Perhatian : Typo bertebaran dimana-mana.
Happy Reading
Brakk
Pintu ruangan rumah sakit di tendang dengan kasar. Disana menampilkan sosok Tio dengan amarahnya yang menggebu-gebu. Cici terbangun dari tidurnya pun terkejut dengan suara keras itu.
"A-ayah." Rasa takut itu kembali menghampiri gadis itu.
"Kamu!" Telunjuknya mengarah ke arah gadis itu.
"ANAK SIALAN! BISANYA CUMA BIKIN HIDUP SAYA TIDAK TENANG SAJA! BIKIN ULAH TERUS! KAMU PIKIR DI RAWAT DI RUMAH SAKIT ITU TIDAK PAKAI BIAYA APA?! Semakin hari kamu malah semakin membuat saya muak dengan kelakuan kamu! Mulai saat ini kamu bukan anak saya, kamu keluar dari rumah saya, dan saya tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya rumah sakit kamu!"
"Anda tidak perlu repot-repot mengeluarkan sepeserpun, karna saya juga masih sanggup untuk menanggung semua biaya kehidupan dia." Dani muncul secara tiba-tiba.
Saat itu, Dani dan Rani sedang berada di kantin rumah sakit. Laki-laki itu tak sengaja melihat Tio dengan amarah nya yang sudah tak bisa ditahan lagi. Itu sebab nya ia segera menyusul nya karna ia takut Cici di apa-apakan oleh Tio.
Dan benar saja, saat ia hendak masuk, terdengar suara teriakan yang sampai keluar. Tanpa menunggu lagi, Dani langsung saja masuk dan menjawab semua kata-kata Tio.
"Anda tidak perlu ikut campur urusan keluarga saya!" Terdengar suara gertakan gigi dari mulut Tio membuat siapapun ngeri.
"Ohh jelas saya harus ikut campur tuan, Cici adalah temannya adik saya, berarti dia keluarga saya juga. Bahkan saya lebih berhak ikut campur urusannya, karna, masalah dia, masalah saya juga. Anda paham kan tuan?"
Tio tersenyum remeh, "Oh, jadi kamu di sewa sama laki-laki ini?" Pandangannya mengarah ke Cici, tetapi telunjuknya nya menunjuk Dani.
"Enggak yah, enggak." Cici menggeleng cepat menolak tuduhan sang ayah.
"Ck, dasar wanita murahan! Kamu urus saja anak ini, saya juga sudah muak dengan dia." Setelah mengatakan hal itu ia berlalu meninggalkan kedua manusia itu.
"Hiks, kak, Cici mohon. Jangan kasih tahu temen-temen Cici kalo sikap ayah Cici itu kayak gitu, Cici gak mau mereka ngasihani cici." Kepala gadis itu tertunduk, tak berani menatap Dani yang kini dihadapannya.
Tangan Dani terulur, ia memeluk erat gadis yang di hadapannya sekarang. "Cici jangan takut, kakak gak akan ngasih tau siapapun, termasuk Rani."
"Makasih ya kak, tapi sekarang aku bingung. Kalo aku pulang dari rumah sakit, aku harus tinggal dimana? Rumah nenek? Kayaknya gak mungkin, mereka udah gak mau Nerima Cici lagi semenjak kematian bunda."
"Kamu jangan khawatir, kamu bisa tinggal dirumah kakak, nanti soal alesan harus bilang apa ke keluarga kakak, biar kakak pikirin." Usapan lembut Dani membuat gadis itu tenang.
***
Suasana sekolah hari ini ramai seperti biasa. Semua siswa berlarian keluar sekolah karna memang bel pulang sudah berbunyi. Keempat gadis itu pun saat ini tengah berada di parkiran sekolah.
Rani, diah dan Nesa, mereka sudah pulang terlebih dahulu, kecuali Rania. Cici masih belum sekolah karna kondisi nya yang masih lemah. Rania, gadis itu sekarang sedang menunggu mobil jemputannya. Akan tetapi sudah setengah jam pak Maman supir keluarga Rania masih belum terlihat di pandangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mereka (On Going)
JugendliteraturTidak ada yang harus di deskripsikan, jika kalian penasaran, silahkan baca. Jika tidak, saya tidak memaksa🗿 WARNING : Sebagian kata terdapat kata-kata kasar. Publish : Kamis, 24 Juni 2021 Selesai : -