✨ CHAPTER 15✨

5 2 3
                                    

Perhatian : typo bertebaran dimana-mana.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
~~~•••~~~

"Abang, hiks." Rani, gadis itu sedang duduk di pojok ruangan kamarnya. Tangannya memegang salah satu figura yang berisikan foto sang kakak.

"Abang kapan pulang? Rani kangen." Lirih gadis itu.

Tangannya merogoh saku. Ia mengambil handphone nya dan menekan salah satu nomor yang ada di kontaknya.

Tuut

Tuut

Tuut

Tuut

Telfon tersambung, namun belum ada tanda-tanda telfon itu di jawab.

"Abang angkat." Gumam Rani.

Gadis itu kembali mencobanya lagi.

"Halo, kenapa dek?"

Terdengar suara dari sebrang sana. Yaa, Dani menjawab panggilan adiknya itu.

"Abangg hiks." Gadis itu malah menangis.

"Dek? Kenapa? Kenapa kamu nangis? Ada yang jahatin kamu ya? Atau Beni apa-apain kamu? Cerita sama Abang!"

Setiap Rani menangis di telfon, Dani suka menyangka kalau ayah tirinya menyakiti adiknya itu. Karna setiap laki-laki itu pulang, pasti selalu dalam keadaan mabuk. Rani tidak menyukai itu.

Setiap Beni pulang kerumah, ia tak luput minum alkohol dulu. Hingga pernah satu kejadian, laki-laki itu datang. Rani yang membukakan pintunya karna pada saat itu pembantu dirumah sudah tidur, dan kamar tidur ART ada di bagian belakang rumah. Membuat suara bel tak bisa terdengar sampai belakang.

Jadi terpaksa gadis itu yang membukakan nya, karna Tina belum pulang. Beni yang tidak sadar menendang kasar tubuh rani, hingga dada gadis itu menyentuh bagian sudut meja. Tetapi untungnya sudutnya itu tumpul, jadi tidak melukai gadis itu.

"Nggak bang, Dia udah gak kesini lagi. Mamah udah resmi pisah sama cowok brengsek itu. Surat dari pengadilan juga baru datang beberapa hari lalu." Sahut Rani dengan Isak tangis yang masih terdengar.

"Terus kenapa nangis Hem? Adek mau apa? Adek mau handphone baru? Mau motor baru? Atau pengen dibeliin buku novel lagi?"

Dani selalu menawari semua itu jika mendengar adiknya menangis. Ia tau cara yang paling ampuh untuk membuat adiknya tersenyum. Dani memang tipe Abang sempurna bagi Rani. Hanya saja, satu permintaan Rani yang selalu Dani tolak, yaitu pulang kerumah.

"Adek gak mau semua itu bang. Adek cuma mau Abang pulang, Abang udah 6 bulan gak pulang kerumah. Abang ga kangen apa sama adek sama mamah? Biasannya 3 bulan sekali Abang pulang, tapi kenapa sekarang engga? Abang udah gak sayang lagi sama adek ya?" Lirih Rani. Gadis itu mencoba untuk berhenti menangis.

"Iya Abang pasti pulang kok dek, tapi adek tau kan Abang sekarang sibuk banget. Banyak banget barang yang harus di kirim. Bahkan di perusahaan kakak sekarang kekurangan karyawan, jadi Abang selaku manager harus ikut turun tangan. Adek ngerti kan maksud Abang."

Tentang Mereka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang