I

3.7K 261 9
                                    


Junkyu x Yoshi

Warning(s)
Typo(s)
Bxb area





Warning(s) Typo(s) Bxb area

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Tidak, Junkyu."

Float Ice Cream untuk jadwal sarapan-makan siang memang bukan perpaduan yang tepat. Seharusnya pula ia memakai kemeja biru muda dan celana hitam panjang —agar terlihat seperti pekerja sibuk bak kuda— bukannya kaos putih dilapisi kemeja kotak-kotak dan celana jins. Mungkin karena dua hal itu pacar manisnya secara sepihak mengatakan hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Padahal Junkyu merasa wajahnya sangat tampan, proporsi tubuhnya pun tidak kalah menarik, sikapnya termasuk hangat walau setengah sempurna memang karena faktanya Junkyu adalah seorang pengangguran.

"Apa karena aku tidak punya pekerjaan?" Junkyu menyeletuk dengan nada 'tidak percaya bahwa pacarnya mengungkit hal itu.'

"Tidak. Maksudnya ya setengah... Tapi, lebih banyak karena sikapmu yang seperti menyepelekan hubungan kita. Mungkin beberapa orang tidak memikirkan hal ini, tapi aku butuh sesuatu yang lebih serius bukan sekedar menyapa 'Apa kamu sudah makan?' atau berkata 'Kita bisa menghabiskan waktu bersama di depan televisi.' seolah kalimat itu menjadi suatu bukti untuk dipamerkan bahwa kau sedang berpacaran dengan seseorang. Kau bahkan tidak niat mendengarkan ceritaku, kau juga tak peduli dengan keputusanku, kau lebih banyak mengiyakan tanpa bertukar pikiran. Aku tau... Aku tau kamu tidak benar-benar membutuhkanku. Jadi, kurasa sudah selesai."

Tenggorokan Junkyu rasanya kering —memang float ice cream adalah pilihan yang buruk atau hal itu memang alamiah akibat di banjiri ucapan jujur (mantan)kekasihnya. Otak lelaki Kim itu tidak pernah secuil upil pun memikirkan pengakuan perempuan di depannya. Sejujurnya, Junkyu memang manusia malas, cepat bosan, dan di sisi lain tak jarang suka bertukar opini juga pikiran namun ia kira perempuan akan lebih senang jika pasangannya menuruti apa yang ada di kepala mereka. Untuk memamerkan status tidaklah ada di kamus seorang Kim Junkyu. Kedua alisnya hampir menyatu akibat dahinya yang mengerut.

"Jadi, kau hanya butuh yang serius? Aku bisa serius."

"Aku tidak melihatnya. Lagipula bukan hanya itu, dia harus punya pekerjaan juga."

"Aku bisa cari kerja."

"Sudah berapa kali perusahaan-perusahaan menolak lamaranmu? Tapi, intinya sudah selesai. Lebih baik cari yang lain saja. Aku berdoa untukmu."

"H-hei... Jangan begitu, dong. Lia!"

Detik berikutnya bibir Junkyu maju ke depan. Sebal, Lia —kekasihnya— pergi tanpa mendengar kalimat yang akan keluar dari mulutnya. Kedua matanya memancarkan aura pasrah, melihat Lia dari belakang yang terlihat cantik dan elegan dengan pakaian sopan nan tertutup. Tubuhnya merosot seakan tulang-tulangnya tergantikan dengan jeli. Tidak ada semangat setitik pun. Wajahnya loyo karena harus kehilangan tempat tinggal pula. Maka, malam ini artinya Junkyu harus pindah ke rumah kakaknya karena selama berpacaran ia menetap di apartemen Lia.

Jemari panjang itu bergerak membuat sedotan plastik yang terendam air berkarbon menari-nari bersama lelehan ice cream vanila. Junkyu menumpu sebagian wajahnya dengan tangan yang menganggur. Tatapannya jatuh pada dua insan sama gender tepat di samping mejanya. Tak bisa berbohong, lelaki dengan surai cokelat keemasan di sana menarik atensi Junkyu. Hanya diam memandangi entah pola meja atau sesuatu yang lain Junkyu tidak tau. Jarum detik pada jam terus berkeliling mencari angka tiga belas, sama halnya dengan Junkyu yang tidak melepas pandangannya.

"... Walaupun begitu kau tetap temanku. Jaga dirimu baik baik, ya?"

Rasanya sang waktu terserang penyakit lupa. Tubuh Junkyu tersentak, masa berjalan lambat, ia dapat melihat getaran itu. Tidak jelas itu khawatir, sakit, senang berpadu seperti es campur. Rintik air mata tertahan di sana untuk tetap tenang. Lelaki Kim itu bersumpah dapat melihat kilatan aneh dari ekspresi si lelaki bersurai terang. Senyum terpancar menahan perasaan yang Junkyu tidak mengerti namun, sedikit tau.

"E-ehm. Aku turut bersuka cita."

Tidak.
Junkyu yakin itu bukan kalimat yang ingin dia keluarkan.

Sosok yang lebih jangkung, berpakaian rapih dan tak pernah melepaskan senyuman, bangkit diikuti si surai terang. Tangan panjang itu melayang menarik kepala laki-laki yang lebih pendek, memeluk yang Junkyu lihat seperti pasangan tua yang sebentar lagi bercerai. Yang satu berakting seperti tidak apa-apa, sisi yang lain terasa canggung dan kaku. Kedua kelopak mata Junkyu menutup, meringis dalam hati. Persis seperti dirinya dan Lia.

"A-ah maaf." Ucap Junkyu kala si surai terang menoleh ke arahnya dan si jangkung sudah menghilang, berjalan keluar cafe.

"Tidak masalah. Permisi."

Junkyu memicingkan mata. Kedua bola matanya bergerak mengikuti objek. "Eh, pernah bertemu dimana ya....?"







?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






.
.
.
.
.
.
.

A/n
Cerita ini akan bersambung karena alurnya aku ambil dari salah satu manga Jepang yang aku lupa judulnya —soalnya panjang banget :"
Tapi, kalimat percakapan, dan role pemainnya ada perbedaan soalnya agak sedikit nggak dapet 'feel' —secara pribadi— kalau plek sama kayak yang ada di manga.

Untuk para readers sekalian yang mungkin akan menunggu kelanjutannya
Maaf sangat sangat kalau update nya mungkin lama karena aku bikin ini pun cuman iseng iseng biar nggak mikir tentang tugas yang segudang banyaknya//duagh

And, thanks a bunch buat yang sudah membaca, meninggalkan jejak, dan pencet bintang✌

Salam,
Resresanroti

Addicted || KyuYoshi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang