18. Support System

192 45 8
                                    

Hai, selamat baca!!

Makin deket sama olimpiade, makin intens waktu mereka buat persiapan. Gak cuman materi dan latihan soal, mereka juga mempersiapkan presentasi jika mereka masuk final. Karena menurut info, finalnya berbentuk presentasi.

Waktu mereka di kelas juga semakin sedikit. Padahal sebentar lagi juga ujian kenaikan kelas. Untungnya, baik Sadam dan Anna sama-sama bisa mengatur waktu mereka. Mana untuk belajar pelajaran di kelas mana belajar untuk olimpiade.

" Yang ini gimana, Dam? " tanya Anna yang menyodorkan latihan soal miliknya.

Sadam menoleh. Setelah itu ia menjelaskan bagimana cara mengerjakannya. Rumus dan lambang matematika tercoret di kertas milik Anna.

" Paham, kan? " tanya Sadam memastikan.

" Paham. Thanks, Dam, " balas Anna.

Kali ini mereka ada di perpustakaan. Kerjaan mereka tiap hari cuman di perpustakaan dari pagi sampai siang atau siang sampai sore. Jadwal yang tadinya Senin, Selasa, dan Jumat kini menjadi setiap hari.

Capek? Pasti. Tapi ya mau gak mau.

Untungnya, para guru mengerti semua dengan hal semacam olimpiade ini. Tak jarang, siswa yang mengikuti olimpiade bisa dibebaskan dari tugas atau ujian dari mata pelajaran yang terkait.

" Haii bestieeee!!! " Suara Chika menggema di perpustakaan yang sepi.

Selain Chika, ada Jinan, Ega, dan Nathan yang ikutan datang.

" Jangan berisik, ya, mbak! Ini perpustakaan, " ucap si penjaga.

Chika meminta maaf, setelah itu mereka menuju ke tempat duduk Sadam dan Anna.

" Wedeh... Gimana pak, bu? Baek otaknya? " tanya Ega sambil duduk di sebelah Sadam.

" Waduh, pak, udah ngebul ini, " jawab Anna.

" Belakang sekolah, yok. Makan-makan, " ajak Jinan ke Sadam dan Anna.

" Belajar juga butuh makan, kan? Anna..., " tambah Nathan. " Sadam juga. "

Sadam menyenggol lengan Anna. Seraya ia sedang bertanya ke Anna mau atau tidak. Anna mengangguk.

" Kuyy, udah pesen makanan lo pada? " Anna menyetujui.

" Aman di kelas gue, " jawab Nathan. " Yokk!! "

Anna dan Sadam berkemas. Setelah itu, mereka bersama keempat orang lainnya menuju ke belakang sekolah. Tapi sebelumnya, Nathan ke kelasnya dulu mengambil makanan.

" Widihh pizza semeter! Iuran berapa nih? " ucap Sadam pas Nathan bawa masuk pizzanya.

" Lo berdua gak usah, anggep aja penyemangat dari kita, " ucap Chika.

" Gomawo ghozaimasu loh, jadi enak. Sering-sering kek gini, " balas Anna.

" Ini minumnya, air mineral biar sehat. " Nathan meletakkan air mineral ke masing-masing anak.

" Berdoa dulu menurut agama dan kepercayaan, mas— "

" Ega, kita semua islam kalo lo lupa, " potong Jinan.

" Oh iya... Yokk bismillah dulu, " ucap Ega. " Baik bapak Sadam dan ibu Anna, apakah ada kata-kata sambutan? "

" Idih kek apa aja. Dah buru makan! Masih tinggal dikit lagi lo bawa ke sini, " balas Anna.

Semuanya ketawa. Habis itu semuanya pada mengambil potongan pizza mereka. Sesekali mereka saling bercanda satu sama lain. Seru banget.

" Eh sumpah, kalian tuh belajar mulu apa kagak capek apa? Maksud gue dengan materi olim yang pasti susah, terus ketambahan pelajaran di kelas gitu, " tanya Chika.

[✓] Sin Cos Tan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang