Bab 24

205 49 3
                                    

TYPO HARAP MAKLUM 🤗
.

"Awalnya hanya sebuah pertemuan,
namun takdir Allah berkata lain."

~Z & D🍋
.
.
.
.

Dhifa termenung menatap layar laptopnya dengan pikiran yang teringat lagi kejadian kemarin dan dia berharap keputusannya tidak salah.

"Dhifa! Coba lo cek dokumen ini, abis itu serahin ke Pak Yono." ucap Salsa.

Dhifa yang masih sibuk dengan pikirannya, tidak mendengar ucapan Salsa.

"DHIFA!"

"Kenapa Sal?" tanya Dhifa terkejut.

"Lo kenapa sih hari ini melamun terus? Ada masalah? Atau sakit lo kambuh?"

Gelengan pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Salsa disertai senyum tipis diwajah Dhifa yang pucat.

"Gak! Lo keknya gak baik-baik aja, wajah lo kenapa pucat gini. Tadi pagi sarapan gak?"

"Sedikit doang, soalnya gue gak selera makan," jawab Dhifa meringis memegang perutnya.

Melihat itu Salsa panik karena penyakit maag Dhifa pasti kambuh, akhirnya Salsa membawa Dhifa ke rumah sakit, takut parah karena Dhifa terlihat kesakitan sambil memegang perutnya.

Sesampainya di rumah sakit, Dhifa segera ditangani dan Salsa menunggu di luar. Dia mencoba menelpon Adista, sahabatnya Dhifa tapi cukup lama menelpon tidak diangkat, akhirnya Salsa mengirim pesan.

"Gue ke kantin aja deh dulu beli bubur untuk Dhifa." gumam Salsa.

Di kantin, sambil menunggu buburnya dibungkus. Salsa mengedarkan pandangannya melihat beberapa Dokter yang makan di sini, sampai matanya menangkap Dokter yang dia kenal yaitu Dokter Shera, teman masa SMAnya dulu.

"Shera!"

"Loh? Salsa! Aduh apa kabar?" balas Shera sambil memeluk Salsa.

Karena sudah lama tidak bertemu, mereka pun mengobrol.

Sayup-sayup matanya terbuka merasakan hawa dingin ruangan tempat dia berada.

"Di mana ini?" gumam Dhifa karena tadi dia sempat kehilangan kesadaran akibat rasa sakit di perutnya.

"Syukurlah kamu sudah sadar, kamu berada dirumah sakit. Tadi teman kamu yang membawa ke sini, bagaimana perut kamu? Apa masih sakit?"

"Alhamdulillah udah gak terlalu sakit Dok! Abis ini saya boleh pulang Dok?" tanya Dhifa bangun dari rebahannya.

"Boleh. Nanti tebus obat di apotek ya, ini resepnya, saran saya jangan sampai telat makan karena jika sampai terjadi seperti ini lagi akan lebih fatal,"

"Saya akan ingat itu Dok."

"Ya sudah. Saya keluar dulu, kamu boleh pulang, cepat sembuh ya,"

Setelah Dokter pergi, Dhifa perlahan turun dari ranjang rumah sakit dan berjalan perlahan keluar dari ruangan mencari keberadaan Salsa.

"Salsa ke mana ya?" gumam Dhifa mencari-cari keberadaan Salsa sambil menyusuri koridor rumah sakit.

Langkahnya yang pelan dengan mata yang menatap lurus ke depan, tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang didepannya yang juga terhenti dan terpaku menatapnya. Mata keduanya saling beradu sebentar karena sepertinya semesta memang sengaja ingin mempertemukan disaat mereka ingin saling menghindar untuk  sementara waktu.

Orang di depan Dhifa sekarang adalah Dokter Rafi, laki-laki yang kemarin datang ke rumah ingin melamarnya. Laki-laki yang dengan beraninya menemui Ayahnya tanpa Dhifa duga karena dirinya hanya sebentar mengenalnya. Jarak mereka tak terlalu jauh, dengan banyaknya orang yang berlalu lalang tidak membuat dua orang yang saling menatap ini terganggu karena mereka berdua seperti berada di dunia yang hanya ada mereka berdua.

ZeFa [Misi Menaklukkan Hati] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang