Junkyu x YoshiWarning(s)
Typo(s)
BxB area"Apa kamu benar-benar tidak bercerita kepada siapapun tentang peny— ...Ekhem, maksudku masalahmu ini?"
"Ada."
Lehernya praktis memutar. Tanda tanya imajiner menyembul dari kepalanya, Yoshi tidak bisa liat namun mampu menduga. Junkyu menggantungkan satu pot mini berisi scabiosa—yang mereka beli sebelum pulang dari taman hiburan—di pelataran balkon. Menyisir rambut dari depan ke belakang menggunakan jari, kepalanya miring dengan mimik bertanya. "Siapa?"
"Yoonbin."
Rasanya seperti mendapati hujan es di tengah musim panas, ia terperangah mendengar jawabannya. Bagaikan nama terkutuk yang membuat telinganya geli setiap kali mengetuk indra pendengaran, derai kegusaran membasahi pucuk kepala menghantarkan arus emosi.
"Kenapa?" Kali ini vokalnya berat. Barangkali menahan letupan yang selalu datang tiap Yoshi berbicara tentang Yoonbin.
Yoshi tidak sadar. Ia sibuk menyajikan bolognese pasta pada dua piring berukuran sedang dan cheesy calzone mini di atas piring rata berdiameter lebih kecil. Disusunnya di atas meja kayu lantai di depan sofa lalu balik lagi ke dapur mengeluarkan satu liter kotak jus jeruk dari kulkas dan menyambar dua gelas tanpa gagang.
"Ayo makan."
Bokong itu jatuh tepat di sisi kiri Yoshi. Kedua matanya masih mendelik menyelidik meski tangannya mencapai kotak jus jeruk. "Yoshi, kenapa?" Junkyu malah merengek karena dihiraukan.
"Apa?"
"Alasannya. Kenapa Yoonbin? Dia menyakitimu 'kan?"
"Awalnya mungkin iya."
"Maksudmu?"
Telapak tangannya terangkat memberitahu Junkyu untuk menunggu makanannya tertelan terlebih dahulu sebelum bercerita. Yang diberi lampu merah, menajamkan telinga dan matanya sampai dahinya mengkerut. Sudah bersiap seperti anjing peliharaan yang menunggu aba-aba tuannya untuk memergoki maling yang masuk ke rumah.
Selagi menggiling halus pastanya, Yoshi mengambil cheesy calzone lalu menjejalkannya untuk Junkyu makan. Ia hampir tidak bisa menahan geli manakala bahu lebar pria Kim itu merosot—langsung beringsut mundur menyenderkan punggung pada sofa dan mengunyah roti berisi keju dan daging ham dalam bisu.
"Kenapa kita tidak makan dulu setelah itu kuceritakan?" Tanya Yoshi dengan halus.
"Oh ayolah... Sambil makan saja. Kenapa?"
Si Kim muda itu sungguh tidak bisa menunggu. Yoshi mengulum senyum tipis.
"Sekitar satu setengah tahun atau dua tahun setelah lulus. Kita bertemu di klinik pamannya saat aku pergi berobat. Lalu dia mengajakku makan, pulangnya karena tidak tahan ku beritahu semuanya,"
Jeda sebentar. Yoshi meminum jus jeruk yang telah dituangkan oleh Junkyu akibat penasaran akan rasanya—merek yang baru keluar dipasaran dan harganya masih murah. Kelopak matanya mengerjap, otot-otot disekitar mata seakan saling tersambung terisi daya. Alih-alih manis kali ini lebih asam dan sedikit pahit diakhir.
"Tentu saja dia membeo. Tapi beruntungnya aku, dia membantuku, dia juga yang membuatku bekerja di sekolah Rowoon. Dia berpesan kepadaku untuk selalu menyibukkan diri pada aktivitas positif sehingga tidak ada niatan untuk seperti dulu. Dia teman yang baik, aku bersyukur sekali."
"Apakah dulu lebih parah?"
"Sangat."
Sayup-sayup ribut tetangga tidak menciptakan keinginan Junkyu mengeluarkan suara. Memilih tidak mengindahkan, dan beralih menghabiskan spagetti yang sudah agak mendingin. Terkadang berhenti hanya sekedar merentangkan kedua tangan dan kaki atau menguliti kulit mati pada jari-jari atau (yang paling konyol) menempelkan pipi di meja dan menonton Yoshi mengunyah makanan.
Ada kalanya Yoshi melototi Junkyu untuk makan atau mendorong pria itu akibat netra cokelat itu membuatnya risih.
Selepasnya Yoshi mencuci piring dan Junkyu mengeringkannya dengan kain lap. Kemudian, mereka duduk menonton acara televisi (apapun, yang sekiranya menarik). Junkyu menggunakan jemari Yoshi untuk mengenyahkan bosan yang melanda. Kepalanya jatuh pada bahu si Kanemoto dan tangannya terselip diantara celah badan dan lengan Yoshi.
"Yoshi, lanjutkan yang tadi siang.... Yuk?"
Bermenit-menit ia habiskan memikirkan gagasan ini. Bohong kalau ia mengaku tidak mengiri. Dia iri Yoonbin bisa menjadi sesuatu bagi Yoshi bahkan setelah kelakuannya di masa lalu. Barangkali keputusannya salah, bukan, memang salah. Junkyu akui. Memanfaatkan keadaan, situasi, dan kesehatan Yoshi sebagai ladang untuk melampiaskan keegoisannya. Perasaan ingin menjadi tempat bergantung, menjadi rumah, menjadi seorang yang berarti merajainya.
Hanya kali ini setidaknya.
Di sisi Yoshi. Pria itu menggigit bibirnya. Seseorang menawarkan tanpa gagap dan bukan pula pria manapun yang asal didapat dari internet pastinya ia akan praktis mengangguk itupun kalau tidak ada keraguan. Yoshi takut ide 'membantunya' untuk keluar dari lubang hitamnya malah menarik mereka kedalam situasi yang lebih parah.
"T-tapi masih jam sembilan. Diluar j-juga masih ramai." Alasan.
Daun pintu ganda balkon dirapatkan, gordennya pun ditutup. Junkyu berjalan lagi tuk mematikan lampu. Kini, di hadapan Yoshi Junkyu menyentuh jemarinya. "Mau, ya?"
Ia terbius. Tatapannya lembut dan tidak ada keraguan, dinding kecemasannya retak kemudian berubah menjadi butiran pasir. Junkyu pernah bilang bahwa dia tidak akan menyesal, dan tatkala kedua bibir mereka yang menempel juga sentuhan menyengat pada tangannya melelehkan rasionalnya. Sekonyong-konyong Yoshi percaya lantaran Junkyu menginginkannya.
Junkyu memanggut penuh kelembutan. Tangannya bertumpu pada punggung sofa dan sisi yang lain berjalan menuju bagian belakang leher Yoshi. Pria di bawahnya mendongakkan kepala, menarik kaos yang digunakan Junkyu untuk lebih mendekat.
.
.
.
.
Kali ini agak lebih pendek dari sebelumnya.
Bentar lagi kelar sih ini cerita... Walau entah updatenya lebih cepat atau nggak, ditunggu aja ya //kalau ada//
Oh ya ngomong-ngomong... Mungkin kalian bisa mampir ke sini(?) 👉👈Trims ya...
Salam,
ResresanRoti
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted || KyuYoshi ✔
FanfictionHubungan Kim Junkyu dan kekasihnya berakhir tandas karena salah dua diantara alasan yang lain bahwa dirinya adalah seorang pengangguran dan bersikap acuh tak acuh. Pada waktu yang bersamaan ia tidak sengaja mendengar sedikit percakapan antara Yoshin...