IV

1.4K 173 17
                                    

Junkyu x Yoshi

Warning(s)
Typo(s)
Bxb area


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pulang ke rumah kakak perempuan berharap dimanja karena mempunyai peran sebagai anak bungsu bukan hal yang harus ada di dalam kepala Junkyu karena nyatanya ia malah menjadi asisten rumah tangga sekaligus baby sitter lantaran kakaknya itu single parent dan harus bekerja pontang-panting.

Baru saja merebahkan diri di atas kasur setelah seharian berada di Gym bersama Jihoon —sebenarnya ia hanya numpang melamun di sana sehabis di interogasi oleh si Park. Ponsel pintarnya bergetar. Pesan masuk dari kakak perempuannya untuk menjemput kemenakannya sore nanti sebagai tugas baby sitter-nya hari ini.

Erangan dan keluhan keluar melewati kedua bibirnya. Badan Junkyu sakit kalau tidak menyentuh kasur beberapa jam sekali sepertinya. Malas dan tidak tau apa lagi. Pokoknya ia mengutuk kehidupannya yang seperti tidak berada di pihaknya.

Masih ada waktu tiga jam lagi. Setidaknya beri Junkyu istirahat untuk pergi ke dunia imajinasinya. Tak lama Junkyu benar-benar pergi. Buktinya, dengkurannya terpantul di dalam kamar.

.
.
.
.
.
.

Demi celana boxer polkadot Jihoon, dunia imajinasi memang semenyenangkan itu sampai membuat Junkyu harus terbangun lebih lambat 20 menit. Air wajahnya terlihat takut. Iya, takut kalau-kalau dengan begini bisa menjadi akhir hayat seorang Kim Junkyu ditangan kakaknya sendiri.

Dengan kecepatan tinggi, motor tuanya ia bawa melintasi jalanan sore yang tidak bisa dikatakan sepi. Setiap detiknya, gemuruh di dalam Junkyu malah menjadi-jadi. Susah payah pula ia membasahi tenggorokannya yang kering. Bayangan keponakannya yang sedang duduk sendirian menunggu dijemput sedangkan teman-temannya satu persatu berlalu-lalang pulang ke rumah masing-masing terlintas di kepala Junkyu.

Sampai di depan gerbang, motor tua itu diparkirkan dekat post satpam. Beruntungnya memiliki kaki panjang yangmana bisa mengambil langkah lebih besar. Junkyu melihat dua anak kecil berdiri —sebenarnya tidak yakin itu adalah keponakan nya—berdampingan bermain dengan tumbuhan pucuk merah dan ada satu orang dewasa disana.

Semakin didekati, semakin jelas. Salah satu dari anak kecil itu adalah  Rowon —keponakannya— dan ada Yoshi disana.

Yoshi?

"Paman Junkyu!!"

Suara cempreng khas anak tujuh tahun masuk ke dalam telinga Junkyu. Namun, tidak bisa bohong perhatian Junkyu malah tertuju pada Yoshi di sana. Isi kepalanya mendadak kosong dan teringat kejadian kemarin malam.

"Paman Junkyu lama sekali. Untung masih ada Beomha yang temenin Rowoon. Eh, sama Pak guru Kanemoto." Penjelasan Rowoon membuat kepala Junkyu tambah pusing.

"Pak guru, ini paman Rowoon namanya Paman Junkyu. Paman, Pak Guru Kanemoto itu baik banget tau terus pinter juga. Rowoon  bisa matematika karena diajarin sama Pak Guru. Ya 'kan Beomha?" Mulut Rowoon tak berhenti mencrocos sudah begitu cempreng pula. Sedangkan Beomha disana hanya tersenyum, mengangguk, dan sesekali menanggapi dengan satu sampai tiga patah kata.

Matanya beralih pada Yoshi yang tengah menggandeng anak kecil lain —Beomha namanya kata Rowoon. Arti pandangannya tentu saja untuk meminta penjelasan pada pria Jepang itu.

"A-ah iya. Aku wali kelas dari Rowoon dan Beomha. Tadi kulihat Rowoon duduk sendiri disini saat aku ingin pulang bersama Beomha. Karena kasihan, jadinya ya... Seperti ini."

"Oh... Terimakasih. Aku tadi tidur sehabis dari Gym bersama Jihoon. Tau tau malah kelebihan. Sekali lagi terimakasih sudah menemani Rowoon."

"Tidak masalah. Aku... Pulang dulu ya, Junkyu." Ucap Yoshi tanpa mengulur waktu lebih lama.

Mengangguk sebagai tanda meng-iya-kan. Ada desiran aneh yang menjalar ketika Yoshi dengan suara penuh kehangatan memanggil namanya. Dilihatnya Beomha yang sambil menggandeng tangan Kanemoto muda itu bertukar ekspresi lucu dengan Rowoon dan Yoshi yang beberapa kali membungkuk 90 derajat pada Junkyu. Dirasa dua insan itu sudah agak jauh jaraknya. Junkyu menunduk dalam dalam, meringis meruntuki reaksi tubuhnya yang tidak biasa.

"Paman kenapa? Ayo pulang."

Junkyu harus berterimakasih pada keponakannya —menyadarkan Junkyu kembali ke dunia nyata.

"Ayo!! Kita beli puding ya tapi jangan bilang Mama kalau Paman telat jemput, oke?"

"Deal."




"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Malam setelah Junkyu beserta kakak perempuan dan kemenakannya makan bersama, mesin-mesin di dalam otak pintarnya seperti kembali bekerja, ia ingin membawa makan malam untuk Yoshi. Tiada motivasi, hanya ingin saja. Boleh kan? Lagipula, hal itu mungkin bisa dihitung sebagai balas budi.

"Kemana lagi malam malam begini?"

Itu kakak Junkyu yang bertanya. Nada bicaranya bukan yang galak layak Ibu-ibu tengah memergoki anaknya yang sudah siap untuk kencan malam. Ini lebih tenang, tidak berisik, namun tidak memungkiri dapat membuat bulu-buku kuduk Junkyu berdisko merinding.

"Mengantarkan makanan, Kak... Astaga, jangan begitu dong! Terkejut aku." Junkyu berucap sembari mengelus dadanya.

Pria Kim itu berbicara demikian karena pasalnya kakaknya tadi sedang menonton televisi dan bermain dengan Rowoon. Tiba-tiba datang dan mengintrogasi. Bagian mana yang tidak membuat anak orang jantungan?

"Kenapa? Maksudku, baru kali ini kamu peduli dengan orang lain."

Tak dipungkiri, wajah Junkyu memerah mendengar rangkaian huruf yang keluar dari dua belah bibir kakaknya. "Ingin saja. Memangnya salah? Tidak 'kan?"

Dengan cekatan, jemari-jemari kurus itu bergerak menaruh nasi, daging, dan sop ke dalam kotak makan. Tak luput pula buah apel merah yang baru saja di potongi oleh kakaknya. Disamping itu Jisoo —kakak Junkyu memincingkan mata, mengobservasi gerak gerik sang adik. Dia terlalu hapal luar hingga dalam pribadi Junkyu.

"Oh, dia pacarmu yang baru ya?"

Ringan. Ringan sekali seperti kapas yang menari-nari di udara akibat dilucuti angin.

Tentu saja wajah Junkyu langsung merona tidak karuan. Gelagatnya menjadi aneh yang memicu gelak tawa Jisoo disampingnya. Junkyu mengatupkan bibirnya. Tidak normal, biasanya kalau ada pertanyaan serupa tak segan-segan Junkyu tepis sampai kewarasannya habis hanya untuk mengelak.

"S-sudah ah! Aku keluar." Nadanya tinggi dan bergetar. Junkyu tidak ingin berlama-lama berada di sisi kakaknya. Bisa hilang akal nanti.













Addicted || KyuYoshi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang