pertama kali Senja menemukannya, begini bunyinya;
"Kita tidak tahu apakah semua momen akan berujung komitmen atau tidak,
Karna kita terlanjur mengucapkan janji-janji yang mungkin tidak pernah Tuhan restui.Sudahlah, jangan terpaku pada momen yang sudah berakhir,
Karna Tuhan mengizinkan,
Di bawah langit yang berbeda,
Dua anak manusia yang dulu pernah saling mencintai,
Kembali jatuh cinta."Halaman terakhir itu sekarang menjadi halaman favorit Senja. Dia setuju bahwa masa lalu bukanlah hal yang perlu disesali dan bukanlah hal yang harus dihindari. Jika dia memiliki kesempatan untuk bertemu Fajar sekali lagi, dia akan berkata, "Terima kasih sudah pernah menjadi guru kehidupanku."
Dulu, dia ingat sekali, dia pernah menuliskan sesuatu di bukunya pada suatu kesempatan, "Aku terus berlari menjauh, meninggalkan semua kisah tentang kita di Jakarta. Bumi Yogjakarta, bisakah... bisakah kau carikan kekasih pengganti dirinya? Dan semesta, tolong, kali ini saja biarkan aku melupakannya."
Ternyata, Tuhan memang mempunyai banyak rencana yang sebaiknya tidak pernah kita ketahui. Senja bahagia. Tentu saja. Dia bahagia akan kehidupannya saat ini, juga kehidupannya di masa lampau.
***
Jakarta. Tahun 2000.
Fajar berjalan menuju toko buku, hari ini adalah hari peluncuran bukunya, dan dia akan mengadakan tanya jawab atas terbitnya buku tersebut.
Buku tersebut adalah kumpulan puisi yang ia kumpulkan dengan tertatih-tatih, mengumpulkan satu per satu memori yang tertinggal, dan memeluk semua kenangan yang pernah terjadi.
Buku itu berjudul 'Sajak Senja'. Alasannya, karna lebih dari setengah isi buku tersebut adalah puisinya saat bersama Senja, tentang Senja, juga karna Senja.
"Bang, saya mau tanya, kenapa sajak ini seperti novel? Seperti menceritakan kisah hidup seseorang, mulai dari jatuh cinta hingga patah hati, tapi kenapa saya rasa ending-nya terbuka?" Seorang perempuan berkacamata bertanya.
Fajar tersenyum, menatap tumpukan bukunya. "Karna sejatinya, semua akhir dari buku ataupun kehidupan adalah perpisahan."
Akhirnya, Satu Langit Tiga Rona resmi selesai! 😭😭😭
Sedih, sih. Saat mau ngelepasin satu cerita. Apalagi, Senja dan Fajar adalah tokoh favoritku 😭😭😭
Terima kasih atas semua yang mendukung aku untuk sampai ke titik ini. Terima kasih, udah mau baca ini sampai akhir. Terima kasih.
Semoga, ada hal-hal yang bisa dijadiin pelajaran dari cerita ini. Ambil yang baik, buang yang buruk.
Selamat menantikan cerita aku selanjutnya, ya! Laffss 😆
Btw, kalau kalian mau kepoin IG-ku : @/latte_matcharyy
Buat kalian yang mau baca cerita 90-an vibes, alias series pertama, ini yaa:
-Firework,
-Satu Langit Tiga Rona,
-Inara & AksaraBisa dibaca terpisah, kok. Walau pas aku ngetik ini, belom selesai tu cerita wkwkw
See youu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Langit Tiga Rona
Подростковая литература[COMPLETED] "Kalau memang dia bukan peran utamanya, lalu kenapa dia harus hadir? kenapa harus memporak-porandakan hatiku, dan ternyata... dia bukan sang pemeran utama?" "Begitu cara semesta mempermainkan para tokohnya, Senja." Bagi Fajar, Senja ada...