chapter dua puluh dua

2.2K 209 115
                                    

Happy reading....

.


.

.

Tzuyu berlari keluar dari mobil, kakinya bergerak cepat masuk ke dalam rumah. Tadi di kantor dia mendapat telepon dari asisten rumah tangganya bila mendengar suara tangisan Minju dari dalam kamar.

Semula bibi Kim berpikir bila tentu ada Sana juga di dalam kamar tetapi sudah berlalu setengah jam namun tangis Minju tak jua reda tapi malah bertambah keras saja. Sudah bibi Kim coba juga untuk mengetuk pintu kamar dan juga memanggil-manggil nama nyonyanya tapi hasilnya tetap saja nihil.

Takut bila terjadi apa-apa maka Bibi Kim segera mengabari Tzuyu, berharap tuannya itu bisa segera datang.

"Bibi!" panggil Tzuyu kepada asisten rumah tangganya yang tengah berdiri risau mondar mandir di depan pintu kamar Tzuyu dan juga Sana.

"Tuan.... nona Minju dan nyonya Sana.." panik bibi Kim meremat kedua tangannya sendiri sambil menahan tangis.

Tzuyu mendekatkan telinganya di depan pintu, dan benar saja memang terdengar sayup-sayup suara tangisan dari Minju.

Brak brak brak...

"Sana... Kau di dalam Sayang?" panggil Tzuyu sambil menggebrak keras pintu kamarnya.

Tetap saja tidak ada sahutan apa-apa dari dalam. Dan parahnya lagi Tzuyu juga sudah mencoba menghubungi ponsel istrinya namun hasilnya nihil. Sana sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

"Bibi, apa yang terjadi? Sana didalam kan?"

"Saya tidak tau Tuan. Barusan saya pergi keluar untuk berbelanja, tapi sebelumnya saya berpamitan dulu kepada Nyonya. Tadi Nyonya ada di dalam kamar bersama nona Minju. Saat saya kembali dan ingin mengajak nyonya untuk masak malah yang ada hanya suara tangisan nona Minju. Sejak tadi saya juga sudah mencoba mengetuk pintunya Tuan. Ya Tuhan.. apa yang sudah terjadi." jelas Bibi Kim dengan panjang.

Tzuyu mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang sebenarnya sudah terjadi?

Dia hanya pergi beberapa saat tapi sudah ada masalah yang bahkan dia tidak tahu apa masalahnya.

"Ck pintu ini harus ku dobrak." ucap Tzuyu diikuti anggukan setuju oleh bibi Kim.

Kasihan bila mereka lebih lama lagi membuka pintu itu, karena Minju sudah menangis sejak berjam-jam tadi. Bisa gawat kalau Minju terkena dehidrasi atau malah yang terburuk adalah sudah terjadi sesuatu kepada Sana dan Minju di dalam kamar itu.

Brakk..

Tubuh Tzuyu bertubrukan dengan pintu menghasilkan bunyi yang amat keras.

Meski menyakitkan tapi Tzuyu tidak peduli. Dia harus terus berusaha mendobrak pintu keras itu bagaimanapun caranya.

Brakk..

Tzuyu meringis menahan sakit pada bahunya. Percobaannya tidak berhasil maka dia akan mencoba untuk mendobrak satu kali lagi.

Brakkkk...

Engsel pintu kayu itu terlepas setelah Tzuyu mendobrak entah untuk ke berapa kalinya. Pria itu langsung  bergegas menerobos masuk ke dalam kamar.

Tzuyu menghampiri ranjang tidur Minju, menatap kasihan pada bayi cantik itu yang sudah menangis sampai wajahnya terlihat memerah.

"Oeeekkkk... Oeeekkkk..."

Buru-buru Tzuyu mengangkat Minju dan menggendongnya, menepuk-nepuk punggung belakang bayi itu untuk ditenangkan.

"Shut shut... Sayang ini Papa, jangan menangis ya Pintar. Astaga Mamamu kemana Sayang?" Tzuyu mencari keberadaan Sana di dalam kamar, tapi nampaknya Sana tidak berada di sana. Hanya ada Minju saja yang menangis.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang