chapter dua puluh tiga 🔞

6K 225 113
                                    

Warning! Mature contens 🔞

Jangan lupa komen, vote dan juga follow buat tau cerita baru yang nanti di buat ya.

Happy reading..

.

.

Sudah sepatutnya pasangan harus bisa saling menguatkan, apabila yang satunya tengah jatuh terpuruk maka pasangannya harus bisa meyakinkan bila mereka bisa bangkit. Bergenggaman tangan dengan erat, berjuang bersama. Dan percayalah maka hari esok akan lebih indah dari hari ini.

Itu juga yang tengah coba Tzuyu lakukan. Dia paham betul bila Sana kini sedang jatuh sedalam-dalamnya. Ingin menyalahkan dirinya sendiripun untuk sekarang sudah tidak berguna. Semua sudah terlanjur terjadi, tidak ada yang bisa di putar kembali.

"Aku sudah hina, aku tidak pantas lagi untukmu Tzu.." lirih Sana dengan pedih. Namun sanggup mengiris hati terdalam dari Tzuyu.

Tzuyu menggelengkan kepalanya, terus menyangkal setiap kata menghina yang Sana lontarkan kepada dirinya sendiri sejak tadi.

"Menjijikkan sekali..."

"Demi Tuhan, Sana. Jangan bicara seperti ini, lupakanlah semuanya. Ini bukan salahmu, jangan mengecam dirimu seperti ini terus. Ku mohon berhentilah." Tzuyu menangkup kedua pipi Sana, memaksa kedua manik mata itu untuk saling bertemu tatap.

Tetapi lagi-lagi Sana tidak mampu terlalu lama memandang wajah suaminya, merasa hina dan malu saat kedua mata teduh itu mengunci pandangannya.

"Kau pikir hanya dirimu saja yang menjijikkan? Lupakah kau siapa aku dulu, Sayang? Aku hanya pria rendahan yang sama sekali tidak sebanding dengan nona sepertimu. Aku lebih hina dibandingkan denganmu Sana." Tzuyu berucap lirih, mendekatkan wajahnya hingga dahinya menempel pada kening Sana.

Keduanya bersentuhan, deru nafas saling terembus satu sama lain.

Masing-masing dari mereka memilih untuk diam, yakin bila pasangan masing-masing akan tau isi hati terdalam yang tidak sanggup di ungkapkan.

"Lupakan saja... anggaplah itu hanya mimpi buruk. Sekarang kau harus bangun, bangun untuk meneruskan hidupmu. Jalani hidup sempurnamu lagi sepeti dulu Sana, bersamaku dan putri kita. Bersediakah kau melakukan itu? Demi aku, dan juga demi Minju. Ku mohon Sana..."

Cupp..

Sebuah ciuman mendarat di bibir Sana, bukan hanya ciuman sekilas saja. Namun Tzuyu sengaja menempelkan bibirnya pada bibir Sana dengan lama, cukup lama meski hanya menempel saja. Berharap Sana bisa merasakan ketulusan yang ada didalam hatinya ini.

Setelah beberapa saat, Sana melepas ciuman itu dengan menolehkan kepalanya, kedua matanya terpejam mencoba menahan rasa sesak didada.

Lalu saat sudah siap, kedua matanya kembali terbuka dan menatap dalam pada Tzuyu. "Aku tidak bisa."

"Sana-"

"Cukup Tzu, vas yang sudah pecah tidak mungkin bisa kembali terlihat cantik. Dan pasti si pemilik akan membuangnya dan membeli vas baru. Kau juga pasti akan begit-"

"Kau bukanlah barang Sana!" pekik Tzuyu membuat Sana terlonjak kaget. Tidak menyangka reaksi Tzuyu akan sekeras ini.

Namun yang Tzuyu lakukan sama sekali tidak berlebihan, memangnya suami mana yang akan tahan bila istrinya terus menghina dirinya sendiri meski nyatanya semua orang tau bila itu tidak benar.

"Jadi kau masih mau dengan istri yang tidak bisa menjaga kehormatannya hanya untuk sang suami?"

"Semua orang tau siapa disini yang salah. Dan apapun yang terjadi, dimataku kau tetaplah permata indah yang akan selalu kugenggam seumur hidupku, selamanya Sana, selamanya."

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang