chapter tujuh

3.1K 327 122
                                    

Yuk kasih vote dan comment kalian, lebih bagus kalo mau pada follow, hehe. Thankyou...

Happy reading..

.

.

.

Brak..

Pelayan yang tengah menemani bayi cantik itu sampai terlonjak kaget saat nonanya masuk ke dalam kamar dengan bantingan suara pintu yang keras. Lebih terkaget saat tahu bila nonanya datang dalam keadaan menangis.

"Keluar dari kamarku, cepat!" Perintah Sana.

Tanpa banyak membantah si pelayan langsung membungkuk memberi hormat kemudian berlari keluar dari kamar Sana. Selepas kepergian pelayannya, Sana langsung mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Hiks... hikss....

Sana jatuh meluruh di lantai dengan bersandar pada pintu.

Keributan yang di ciptakan Sana sontak saja mengusik tidur nyenyak Minju. Bayi mungil itu bergerak tidak nyaman dengan suara isak tangis dari ibunya. Hingga Minju pun akhirnya terbangun dan ikut menangis.

Sana berdiri dari tempatnya, menghampiri keranjang tidur putrinya. Yang Sana lakukan hanya memandangi lirih putrinya yang tengah menangis, hanya menatap dan tidak segera menangkan Minju.

"Kau juga mau menyalahkanku? Hah! Dari dulu kau hanya mau menuruti kata ayahmu, tapi mulai sekarang kau hanya memilikiku. Tidak akan ada lagi ayahmu disini, maka diamlah dan jadi anak yang baik. Kau mendengarku, Minju." ucap Sana kepada Minju.

Orang bisa menganggap Sana sudah gila karena memarahi bayi yang baru lahir seperti itu. Jelas saja Minju tak akan paham, hanya tangisnya yang akan makin kencang.

"Kubilang diam! Diam Chou Minju!" Bentak Sana dengan keras, dia berteriak tepat di depan putrinya.

Oekk oekkkk....

Tangisan Minju kian menjadi, wajah cantik bayi mungil itu sampai memerah karena menangis.

Brak brak brak...

"Sana buka pintunya! Apa yang kau lakukan! Cepat buka pintunya, Sana!" Teriak tuan Minato dari luar kamar Sana sambil terus berusaha mengetuk pintu kayu keras itu.

Suara teriakan dari luar, ditambah suara tangisan bayi. Rasanya kepala Sana hampir meledak mendengar keributan ini. Dia menutup rapat kedua telinganya dengan tangan, berharap suara-suara ini tidak bisa terdengar lagi. Tetapi percuma, dirinya tetap mendengar keributan ini. Tubuhnya jatuh terduduk di lantai dengan semua kepeningan yang menderanya.

"Sana! Papa harus bicara padamu! Apa yang kau lakukan pada Minju? Cepat buka pintunya! Sana! Jangan gila kau!" Teriak tuan Minato kembali.

Sana makin menenggelamkan wajahnya di kedua lutut, dengan kepalanya yang terus menggeleng.

Sedangkan di luar kamar, tuan Minato terus menggedor pintu kamar putrinya tanpa henti. Sampai nyonya Minato harus menarik suaminya agar berhenti memperparah keadaan. Dia paham suaminya pasti marah dengan sikap putri mereka, tetapi emosi tidak bisa menyelesaikan apapun.

"Tenanglah Pa, biarkan Sana tenang dulu. Berikan dia waktu untuk sendiri."

"Bagaimana aku bisa tenang? Lagi-lagi Sana sudah melakukan kesalahan, dan untuk kesekian kalinya Tzuyulah yang harus menderita karena keegoisan Sana."

"Ya tetapi jangan sekarang. Sana sedang emosi, semuanya percuma bila kau bicara pada Sana sekarang."

Tuan Minato berdecak kesal, dia mengusap rambutnya kasar dengan deru nafas yang memburu. Ya benar, keadaan tengah panas. Bila ia juga ikut emosi maka yang ada hanya kesalah pahaman saja yang terjadi.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang