✨CHAPTER 3✨

15 3 1
                                    


Happy Reading
.
.
.
.
.
.

~~~•••~~~

"CICI! SINI KAMU!" Teriak seorang laki-laki paruh baya yang sudah berkepala 3.

Cici yang mendengar suara teriakan dari bawah langsung segera berlari menghampiri sang ayah.

"I-iya kenapa yahh?" Tanya Cici dengan nada pelan.

Lalu, Tio—Ayah Cici melempar sebuah kertas hasil ulangan yang dikerjakan Cici kemarin.

"INI APA?! DASAR BODOH, ANAK GAK BERGUNA! KAPAN NILAI KAMU AKAN NAIK, HAH? KENAPA TIDAK PERNAH ADA PERKEMBANGAN DARI DULU! memang yahh, tidak ada yang bisa di banggakan dari diri kamu! Anak gak berguna! Cihh, kenapa dulu ibu kamu harus lahirin anak tolol kayak kamu." Umpat Tio dengan kasar.

Ia meludah kehadapan Cici. Namun gadis itu segera mundur satu langkah ke belakang.

"Maaf yah, Cici udah berusaha semampu Cici. Tapi otak Cici gak nyampe yah." Cicit nya pelan.

"Makannya sering-sering belajar, jangan maen hp Mulu! Hp kamu saya sita 2 hari! Sementara itu, kamu harus fokus belajar. Kamu harus dapat nilai yang sempurna. Tuhh liat kakak-kakak kamu! Dia tuh udah cantik, pinter, membanggakan ayahnya. Sekarang aja, satu perusahaan besar yang terkenal di Jakarta langsung Nerima Kakak kamu!"

Cici tidak bisa berkata apapun lagi, hanya air mata yang mengatakan semuanya.

"Nangis aja terus, bisa nya cuma nangis kan! Cepet masuk kamar," setelah mengatakan kata-kata kasar itu, Tio langsung melenggang pergi memasuki ruang kerja nya. Tetapi sebelum itu, ia memasuki kamar Cici untuk mengambil handphone nya.

"Hiks, Bunda.. Cici kangen sama bunda. Cici pengen ikut bunda, bunda pergi ninggalin Cici." Gumam Cici. Air mata nya kembali turun dengan deras.

Cici, dia adalah anak ke 3 dari 3 saudara.
Dia memiliki 2 kakak perempuan, kedua kakaknya sudah bekerja dan tidak tinggal dirumah. Mereka tinggal di apartemen yang lebih dekat dengan kantornya.

Bunda mereka sudah pergi dipanggil Tuhan saat Cici berusia 10 tahun. Sudah 7 tahun lamanya Cici merasakan kesepian. Semenjak bundanya meninggal, ayahnya memperlakukan Cici dengan kasar, hingga tak segan-segan untuk memukul gadis itu.

Kakak-kakaknya tidak tahu sikap ayahnya kepada Cici. Karna jika mereka pulang, Cici akan diperlakukan baik oleh ayahnya. Maka dari itu, jika Cici mengadu pun tidak akan ada gunanya, mereka akan lebih mempercayai ayahnya sendiri daripada adiknya itu.

Itulah alasan yang membuat Cici menjadi gadis pemurung, jarang bicara. Lebih suka bodoamat atas urusan orang lain. Yang penting ia menjalani hidupnya seperti biasa, bersama keempat temannya yang sering membuat hari-hari nya semakin berwarna.

"Semangat Cici, jangan nangis lagi, nanti bunda sedih liat Cici nangis." Gadis itu berbicara pada dirinya sendiri. Tangannya kemudian mengusap air mata yang ada di pipinya hingga kering.

"Mungkin dengan cara gue belajar lebih keras, ayah akan bangga sama gue." Senyuman kemudian terukir di bibirnya Cici. Kakinya langsung melangkah menuju kamarnya.

****

Hari Senin adalah hari paling dibenci oleh murid SMA Trisatya. Bagaimana tidak? Hari Senin adalah hari dimana upacara dilaksanakan. Para siswa akan di jemur dibawah sinar matahari dalam beberapa waktu yang cukup lama.

Tentang Mereka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang