chapter lima belas

3.7K 312 95
                                    

Happy reading...

.

.

.

Pagi sudah datang, kicauan burung membangunkan satu anak manusia dari tidur lelapnya. Jantungnya berdegup kencang saat mendapati seseorang yang ia cinta terlelap di sampingnya. Selalu hanya bisa mengucap syukurlah yang ia lakukan.

Hatinya mendadak sakit saat tiba-tiba teringat akan masa lalu, teringat apa yang sudah ia lakukan terhadap pria ini.

Hanya dengan mengingatnya saja air mata sudah bisa mengalir dengan sendirinya. Dia membekap mulutnya rapat-rapat agar isakannya tidak keluar.

"Kenapa Sayang?" suara parau itu membuat Sana tersentak, bukannya menjadi diam malah tangisan Sana kian menjadi-jadi.

Akhirnya Tzuyu membuka matanya, tersenyum hangat kemudian menarik Sana ke dalam pelukannya.

Tzuyu tahu apa yang membuat Sana seperti ini, bukan hanya sekali atau dua kali Sana menangis setelah bangun tidur. Tetapi sudah berkali-kali. Dulu Tzuyu sangat panik saat mendapati Sana menangis, namun begitu mendengar alasan Sana yang bilang ia menyesal dengan kesalahannya dulu serta kini bahagia dengan hidupnya membuat Tzuyu bisa memahami Sana.

"Shut... tidak papa, yang terjadi sudah terjadi. Tidak perlu kita ingat-ingat lagi."

"Hiksss bukankah dulu aku wanita yang sangat jahat Tzu."

Tzuyu tersenyum, terus mengelus punggung Sana dalam pelukan hangatnya itu.

"Bukan cuman dirimu yang jahat, aku pun juga. Bukankah kita sudah sepakat untuk melupakan masa lalu, jangan diingat-ingat lagi." Tzuyu melonggarkan pelukan itu, dia menghapus air mata Sana.

"Bolehkah aku mendapatkan senyuman manis dari istriku sebagai ganti ucapan selamat pagi?"

Sana terkekeh, dia memukul dada Tzuyu dengan pelan. Cukup malu dengan rayuan menggoda yang Tzuyu lontarkan.

"Wah istriku sangat cantik saat tersenyum, tapi sayangnya dia sering sekali menangis. Huft istriku itu memang sangat cengeng, mirip putriku yang baru berumur 7 bulan." goda Tzuyu mencubiti gemas hidung mancung istrinya.

"Ish Tzuyu! Jangan mengejekku!" rengek Sana malu sendiri.

Bisa membuat Sana kembali tersenyum cukup membuat Tzuyu lega. Dia melingkarkan kembali kedua tangan di pinggang Sana kemudian membenamkan wajah di depan dada sang istri.

"Tzu..." Sana menepuk-nepuk punggung Tzuyu. Dia geli karena suaminya mendusel-dusel seperti ini. "Tzu geli.."

"Hmmm..."

Tzuyu hanya berdeham, Sana menghela nafasnya. Berhenti mencoba lepas dari suaminya, malah sekarang berganti menjadi mengelus lembut kepala Tzuyu yang berada di depan dadanya.

"Masih mengantuk ya?"

"Hmm..."

"Oke tidurlah lagi, tapi lepaskan aku dulu. Aku harus melihat Minju dan membantu Bibi memasak."

"Hmm temani aku saja."

"Ishh ini sudah pagi, ayolah lepaskan aku."

"Aku mengantuk."

"Ya tidurlah, aku tidak menyuruhmu bangun kok. Hanya saja lepaskan aku, cepat-cepat."

Sebenarnya hari ini adalah hari libur sehingga Tzuyu tidak perlu pergi bekerja. Tetapi meski hari libur tetap saja Sana tidak mau berleha-leha saja. Sebagai seorang istri dia ingin tetap bangun pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk suami tercintanya.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang