Happy Reading
.
.
.
.
.
.
~~~•••~~~Plakk
Suara tamparan keras terdengar diseluruh penjuru ruangan sebuah rumah yang terbilang cukup luas.
"DARI MANA SAJA KAMU! SEMALAMAN GAK PULANG! MAU JADI JALANG KAMU?" Teriak Tio.
Mata Cici berkaca-kaca, ia tak kuasa menahan tangisnya. Bukan karna sakit ditampar, akan tetapi perkataan sang ayah yang begitu menusuk hati.
"Aku nggak pernah jadi jalang yah! Semalem aku dirumah Diah! Bundanya meninggal." Balas Cici dengan nada berteriak.
"Oh berani kamu bentak saya hah?! SINI KAMU!" Tio menarik tangan Cici lalu mendorong tubuh gadis itu hingga punggung Cici terbentur sudut meja.
Arrghh
Punggung gadis itu serasa mati rasa. Ia sudah lelah dengan siksaan ayahnya. Ia ingin istirahat. Ia ingin merasakan bahagia, walaupun sedetik. Ia ingin merasakan rasanya tertawa terbahak.
Namun, rasanya itu mustahil. Ayahnya terlalu membenci nya. Cici seperti tidak dianggap di keluarga nya sendiri.
Tio memasuki kamarnya untuk mengambil sabuk. Laki-laki itu kemudian mendekati Cici yang terduduk dilantai meringis kesakitan.
Bugh
Bugh
Bugh
'Arrghhhh'
"Cukup yaahh, sakitt. Lepasin Cici yahh, jangan pukul Cici. Cici minta maaf yahh." Teriak gadis itu. Tubuh nya merasa perih. Luka kemarin saja belum sembuh, ditambah sekarang ayahnya memukul seluruh tubuhnya dengan ganas.
"Ini balasan buat kamu karna berani membantah saya!"
Tio dengan tidak punya perasaanya terus menyiksa Cici dengan sabuknya. Padahal tubuh gadis itu sudah berdarah.
Tangan Tio langsung mengambil rambut cici dan menariknya sekeras mungkin hingga membuat kepala gadis itu merasa akan lepas, "Hiks.. lepasin Cici yah. Ampunn. Cici gak bakalan ngelakuin kesalahan lagi yahh. Cici mohon, lepasin Cici, kepala Cici sakit."
"Dengarkan saya baik-baik, jangan berani lagi buat bentak saya. Atau akibatknya akan lebih parah dari ini." Ucap Tio dengan nada berbisik.
"KENAPA! KENAPA AYAH GAK BUNUH CICI AJA SEKALIAN! CICI CAPEK YAH, CICI GAK KUAT. CICI LEMAH. LEBIH BAIK AYAH BUNUH CICI AJA, BIAR CICI KETEMU BUNDA!" Teriak gadis itu.
Bugh
Satu pukulan mengenai pipi gadis itu. Cici Merasakan pipinya berdenyut. Sudut bibir gadis itu pun robek dan membuat darahnya mengalir.
"AYOK, coba bentak saya lagi! CEPAT! BENTAK SAYA SEKALI LAGI." Amarah Tio sudah naik pitam.
Kakinya menendang kasar tubuh Cici. Telunjuknya mengangkat dagu gadis itu. Kepalanya mendongak membuat wajah nya berdekatan dengan gadis itu, "Saya akan bunuh kamu ketika saya sudah puas menyiksa kamu anak bodoh!" Ujarnya diseringai senyuman miringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mereka (On Going)
Teen FictionTidak ada yang harus di deskripsikan, jika kalian penasaran, silahkan baca. Jika tidak, saya tidak memaksa🗿 WARNING : Sebagian kata terdapat kata-kata kasar. Publish : Kamis, 24 Juni 2021 Selesai : -