Harus Kuat

565 66 6
                                    

Judul : Memori Kita
Part 10
.
Arka berhenti di sebuah cafe. Ia coba mencari jejak di GPS. Dari petunjuk bahwa jejaknya berada di sana. Arka terus memastikan

"Benar ini sesuai dari Pelacak yang ada di jam tangan Anda. Dimana Anda sekarang? Sebaiknya aku bertanya ke yang lain," Arka mencoba bertanya pada orang yang berada disana tentang perempuan yang ciri ciri nya ia beritahukan

"Nggak mungkin saya perlihatkan photo Anda. Kalau ada yang tahu Anda Lusia sedang dicari pasti terdengar wartawan," pikir Arka. Tanpa sengaja seorang pria menyenggolnya dari belakang

"Sorry bro!"

"It's okay"

Arka sangat khawatir dengan Anda Lusia, GPS itu menunjukkan tempatnya disini, di cafe ini tapi Anda belum ia temukan.

"Lama banget Lu ke toilet. Udah ayo cabut."

seorang lelaki meminta temannya untuk segera pergi dari sana. Ternyata mereka berdua yang sudah menculik Anda Lusia.

Mereka baru saja makan malam di cafe tersebut, salah satunya yang sudah menyenggol Arka Bisma tadi. Ia menyimpan jam tangan Anda di jaketnya. Arka mulai putus asa

" Aku pasti menemukan Anda Lusia", Lirihnya pelan.

***

Anda tidak bisa tidur. Bagaimana tidak, setiap jam seorang perempuan dikeluarkan dari ruangan yang ia tempati sekarang

"Kalian harus siap, jangan cengeng... semua juga untuk kalian sendiri," ujar perempuan yang sempat berbicara dengan Anda tadi

"Sok-- sok nangis, yakin nanti kalian juga terbiasa. Malah dapet bonus bisa transfer ke keluarga di rumah." Anda sungguh tidak menyukai perkataan perempuan itu.

Ia teringat dialog dalam drama yang pernah ia perankan. Peran ketika ia terpisah dari kakak lelakinya, menjadi seorang gadis yang diculik dan dijadikan wanita penggoda. Sial, ternyata kisah itu menimpanya saat ini. Anda tidak rela jika itu terjadi padanya. Wanita yang seperti memberi pidato itu menghampiri

"Ternyata kita tidak tahu bagaimana nasib kita nantinya, apa yang terjadi sekarang mungkin hasil dari kesalahan kita dulu. Sebut saja karma. Benar kan?" Tanya wanita itu sambil memegang dan meremas kedua pipi Anda Lusia

"Jangan munafik nona," Timpalnya puas. Anda tidak menggubris perkataan wanita itu, ia hanya merasa miris

"Semua ada kesempatan, tergantung bagaimana kita menjalankan kesempatan itu," akhirnya Anda bersuara. Wanita itu menoleh

"Kesempatan, bulshit! Omong kosong."

"Aku mau memberikan kesempatan itu jika kamu benar benar memanfaatkannya,"

"Kamu mau menawari apa? Tanya wanita itu penasaran

"Apapun yang kamu mau," dengan yakin Anda memberinya pilihan. Wanita itu tersenyum sinis
Setelah beberapa waktu, gadis 18tahun yang bersama Anda bertanya

"Kakak berani sekali pada wanita itu," ucapnya

"Hidup itu harus berani. Sepahit apapun itu. Karena tanpa berani kita seperti boneka. Tentu saja berani karena benar bukan berani yang menjerumuskan." Anda tidak percaya ia berkata seperti itu. Gadis remaja itu terpukau padanya

"Dari tadi aku perhatikan kakak, kakak seperti seorang artis yang aku kenal. Apa aku tidak salah lihat kan kak," tanya gadis itu. Anda tersenyum padanya

"Jangan bilang siapa siapa kamu benar!"

"UPS.., jadi kakak Anda Lusia kan!" Dengan cepat Anda membungkam mulut gadis itu yang hampir bersuara keras menyebut namanya. Semua mata tertuju pada mereka

Memori KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang