Hubungan Kim Junkyu dan kekasihnya berakhir tandas karena salah dua diantara alasan yang lain bahwa dirinya adalah seorang pengangguran dan bersikap acuh tak acuh. Pada waktu yang bersamaan ia tidak sengaja mendengar sedikit percakapan antara Yoshin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mencari lowongan kerja ternyata memang sesulit apa yang dikatakan orang banyak. Berapa banyak waktu Junkyu telah lewatkan untuk berselancar di internet, mencari-cari pekerjaan yang menurutnya pas bagi dirinya. Mulutnya sudah berkali-kali menguap, kedua tangannya ia rentangkan. Junkyu melompat menaiki kasurnya, memeluk bantal, dan mengejamkan mata.
Inginnya tidur tapi, isi kepalanya terlalu banyak. Terhitung sudah empat hari Junkyu bolak-balik ke rumah Yoshi sebagai kurir makanan. Tak bisa dipungkiri perkataan Jihoon tempo hari datang mmenganggu tanpa henti. Junkyu terus menerus menyangkal namun, di lain waktu selalu memerah wajahnya ketika Yoshi melemparkan senyum, jantungnya juga berdegup abnormal saat kepingan cokelat gelapnya bertabrakan dengan milik pria Jepang itu.
Berinteraksi dengan Yoshi membuat reaksi tubuhnya menjadi asing. Terkadang terlalu menyebalkan. Junkyu tidak bisa mengontrol jari-jari tangannya yang mendingin dengan kuku-kuku merah muda keunguan. Dadanya pula agak sakit kalau jantungnya terlalu cepat memompa darah bahkan ia hampir bisa merasakan aliran darahnya. Berlebihan memang.
Kedua tangan Junkyu melayang mengacak-acak surai hitam legamnya, sedikit merenggut gemas. Bibirnya mengerucut sebal. Sekonyong-konyong pria jangkung itu menyambar kemeja kotak-kotak dan ponsel. Ia perlu menemui seseorang.
Yoon Jaehyuk.
Diotaknya terpatri nama adik kelasnya saat di sekolah menengah. Pasti anak itu tahu sesuatu tentang Yoshi, secara Jaehyuk satu kampus dengan pria Jepang itu. Tungkai panjangnya berjalan dengan langkah lebar, terburu-buru menuruni anak tangga. Hingga ketika sampai di lantai dasar, ia menepuk kepalanya sendiri. Kunci motor tidak ada di dalam kantong celana.
Junkyu menghela napas berat dengan bibirnya maju ke depan. Melayangkan pukulan pada angin, pundaknya merosot, kemudian mengejamkan mata. Berapa detik kemudian, pemuda Kim itu mengacak tatanan rambutnya sendiri. Untuk manusia sejenis Junkyu, bolak-balik lantai lima bukanlah sesuatu yang mudah terlebih hanya untuk mengambil kunci motor yang tertinggal.
"Ah, persetanlah. Jalan kaki saja."
Sembari berjalan, Junkyu mengotak-atik ponselnya, bergulir masuk ke aplikasi manapun guna menghilangkan rasa bosan. Mendadak ia teringat belum memberi tahu Jaehyuk bahwasanya ia kan datang berkunjung.