chapter enam

3.8K 336 130
                                    

Jangan cuman baca doang, bagi votenya bisa lah ya. Dan comment plus follow yuk...

Happy reading!

.

.

.

Beberapa bulan berlalu.

Sekarang Tzuyu tengah menemani Sana untuk pemeriksaan rutin kandungannya kepada Dokter Nayeon. Perut Sana sudah membesar dengan usia kandungan memasuki bulan ke 8, membuatnya makin susah untuk beraktivitas sendiri sehingga makin menggantungkan dirinya pada Tzuyu.

Dengan tangan saling menggenggam, Sana dan Tzuyu begitu antusias melihat layar monitor yang tengah menampilkan anak mereka.

"Kalian ingin tahu jenis kelamin anak kalian?" Tanya Dokter Nayeon sambil menggerakkan alatnya dengan lembut di atas perut besar Sana.

"Apa sudah bisa Dok?"

"Tentu saja."

"Oh astaga! Ya, tolong beritahu kami Dokter."

Dokter Nayeon mengarahkan alat itu kesana-kemari. Tzuyu dan Sana sama sekali tidak mengerti tetapi yang ahli bisa dengan mudah mengetahui jenis kelamin bayi pasiennya itu.

"Bagaimana Dokter? Laki-laki atau perempuan?" Tanya Tzuyu tak sabaran.

"Selamat, anak kalian berjenis kelamin perempuan."

Tzuyu memekik kecil, genggamannya pada Sana makin erat. Dia menatap penuh senyuman pada istrinya.

"Anak kita perempuan Sana! Tepat seperti yang ku tebak dulu, sudah ku bilang kan bila feelingku tak pernah salah." Ucapnya sambil membelai kepala Sana dengan lembut.

"Kau senang anak kita perempuan Tzu?"

"Tentu saja, dia pasti akan secantik dirimu." Kedua pipi Sana merona merah dengan sendirinya, Tzuyu terkekeh lalu mendaratkan kecupannya di kening sang istri.

"Kau bisa saja Tzu."

"Astaga aku sangat senang sampai rasanya dadaku menjadi penuh sesak seperti ini. Ya Tuhan."

Dokter Nayeon hanya tersenyum melihat pasangan tersebut. Sekarang tak ada lagi yang ia khawatirkan dengan kehamilan pasiennya ini karena kandungannya tak lagi selemah di awal. Bila terus begini maka tak ada yang harus di takutkan lagi.

.

Hal yang Tzuyu sukai belakangan ini adalah mengelus perut besar Sana. Semakin besar perut itu maka semakin gemas pula Tzuyu. Dia bisa merasakan tendangan-tendangan yang cukup keras dari anaknya yang masih di dalam kandungan. Bahkan Tzuyu cukup khawatir anaknya terlalu aktif seperti itu akan merepotkan Sana.

Tzuyu menempelkan telinganya di perut besar Sana lalu dia tertawa seolah punya dunianya sendiri.

Huft..

Helaan nafas panjang membuat Tzuyu mendongakkan kepalanya, "Kenapa, Sana?"

Kepala Sana menggeleng lesu, menegakkan tubuhnya lalu meraih bantal lagi untuk dia gunakan sebagai senderan punggungnya.

"Ada apa?" Tanya Tzuyu sekali lagi, dia sekarang sudah bisa memahami Sana. Bila Sana bersikap seperti ini maka pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Maka Tzuyu harus berusaha untuk melakukan yang terbaik agar Sana bisa merasa nyaman kembali.

"Punggungku pegal sekali." Ucap Sana lalu memegangi punggung bagian bawahnya.

"Mau ku pijat?" Tzuyu berganti posisi menjadi di duduk di sebelah Sana.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang