XVI

1.1K 114 12
                                    


Junkyu x Yoshi

Warning(s)
Typo(s)
BxB area

Dua minggu Junkyu tidak lagi berkunjung ke rumah Yoshi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua minggu Junkyu tidak lagi berkunjung ke rumah Yoshi. Ia memutuskan menjauhi lelaki Jepang itu setelah diusir. Isi kepalanya runyam. Berhari-hari, apapun yang dilakukannya, ingatannya selalu dipenuhi si Kanemoto. Bahkan ia hampir menjatuhkan nampan berisi air hangat dan handuk kecil untuk pasien tempo hari. Tidak sengaja menjatuhkan mug kesayangan Jisoo—untungnya tidak pecah tapi tiga garis retakan manjur menjengkelkan hati sang Kakak. Beberapa kali tersandung, satu kali sampai terjatuh dan menyebabkan lututnya terluka.

Pertemuannya dengan Yoonbin memperkeruh kejiwaannya. Aduan bahwa Yoshi menangis saat lelaki Ha itu berkunjung membuat Junkyu merasa bersalah.

"Dia memang tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi, aku tahu kamu mengahancurkan hatinya padahal dia sudah membuka diri."

Akibat dihantui rasa bersalah dan dikerubungi amarah. Dadanya sesak, ia tidak mengerti apa-apa, yang dilakukannya ternyata salah, dan Yoshi pasti tak sudi melihat kehadirannya. Junkyu menangis frustasi di kamar, tidak tahu apa yang harus dia perbuat.

Sekarang, di depan televisi, pandangannya kosong. Lelucon orang-orang tivi layaknya anak panah membidik batu, tidak mempan sama sekali.

"Paman Junkyu!" Rowoon datang dengan  senyum paling lebar. Junkyu jawab dengan deheman singkat.

"Aku... Bikin puding tadi, Paman coba ya? Aku jamin enak."

Terpaksa bibirnya melengkungkan senyuman. Duduk tegak, meladeni kemenakannya. "Masa sih? Bukan Mama yang buat?"

Seperti Junkyu, Rowoon memajukan bibirnya ketika sebal. "Aku yang bikin bukan Mama!"

Tawanya meledak melihat Rowoon menyebik. "Ahahaha... Iya, iya. Rowoon yang bikin."

"Bagaimana, Paman? Enak 'kan?"

"Mm... Enak, manis, lembut juga. Dibantu Mama 'kan? Kayaknya tidak mungkin kalau—"

Junkyu tidak tahu wajah Rowoon sudah memadam. Awalnya senang tapi, ucapan yang keluar dari bibir pamannya justru membuatnya sedih dan kecewa. Sekonyong-konyong bocah itu berteriak dengan air mata mengalir. "Aku yang bikin bukan Mama! Hiks... Mama cuman liatin doang! Hiks..."

Takut. Junkyu otomatis menggendong Rowoon, mendudukkan bocah itu di atas pahanya, mendekap erat-erat. Kedua maniknya melirik lorong kamar Jisoo, was-was jika Kakaknya yang tengah mandi keluar dengan wajah galak. "S-sudah... Sudah... Iya, Rowoon yang bikin pudingnya."

"Hiks... Kenapa Paman nggak percaya sama aku?! Aku yang bikin pudingnya bukan Mama!"

Kalimat Rowoon membuat operator di otaknya kembali berfungsi. Dua kali Junkyu mengerjapkan mata.

"Kenapa kamu tidak percaya padaku?! Aku tidak lagi menyukai Yoonbin, Junkyu!"

Ia mengecup pucuk kepala Rowoon. Menghapus jejak sungai mungil di pipi gembil itu. Mengusap-usap dengan lembut kepala kemenakannya. Ditatapnya kedua bola mata bulat yang masih mengkilap akibat air mata. "Paman minta maaf, ya? Paman percaya kok Rowoon yang buat puding. Berhenti menangis, oke?"

Sesegukan Rowoon bertanya lagi untuk memastikan Junkyu percaya padanya. Finalnya, mereka menghabiskan puding cokelat bersama sambil menonton acara televisi sampai Jisoo keluar dari kamar dengan rambut basah. Junkyu berkata pada kakaknya bahwa dia ingin keluar menemui Yoshi.

Jisoo yang mengerti—dia paham adiknya dan wali kelas anaknya sedang memiliki hubungan yang tidak baik—mengangguk mengijinkan. Tangannya mengacak-acak rambut Junkyu dan membisikkan kata 'semangat'.

■□■□■□■□■


Kesabaran Junkyu sedang pendek kali ini. Berkali-kali ia menekan tombol bel, dan berkali-kali itu pula nihil sautan dari tuan rumah. Ragu pada awalnya, namun ia tetap memasukkan kode kunci rumah Yoshi. Membuka pintu disambut sepatu dan sandal yang biasa Yoshi pakai untuk keluar rumah. Positif bahwa pemiliknya ada di dalam.

Tiada tanda kehidupan. Yoshi tidak sedang di ruang tengah. Televisinya tidak menyala. Jendela balkonnya pun dikunci dan kacanya ditutup oleh gorden. Kedua kakinya berjalan menuju kamar. Jemarinya jadi kaku saat menggenggam kenop pintu.

Rahangnya jatuh. Seketika seperti lupa cara bernapas. Yoshi ada di sana, dan mereka bertukar pandang. Saling memanggil nama dengan suara bergetar.

Rasanya tidak bisa dijelaskan saat dipergoki sedang bertelanjang kaki, jemari tangannya bergerilya pada bokong yang terangkat di udara, mengerang dan menangis menyebut nama lelaki yang sekarang berdiri di depan kamar.

Bukannya bergerak reflek, Yoshi hanya diam membatu seakan Junkyu baru turun dari langit. Rautnya polos yang lantas menimbulkan pertanyaan. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Barulah Yoshi merubah posisi badannya. Berdiri dengan lutut. "Katamu, aku tidak boleh melakukan 'itu' dengan orang lain,"

Yoshi menundukkan kepalanya dalam-dalam. Jemarinya bermain dengan ujung kemeja yang sedang dikenakan. "Kamu tidak lagi datang setelah malam itu. Aku memang mengusirmu, tapi kupikir besok atau lusa atau beberapa hari kemudian kamu akan menemuiku. Nyatanya aku salah."

Junkyu meringis. Ia jadi merasa bersalah—dan gemas—atas pengakuan Yoshi. Terlebih kemeja yang membalut tubuh itu adalah miliknya yang tertinggal. Didekapnya Yoshi amat kuat seakan tiada hari esok untuk berjumpa. "Aku minta maaf, Yoshi. Maaf aku tidak percaya padamu. Sungguh, aku sangat tidak bisa melihatmu berdekatan dengan Yoonbin. Aku tidak ingin kamu sakit lagi. Nyatanya, emosiku malam itu yang melukaimu. Aku benar-benar minta maaf. Aku menyukaimu."

Tanpa tahu, senyum Yoshi mengembang. Kedua tangannya terangkat membalas pelukan Junkyu. "Aku juga menyukaimu, Junkyu." Bisiknya. Halus sekali.


Addicted || KyuYoshi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang