Bab 34

189 35 3
                                    

"Sedetail apapun sebuah rencana yang kamu rancang, jangan pernah lupa rencana yang di atas tidak bisa di bantah."

-Z•D

••••

"Sepertinya tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan, Dhifa," ucap Rafi setelah selesai memeriksa keadaan Zean.

"Alhamdulillah, terimakasih," sahut Dhifa sedikit merasa canggung.

"Kamu ... tidak ada yang terluka kan?" tanya Rafi tanpa sadar bertanya hal itu.

"Jelas istri saya baik-baik saja. Mending saya yang terluka parah di bandingkan istri saya," jawab Zean ketus.

Dhifa menatap sekilas Zean dan beralih menatap Rafi, merasa tidak enak dengan kata-kata yang Zean lontarkan.

"Maaf. Dia memang kadang sedikit ketus gitu ngomongnya," ucap Dhifa.

"Tidak apa-apa, saya paham kok. Pasti kehadiran saya buat kalian merasa canggung, karena ...,"

"Karena apa?" Zean menatap Rafi, menunggu ucapan selanjutnya.

"Kak!"

Karena sibuk mengobrol, sampai melupakan seorang gadis yang berada di samping Rafi.

"Iya, Kia?" sahut Rafi.

"Bisa sekarang temenin aku ke perpustakaan kota, nanti kalau telat abis bukunya yang mau aku cari, Kak," ucapnya menarik tangan Rafi.

"Iya-iya. Kita berangkat sekarang, saya permisi dulu, Zean dan Dhifa," ucap Rafi pamit.

Zean hanya berdehem, sedangkan Dhifa menganggukkan kepalanya. Rafi sudah keluar dari ruangan bersama Kia, tetapi terhenti di ambang pintu.

"Sebenarnya saya datang kemari, karena ternyata saya tidak bisa berbohong bahwa saya khawatir sama kamu, Dhifa. Padahal saya tau, kamu sudah ada yang jagain," ucap batin Rafi.

"Kak! Ayo!" Kia menarik lengan Rafi membuyarkan lamunannya.

Setelah Rafi pergi, Dhifa masih menatap pintu arah Rafi keluar. Zean memicingkan matanya dan memegang wajah Dhifa agar menatapnya.

"Kenapa masih natap kepergiannya? Suka?"

Dhifa menjauhkan tangan Zean dari wajahnya karena merasa tidak enak dilihat teman-teman Zean.

"Yang di depan sekarang lebih menarik di bandingkan tadi. Jangan ngajak ribut, mau taruhan siapa yang kalah nanti?" Dhifa malah mengancam Zean.

Bungkam, tidak ada lagi sepatah kata yang keluar dari mulut Zean. Ia memilih diam dan memejamkan matanya tidur.

Yusuf dan Putra yang berada di sebelah Zean, menahan tawa mereka melihat bagaimana Zean langsung takut di ancam oleh Dhifa. Setelah dipastikan suaminya benar-benar tidur dan bisa Dhifa tinggalkan.

"Dokter Yuna," panggil Dhifa pelan.

"Iya, ada apa?" sahut Yuna selesai memeriksa keadaan Akmal.

"Bisa kita bicara ke luar?" tanya Dhifa.

Suasana rooftrop rumah sakit yang sepi dengan semilir angin terasa sejuk mengenai wajah Dhifa dan Yuna.

"Ada apa, Dhifa?" tanya Yuna.

"Saya mau nanya sesuatu, tapi cuma pengen tau aja. Dokter jangan mikir yang aneh-aneh, ya," jawab Dhifa.

Yuna mengangguk sebagai jawaban.

"Sebenarnya perempuan yang tadi bersama Dokter Rafi, itu siapanya dia kalau boleh tau? Apa calon istrinya?" tanya Dhifa.

Yuna belum menjawab, wajahnya menampilkan tawa seperti ditahan menatap Dhifa.

ZeFa [Misi Menaklukkan Hati] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang