Bab 35

188 34 0
                                    

Flashback On

'Ini tentang Dokter Rafi,'

'Dokter Rafi? Ada apa, dok?'

'Kamu merasa janggal gak kenapa Dokter Rafi ada di ruangan tadi datang bersama aku?' tanya Dokter Yuna.

'Dokter Rafi datang karena mau bantu Dokter Yuna, kan?'

'Bukan. Asal kamu tau, Dokter Rafi datang karena khawatir sama kamu, Dhifa.'

Flashback Off

Dhifa memegang kepalanya yang sedikit nyeri. Suatu kebenaran yang baru saja dia ketahui sedikit mengguncangnya perihal Dokter Rafi yang mengkhawatirkannya, apa dia masih memiliki perasaan padanya? Pikir Dhifa.

Sekilas Dhifa menatap wajah tenang Zean yang tertidur di sebelahnya, lalu kemudian ....

"ASTAGHFIRULLAH!" Dhifa sontak berteriak dan bangun, bahkan Zean pun langsung bangun.

"Ada apa?" tanya Zean dengan wajah cemas.

Dhifa dengan wajah terkejutnya beralih menatap Zean.

"Belum salat zuhur, kamu kenapa gak bangunin sih!" setelah mengatakan itu, Dhifa segera berlari ke kamar mandi.

Zean menatap istrinya yang sudah masuk ke kamar mandi.

"Aku aja belum salat zuhur gara-gara ketiduran," ucap Zean bangun menuju lemari mengambil handuk dan berjalan ke arah kamar mandi.

Tok! Tok!

Zean mengetuk pintu kamar mandi sebanyak 2 kali dan langsung ada sahutan dari dalam.

"Kenapa? Aku masih mandi, gantian dong, tunggu bentar dulu," ucap Dhifa.

Zean tersenyum tetapi dengan senyum licik, tiba-tiba ada sebuah ide muncul dipikirannya.

"Aduh! Aduh! Sakit banget," jerit Zean sambil memegang perutnya.

"Kenapa aduh, aduh, gitu?" tanya Dhifa.

"Perut aku tiba-tiba sakit, keknya mau BAB deh," jawab Zean sambil memegang perutnya.

Belum ada sahutan dari Dhifa, Zean pun semakin menjerit agar aktingnya terdengar nyata.

"Aduh! Gak bisa nunggu ini, udah di ujung," jerit Zean lagi.

Berharapnya Dhifa akan mengizinkan Zean masuk ke dalam, tetapi inilah jawaban dari Dhifa.

"Pake kamar mandi kamar lain kan bisa! Kamu awas aja kalau bohong, aku tau niat busuk di kepala kamu dan gak usah kek orang susah kekurangan kamar mandi, kamar mandi di rumah ini banyak, jangan kek orang kere," ucap Dhifa dan raut wajah Zean langsung berubah lesu.

Selesai salat zuhur. Zean dan Dhifa turun bersamaan ingin ke dapur untuk makan, tetapi Dhifa langsung dibuat terkejut dengan melihat teman-teman Zean yang sedang menonton tv.

"Kenapa mereka ada di sini?" tanya Dhifa meminta penjelasan.

"Eum ... sebenarnya aku yang nyuruh mereka menginap malam ini di sini, soalnya ada kerjaan yang harus di rapatkan. Kalau rapatnya di markas, nanti kamu sendirian di rumah, aku gak mau kamu sendirian. Jadi, gak papa kan mereka menginap?" tanya Zean wanti-wanti takut Dhifa marah.

Begitupun Yusuf dan yang lain, terdiam menunggu jawaban Dhifa.

"Boleh kok. Seharusnya bilang awal-awal aja kalau mau menginap, biar aku siapin makanan, kalau gitu aku masak ke dapur dulu." Dhifa ingin beranjak ke dapur, tetapi tangannya ditahan oleh Zean.

"Biar aku juga bantu," ucap Zean.

"Kami pun mau bantu!" timpal Yusuf dan yang lain.

Satu jam berkutat di dapur, berbagai aneka makanan pun sudah tersaji di meja makan. Mata Dhifa berbinar melihat makanan yang semuanya terlihat enak.

ZeFa [Misi Menaklukkan Hati] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang