XIII

1K 117 17
                                    


Junkyu x Yoshi

Warning(s)
Typo(s)
BxB area

Tiap harinya, jikalau mempunyai waktu, Junkyu dan Yoshi seakan absen untuk tidak bersama—terutama per-akhir pekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiap harinya, jikalau mempunyai waktu, Junkyu dan Yoshi seakan absen untuk tidak bersama—terutama per-akhir pekan. Mereka bukan yang mengharuskan keluar rumah sekedar jalan-jalan, karena Junkyu lebih suka bermalas-malasan di sofa panjang Yoshi dan yang punya rumah pun tidak keberatan dengan alasan ia juga tidak terlalu nyaman berada di luar kandang.

Kadang berakhir dengan Junkyu menguap tiap beberapa detik sembari membantu Yoshi akan tugas-tugasnya menjadi guru sekolah dasar. Atau Yoshi yang membantunya cara menangani pasien-pasien terkhusus untuk lansia dan anak kecil setelah diceritakan kejadian ditempat kerja—Pria Kim itu telah menurunkan ego dan sebalnya mengikuti keinginan Yoshi agar bekerja dibawah klinik milik pamannya Yoonbin.

"Junkyu,"

Jemari-jemari itu menari-nari bermain dengan surai cokelat gelap empunya. Acap kali menelusuri garis rahang Junkyu yang semakin terlihat akibat berat badannya yang turun. Yang dipanggil bukannya menjawab justru memutar posisi badannya—menghiasi pinggang Yoshi dengan bingkai tangan dan membenamkan wajahnya pada perut si pria jepang.

"Pahamu keras ternyata."

Bibir itu mencebik. "Karena aku seorang pria bukan wanita, Junkyu."

"Aku suka yang empuk. Jangan marah."

"S-siapa yang marah?" Bahkan suaranya tidak meninggi.

Lagi pula aku bukan siapa-siapa.

"Saat kamu bilang bahwa kamu akan membantuku malam itu. Tapi, kamu melarangku melakukan hal itu pada pria di luar sana. ...Kenapa?" Sebelum sungguh bertanya Yoshi menelan ludahnya. Tenggorokannya sekonyong-konyong tersendat seperti disumbat dan pelukan Junkyu pada perutnya serasa lebih erat membuatnya tidak bisa bergerak.

Detik terus bergerak, burung-burung masih terbang kemana-mana di luar sana, angin masih menggoyangkan daun-daun, pohon-pohon pula masih merontokkan rambut jingganya. Seakan waktu hanya berhenti pada Junkyu saja. Ia ragu untuk menjawab karena ia pula masih bimbang. Menyesal sekali mendengar kata-kata dari dua belah bibir temannya—Park Jihoon. Wangi deterjen dan parfum yang Yoshi pakai mengudara menggelitik indra penciumannya, menghidunya dalam-dalam mirip orang yang kecanduan kokain.

"Junkyu?" Suaranya menyadarkan Junkyu atas eksistensinya.

"...Kamu pasti mengerti resikonya. Aku hanya menolong."

Vokalnya tidak bersuara. Mengangguk-angguk berlagak paham. Tidak akan bisa baginya mengharuskan Junkyu menjawab sesuai sangkaannya. Pikirnya pula mustahil Junkyu melarang lantaran menyukainya. Yoshi bersikukuh di dalam hati bahwa Junkyu hanya mengasihaninya tidak lebih sehingga tiada alasan untuk menyiram tanaman yang nantinya tidak akan berbuah manis.

Addicted || KyuYoshi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang