TYPO HARAP MAKLUM 🙂.
JANGAN CUMA BACA AJA TAPI VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA DI KASIH DAN BANTU SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN UNTUK BACA ZEAN DAN DHIFA 🍋.
.
.
.Jangan lupa!!!
"Seluruh perbuatan yang kamu kerjakan hari ini, semua akan di hisab di hari kebangkitan kelak."
@AlQuranpedomanhidupku🍋
.
.
.
.1 Minggu Berlalu ...
Bukan hal yang mudah bagi Dhifa melewati satu hari saja dalam seminggu, rasanya dirinya begitu hampa, tidak ada hal yang menarik yang bisa membuat Dhifa senang.
Dan dalam semingguan ini, Dhifa hanya mengurung diri di rumah setelah sepulang bekerja. Adista sedikit khawatir pada Dhifa saat ke rumahnya minggu lalu, dia pun memutuskan untuk berkunjung ke kosan Dhifa karena hari ini Dhifa libur bekerja.
"Assalamualaikum, Dhifa. Kamu ada di dalam gak?" ucap Adista mengetuk pintu.
Tidak ada sahutan dan Adista mencoba mengetuk pintunya lagi dan hasilnya sama, Adista pun beralih ke jendela untuk mengintip. Tapi mata Adista terbelalak hebat saat melihat Dhifa pingsan tak sadarkan diri.
Adista memanggil tetangga dan menelpon suaminya beserta sahabatnya yang bisa dimintai bantuan, selang 30 menit. Mereka berhasil membuka pintu rumah Dhifa dan segera membawa Dhifa ke rumah sakit karena sudah tak sadarkan diri.
Adista dan Sakha menunggu di luar, tak lama berdatangan Orang tua Dhifa beserta Abian, Nico, Kevin dan Vio.
"Gimana ceritanya Dista, Dhifa sampai pingsan begitu?" tanya Bu Nita menangis.
"Aku juga gak tau Bu, saat sampai di kosan. Dhifa udah gak sadarkan diri," jawab Adista menangis.
Sakha mengelus bahu Adista menenangkan.
"Dhifa pasti baik-baik aja, kita tunggu Dokternya keluar," ucap Sakha.
Dokter pun keluar dan mereka segera menghampiri.
"Gimana keadaan anak kami Dhifa Dok?" tanya Pak Tegar.
"Keadaan Dhifa sudah membaik, dia hanya stres dan jika tebakan saya gak salah. Dhifa juga menangis mungkin berhari-hari dan dia juga dehidrasi ringan, mungkin kurang minum air dan pola makan yang tidak teratur menjadi pemicu dia pingsan. Silakan di temui, saya permisi dulu,"
Mereka pun segera masuk, sedangkan Dhifa memegang kepalanya yang terasa sangat berat dan terkejut saat dia berada di rumah sakit.
"Kenapa gue di rumah sakit? Siapa yang bawa gue ke sini?"
"Adista yang bawa kamu ke rumah sakit Dhifa, tadi kamu di temukan Adista pingsan di dapur. Kamu ada masalah apa sampai nangis berhari-hari?" tanya Bu Nita cemas.
"Mama kok bisa tau kalo aku nangis?"
"Dokter yang bilang, kasih tau sama Papa dan Mama. Kamu ada masalah apa sampai bikin kamu stres, apa karena lamaran anak temen Mama minggu lalu? Mama udah bilang menolaknya," ucap Bu Nita memeluk Dhifa.
Dhifa tak tau harus mengatakan apa karena dia pun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
🍋🍋🍋🍋
Zean menatap makanannya, entah kenapa hari ini dia seperti tak nafsu makan dan pikirannya selalu terbayang-bayang oleh Dhifa.
Setelah hampir seminggu ini Zean harus melakukan pelatihan khusus, mulai dari lari 2,4 kilometer dengan waktu 12 menit, 40 kali push up dalam semenit, belajar untuk tidak takut ketinggian. Semua itu yang Zean lewati seminggu ini karena inilah syarat untuk menjadi pasukan khusus karena menjadi pasukan khusus adalah mimpi Zean dan suatu kebanggaan bisa menjadi pasukan khusus meskipun bukanlah hal mudah dan pelatihannya nyaris melewati batas kemampuan manusia.
"Kenapa gak di makan Kapten?" tanya Putra temannya yang berpangkat Sersan.
Lamunan Zean seketika buyar.
"Gak tau, kek gak nafsu makan aja. Baru selesai lo ujiannya?" tanya Zean.
"Baru aja, ada yang Kapten pikirin ya sampe gak nafsu makan? Atau karena mikirin pujaan hati nih?" goda Putra.
Hampir teman-teman yang seasrama dengan Zean tau kalau Zean menyukai Dhifa dan sudah di tolak lamarannya lebih dari 50 kali.
"Tumben lo bisa baca pikiran gue, sejak kapan belajar ilmu cenayang?"
"Ngeliat dari wajah Kapten aja ketahuan kalo mikirin pujaan hati? Gak kuat ya LDR-an?"
"Bisa di bilang gitu tapi gue berusaha untuk sanggup aja ngelewatinnya, sebenarnya hari ini gue kek cemas gitu sama dia. Apa terjadi sesuatu ya sama Kak Dhifa?" gumam Zean.
"Positif thinking aja, dia pasti baik-baik aja. Dan jangan terlalu banyak pikiran Kapten, nanti gak kerasa pelatihan khusus yang sangat sulit ini bisa di lewatin dan nanti Kapten temuin dia dengan seragam tentara lengkap dengan senjata abis itu ngelamar deh. Gue yakin di terima, mana ada yang cewe yang gak terpesona sama Kapten Zean,"
"Aamiin, gue harap Kak Dhifa memang baik-baik aja di Indonesia,"
Sedangkan Dhifa, Orang tuanya pulang untuk mengambil baju dan beberapa barang karena Dhifa akan di rawat inap. Dan yang menemani sekarang sahabat-sahabatnya.
"Sebenarnya kamu punya masalah apa Dhifa? Cerita sama aku?" tanya Adista duduk di dekat Dhifa.
"Gue juga gak tau Dis kenapa, yang gue rasa hanya kosong dan hampa," jawab Dhifa.
"Sejak kapan lo ngerasa kek gitu?" tanya Nico beralih menatap Dhifa.
"Seminggu yang lalu,"
"Sejak kepergian Zean? Karena setelah hari di mana lo nyariin Zean, yang gue tau lo gak pernah lagi berkunjung ke rumah nemuin Kafka dan Kafiyah," ucap Sakha.
Dhifa terdiam seperti kehilangan kata-kata.
"Apa benar karena kepergian Zean Dhifa?" tanya Abian.
Diam, tidak ada jawaban dari Dhifa.
"Diam berarti benar, lo gak jawab udah jadi jawaban kalo ada hubungannya dengan kepergian Zean," ucap Kevin.
"Kenapa Dhifa? Baru kali ini lo nyariin Zean, biasanya malah ogah banget ketemu sama dia?" tanya Vio.
Pertanyaan beruntun dari sahabatnya, membuat kepala Dhifa mendadak sakit. Dhifa memegang kepalanya sembari berkata berhenti.
"Berhenti bertanya!"
"Kenapa? Lo gak mau ngaku kalo sekarang lo butuh kehadiran Zean atau lo sekarang menyesal karena dia pergi di saat lo berharap dia ketemu sama Ayah lo?" tanya Nico.
Mendengar itu Dhifa menatap Nico.
"Darimana lo tau? Kalian ya Adista dan Sakha yang ngasih tau?"
Adista terdiam sembari menatap Sakha.
"Kalo iya kenapa? Mau marahin mereka? Seharusnya lo pikir, sekarang lo itu menyesalkan Zean pergi dan gak pernah lagi ngasih kabar sama lo," jawab Nico.
Hening, Dhifa seperti kehilangan kata-kata dan air mata tanpa sadar menetes di wajahnya.
"Memang benar, penyesalan akan selalu datang belakangan. Dan yang dulu selalu di beri perhatian, sekarang udah kehilangan semua perhatian itu. Selamat menjalani hari-hari penuh penyesalan Dhifa," ucap Abian dan Nico bersamaan.
.
.
.PENYESALAN TERBESAR!!
"Penyesalan terbesarku adalah ketika matahari terbenam, makin dekat ajalku, namun tak bertambah amalku."
- Ibnu Mas'ud🍋
.
.
.
.
.VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA DI KASIH SEBANYAK-BANYAKNYA YA BIAR CACA MAKIN SEMANGAT NULISNYA ❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeFa [Misi Menaklukkan Hati] || SELESAI
RomanceSpin-Off Antara 2 Imam🍒 [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM BACA]🙂 🍋🍋🍋 "𝐓𝐚𝐤𝐥𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮𝐢 𝐃𝐨𝐚, 𝐇𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐈𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢." -𝘊𝘢𝘤𝘢, 𝘡𝘦𝘍𝘢. **** Kisah cinta yang b...