extra part

2.2K 157 50
                                    

Happy reading....

.

.

.

Suasana di meja makan keluarga yang satu ini pada saat pagi hampir selalu sama, tidak ada ketenagan, yang ada hanya kehebohan dari anak-anak pasangan suami istri tersebut.

Untung saja tidak semua gadis-gadis cantik itu membuat kebisingan, masih ada satu gadis yang diam tenang tidak seperti kedua saudarinya. Selalu menjadi yang pertama datang ke meja makan menyusul kedua orang tuanya yang masih menunggu putri mereka yang lain.

"Kau mau tambahan sosis panggang?" tawar Sana kepada putrinya yang nomor dua. Si anak hanya menggeleng pelan sambil tersenyum manis. Sana mengangguk paham kemudian menaruh segelas susu di dekat putrinya itu.

"Papa mau susu juga atau kopi?" tawar Sana kepada Tzuyu.

"Tolong susu saja." balasnya.

"Oke." Sana mengambil gelas yang lain lalu menuangkan susu ke dalamnya. Segelas susu pun diberikannya kepada Tzuyu.

"Terima kasih." ucap Tzuyu menerima minuman tersebut, dia melirik kearah arloji yang melingkar ditangan. "Sudah hampir siang, Sullyoon dan Jinni akan terlambat di hari pertama mereka kuliah jika tidak segera sarapan."

"Benar juga, biar aku yang menyusul anak-anak. Sullyoon, kau makanlah sarapanmu terlebih dulu." ucap Sana.

"Iya." balas Sullyoon singkat, mendengar perintah dari ibunya langsung membuat Sullyoon memulai acara sarapannya.

Sana baru berniat beranjak dari kursinya, namun kedatangan si bungsu sudah menahannya. Berteriak keras sambil marah-marah tidak jelas.

"Padahal ini baju favoritku, ck dasar ceroboh!" teriak Jinni dengan langkah menghentak keras menuruni anak tangga.

"Yak, Chou Jinni.. Apa apaan kau ini? Kenapa marah marah seperti itu, cepat kemari." panggil Sana meminta putri bungsunya itu mendekat.

"Ck lihatlah Ma, Bibi merusak baju favoritku!" adu Jinni. Pelayan paruh baya terlihat berlari keluar dari dapur tergopoh-gopoh sambil menundukkan kepalanya takut, Jinni yang melihat pelayan yang dia maksud langsung melotot menyeramkan. "Hei Bi, kau becus bekerja tidak huh? Papa menggajimu bukan untuk merusak bajuku."

"Ma-maaf Nona." cicit pelayan paruh baya itu ketakutan.

"Jinni tahan bicaramu. Sudahlah Bi, lanjutkan saja pekerjaanmu." ucap Sana tidak suka sikap kasar putrinya itu. Pelayan paruh baya itu mengangguk patuh dan kembali lagi ke dapur.

"Tapi Ma-"

"Apanya yang rusak? Bajumu nampak masih baik baik saja, Nak." Tzuyu angkat bicara, Jinni menggembungkan kedua pipinya kemudian berlari kearah sang ayah. Memeluk lengan Tzuyu erat dengan manjanya.

"Pa, lihat warna bajuku jadi rusak karena ulah Bibi. Dia ceroboh sekali kan Pa." adu Jinni sambil menunjukkan di ujung baju yang dia pakai memang terlihat sedikit menguning. Sebenarnya tidak akan terlihat jelas bila tidak di lihat dengan seksama.

"Ck hanya masalah sekecil itu rupanya, tidak perlu marah-marah kepada Bibi. Biar nanti Papa belikan sepuluh baju untukmu ya." Tzuyu mengusap puncak kepala putri bungsunya supaya bisa meredakan amarah Jinni yang terlanjur meledak.

"Bukan salah Bibi. Bajumu memang dari bahan yang khusus, Mama sudah pernah memberitahu bila selesai memakainya kau harus memasukkan ke keranjang terpisah supaya tidak di cuci bersama. Kau yang teledor kenapa malah marah kepada Bibi." setelah sekian lama hanya diam akhirnya Sullyoon angkat bicara.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang