✨CHAPTER 20✨

7 2 1
                                    

Perhatian : typo bertebaran dimana-mana.

Happy Reading
.
.
.
.
.
~~~•••~~~


"Ayaaaahhhh." Rania berteriak histeris saat mendapati sang berada di ambang pintu menunggu kedatangan gadis itu pulang dari sekolah.

Ia langsung memeluk sang ayah dengan erat. Gadis itu begitu merindukan ayahnya. Padahal hanya 1 minggu lebih ayahnya tidak ada dirumah, namun rasa rindu selalu menghantuinya setiap hari.

Bagi Rania, jauh dari sang ayah lebih menyengsarakan daripada jauh dari sang ibu. Karna gadis itu lebih akrab dengan ayah ketimbang ibunya.

Dibelakang gadis itu diikuti Arga yang selalu setia menemani nya kemanapun ia pergi.

"Anak kesayangan ayah." Gilang mencium pucuk kepala Rania dengan hangat. Sikap hangat ini yang Rania rindukan saat ayahnya tidak dirumah.

"Ayah kok lama banget sih pergi nya, kakak kan kangen sama ayah." Rania merengek manja dalam pelukan sang ayah.

Gilang terkekeh mendengar ucapan sang anak, "Masa? Padahal ayah kan pergi nya cuma 10 hari, gitu aja kangen." Ledek sang ayah.

Gadis itu mendongak kan kepalanya menatap sang ayah, "Cuma ayah bilang? Yaiyalah kan ayah sibuk kerja, sedangkan kakak nungguin ayah tiap detik, pasti kerasa lama." Rania mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ayah cuma pergi sebentar aja udah bikin kamu kangen, gimana nanti kalo tiba-tiba ayah pergi selamanya?"

Ucapan Gilang membuat Rania memukul dada Gilang, "Ayah ngomong apaan sih! Rania gak suka yaa ayah ngomong gitu! Rania benci denger kata itu yah! Rania gak suka! Kenapa ayah gak pernah ngerti sih?"

Cairan bening itu mulai lolos dari mata Rania. Ia tidak suka jika kematian disangkut pautkan dalam pembicaraan kedua manusia itu.

Ia benci kata kematian, walaupun akhirnya ia tahu, semua manusia akan meninggal pada waktunya. Namun bagi Rania, kematian adalah sesuatu yang tidak boleh diperbincangkan, entah itu sengaja, maupun tidak.

"Uluhh, putri ayah kok nangis sihh, ayah kan cuma bercanda sayang." Gilang mendekati sang putri dan memeluk nya hangat. Tangan kanan nya mengusap lembut rambut gadis itu. Rasanya hangat.

"Becanda nya keterlaluan yah! Gak lucu tau gak!"

"Iya iyaa, ayah janji gak ngulangin itu lagi yaa."

"Janji?" Gadis itu mengangkat jari kelingking nya, dengan senang hati, Gilang  menerima nya.

"Janji."

Keduanya terlalu asik sampai Gilang melupakan kehadiran sosok Arga disana. Mereka memang seperti itu, jika sudah bertemu, semuanya terlupakan, bahkan dunia saja tidak mereka ingat.

"Ehh Arga, maaf yaa om lupa kalo disini ada kamu." Ucap Gilang.

"Tidak apa-apa pak." Sahut Arga dengan bahasa formal nya.

"Yah." Panggil Rania.

"Hem?"

"Dia siapa sih? Kok ikut masuk juga? Bukannya dia supir kakak ya?" Tanya gadis itu dengan wajah polosnya.

Gilang mengernyitkan dahi nya, "Kakak kok bisa-bisanya mikir dia supir kamu?" Jawab Gilang dengan terkekeh.

"Yaa abis dia terus ngikutin kakak kemana-mana,"

"Nanti ayah jelasin, kamu sekarang mandi dulu, abis itu makan, terus ikut kumpul di ruang keluarga yaa." Gilang kembali mencium pucuk kepala Rania. Setelahnya gadis itu melenggang pergi ke kamar nya yang berada di lantai dua.

Tentang Mereka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang