Junkyu x Yoshi
Warning(s)
Typo(s)
Bxb area
Pagi-pagi sekali Yoshi terbangun dari tidur, sejujurnya ia tidak bisa tidur pulas tadi malam. Menguap lalu merenggangkan badan. Mengejapkan mata menyesuaikan layar cahaya ponsel yang berpendar di dalam kamarnya yang gelap. Yoshi menyipitkan indra penglihatannya tatkala mendapati pop-up pesan masuk.Junkyu
𝙰𝚐𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚐𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐. 𝙺𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚔𝚊𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗, 𝚊𝚍𝚊 𝚗𝚊𝚜𝚒, 𝚖𝚊𝚔𝚊𝚛𝚎𝚕, 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚙 𝚛𝚞𝚖𝚙𝚞𝚝 𝚕𝚊𝚞𝚝 𝚍𝚒 𝚔𝚘𝚝𝚊𝚔 𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝 𝚙𝚒𝚗𝚝𝚞. 𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗𝚔𝚊𝚗𝚖𝚞, 𝚝𝚘𝚕𝚘𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚐𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗.
Kedua kakinya langsung melompat dari kasur. Dengan pandangan buram, Yoshi tetap berjalan tergesa-gesa membuktikan pesan singkat yang di kirim oleh Junkyu lima menit yang lalu. Benar saja. Ada kotak makan terbungkus rapi oleh kain bercorak bunga bertengger di atas kotak khusus paket.Segera Yoshi ambil kemudian kembali menutup pintu. Hatinya seperti dicubit. Sakit tapi ada perasaan kompleks lainnya yang sulit dijelaskan. Mendadak ia memeluk kotak makan ketika kakinya tersandung tangga mini di lorong pintu, Yoshi melamun. Memorinya kembali melayang pada kejadian malam-malam dua hari yang lalu. Pipinya praktis bersemu merah. Yoshi menggelengkan kepala untuk mengusir ingatannya, maksudnya sekarang masih pagi.
Lima belas menit Yoshi habisnya di dalam kamar mandi. Cuci muka, sikat gigi, dan tidak lupa untuk buang kotoran sisa kemarin. Suhu udara terbilang rendah kali ini selama pertengahan musim gugur jadi Yoshi hanya mengelap tubuhnya dengan handuk kecil basah. Kembali berjalan menuju meja dekat balkon menggunakan kaos dan celana panjang yang sudah ia ganti.
Wangi makarel goreng menyambut Yoshi tatkala pria itu membuka tempat makan bertingkat milik Junkyu. Sedangkan sup rumput lautnya berada di kotak terpisah, ditutup rapat tanpa bocor. Sedikit masih hangat tandanya memang Junkyu baru mengantarkan.
Perlahan sembari melayangkan pandangan pada pohon-pohon yang mulai berguguran, Yoshi memasukkan makarel bersama nasi dalam suapan kecil terkadang di selingi menyeruput supnya.
Hingga beberapa suapan, kunyahan Yoshi melambat. Tatapannya kosong, khas orang melamun. Lagi-lagi ingatannya akan malam hari dimana Junkyu dan dirinya berciuman meluap kembali. Kali ini pipi Yoshi tidak memerah karena perasaan bersalah justru menempel padanya. Agak sesak kalau ditautkan dengan Yoonbin dan pria yang Junkyu pelototi tempo hari.
Sumpit yang bertengger manis dalam genggaman Yoshi terjatuh menyebabkan dentingan dengan baiknya menyadarkan sangat empu kepada kehidupan. Kelopak matanya ia pejamkan guna menghalau kepedihan yang siap meleleh. Yoshi membungkukkan badan, mengambil sumpit lalu bangkit menuju wastafel.
Tidak. Yoshi tidak akan menangis sepagi ini. Ia harus membangun mood awal dengan kecerian. Sebaliknya, semua ingatannya bahkan di masa lalu—di masa Yoshi dan Yoonbin masih menjabat sebagai mahasiswa—sangat tidak berguna tuk merangsang dopaminnya. Yoshi mengerang, mengadahkan kepalanya ke atas, menghalau perasaan menyebalkan yang menarik air matanya terjun bebas.
Jihoon melotot galak dengan kedua tangan terlipat persisi bapak-bapak yang memergoki anaknya main sampai tengah hari tidak pulang ke rumah. Dan Junkyu hanya bisa menunduk memainkan kuku-kuku jarinya. Beruntungnya Hyunsuk sedang rapat kelurga sehingga tiada omelan tambahan yang mengarah pada Junkyu."Jadi, kamu memang menyukai Yoshi 'kan?"
Tatapan Junkyu mengambarkan kebingungan ketika mengangkat kepalanya membuat Jihoon mengerang. "Memangnya aku menyukainya ya?"
Semua tahu tingkat kesabaran Jihoon tidaklah tinggi jadi ketika Junkyu bertanya dengan wajah super dongo, jitakan dan pitingan lengan berotot Jihoon menghantamnya. Mereka berdua jatuh sejajar dengan lantai berkayu kamar si pria Park. Si jangkung praktis meneriaki nama temannya dengan terbatuk-batuk. Badannya meliuk-liuk guna terbebas dari serangan mematikan seorang Park Jihoon.
"Hoon... Hoon... Park Jihoon. Bisa mati aku!"
Berat hati Jihoon membebaskan Junkyu. Tidak menyiakan kesempatan Junkyu otomatis meraup udara banyak-banyak setelahnya. Keduanya memilih untuk terkapar di lantai seperti ikan yang terdampar. Sekitar setengah menit mereka membiarkan ruangan dipenuhi deru napas dan batuk dari Junkyu. Jihoon diam dengan ribuan pertanyaan di kepala dan Junkyu dengan kondisinya yang hampir sekarat.
"Aku tahu kamu punya kekuatan tapi, tolong digunakan untuk kebaikan. Kalau aku mati, kamu akan menyesal telah membunuh teman paling unik sedunia."
"Oh, aku bisa melakukannya kapan saja dan tidak akan pernah menyesal. Lupakan. Jadi, kamu mencium Yoshi?"
Junkyu membalas dengan berdeham.
"Lalu apa alasanmu kalau tidak menyukainya?"
Memang ada yang salah dengan otak Junkyu sehingga dinosaurus dan tulisan there is no internet connection tercipta di dalam sistem tubuhnya.
"Aku tidak yakin,"
Junkyu memang tidak jera dipelototi oleh Jihoon. Ia menatap langit-langit kamar Jihoon, mengangkat tangannya, merentangkan jari-jarinya atau sekedar menggerakkan pergelangan tangan. "Maksudku Park Jihoon, aku baru saja putus dengan Lia. Tidak mungkin dalam waktu singkat langsung jatuh hati kepada orang yang baru saja aku temui secara tidak sengaja, mengobrol dengan kekasihnya—katamu—dengan raut sedih. Walaupun ada banyak sikap dia yang menarik—bagiku. Tapi, tetap saja aneh."
"Tidak. Sama sekali tidak aneh bagiku."
Erangan temannya itu Jihoon terima. Kedua tangan Junkyu jatuh menutupi sepasang matanya yang terbuka.
"Kuberitahu ya. Anak itu baik sekali jadi jangan pernah bermain-main dengannya. Jika memang tidak menyukainya, berhentilah. Berhenti bersikap manis—ugh, sebenarnya kamu tidak ada romantisnya sama sekali—terlebih menciumnya tanpa alasan yang jelas." Jelas Jihoon dengan nada serius. Junkyu terdiam mengingat semua perkataan kawannya.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted || KyuYoshi ✔
Fiksi PenggemarHubungan Kim Junkyu dan kekasihnya berakhir tandas karena salah dua diantara alasan yang lain bahwa dirinya adalah seorang pengangguran dan bersikap acuh tak acuh. Pada waktu yang bersamaan ia tidak sengaja mendengar sedikit percakapan antara Yoshin...