Jarak yang terbentang menyulut perpisahan seakan tiada ujung. Sementara dunia yang berbelaskasihan, terus menyirami dengan waktu. Hingga tunas-tunas pertemuan kembali tumbuh. Padamnya rindu saat bunga-bunga sayang bermekaran, jadi pemandangan langka bagi pejuang insan.
Kala tatap bersinggungan, dentang euforia bukan lagi angan. Setiap momen layaknya harta tak ternilai. Saling membingkai afeksi, agar awet tersimpan memori.
Hingga tamak merengkuh diri. Demi waktu singkat tuk tuntaskan hasrat yang sulit dibendung lagi. Menerjang jarak. Melawan batas. Menghalalkan berbagai cara lalu berbuah kecewa.
Hubungan yang timpang terpampang nyata. Sang pujaan mendua, main gila. Logika terpaksa mengguncang jiwa sakit, agar mengerti situasi. Bahwa jarak bukanlah biang keladi. Pun yang terus memunah di antara kita bukan komunikasi, melainkan rasa dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Bengkok
RandomSekumpulan coret-coretan, sajak, puisi, atau apalah kalian menyebutnya, dari orang iseng yang mencintai segala kata. Sebagian adalah tulisan lama. Enggak akan cepet nambah, karena ketergantungan akan kapasitas otak yang overdosis kerja. Semoga mengi...