06 - Suami Dua

8.3K 672 321
                                    

Selamat membaca.

˚˙˚

Suami Gw!
| Ghe udh bangun?
07.18

Ghea mengucek matanya perlahan. Notifikasi pesan dari suaminya berbunyi beberapa kali. Bahkan hampir tiap detik hingga jumlahnya mencapai ratusan lebih.

"Dika?" gumamnya agak serak.

Memandang sekeliling, gadis itu mengerjab pelan. Seakan baru tersadar sesuatu, dirinya lekas membalas pesan dari Dika.

Anda
LOH? KOK UDAH BERANGKAT KERJA?! |
07.20

Di seberang sana Dika terkekeh. Tepat sekali tebakannya, istrinya itu pasti marah.

Suami Gw!
| Ada meeting mendadak.
07.21

Dika berbohong. Sebenarnya alasannya berangkat tanpa ijin dulu pada Ghea adalah malu. Ia malu bertemu dengan sang istri mengingat kejadian semalam. Entahlah, memutar memori kemarin malam membuat Dika geli sendiri.

Ghea cemberut. Mengetuk-ngetuk keyboard yang terpampang pada layar ponsel dengan perasaan kesal yang luar biasa. Setelahnya mengirimkan rangkaian kata yang telah ia gabung menjadi padu.

Anda
Dika punya utang sama Ghea! |
Nanti pulang peluk cium muwhnya harus double|
Wajib! |
07.21

Terkirim.

Nampak selanjutnya, pada ujung nama si pengirim pesan ada tulisan yang menerangkan bahwa si pengirim sedang mengetik. Namun, Ghea jadi jengkel karena Dika tak urung membalas pesannya.

"Dih, ngetik apa, sih?" ujarnya menggaruk kepala.

"Puisi cinta, kah?" terka Ghea terkekeh mendapati bahwa suaminya mengetik sangat lama. Bisa jadi kan Dika hendak mengirimkan puisi bertema 'istriku tercinta' atau mungkin pesan dalam bentuk kata-kata romantis? Atau mungkin juga bujukan agar Ghea tak marah?

Ting!

Suami Gw!
| Oke.
07.27

Astaga! Sepertinya Ghea harus segera mencari suami baru. "Sabar Ghea sabar," ucap Ghea mengelus dadanya.

Untung kita udah sah, Dik.

˚˙˚

Kegiatan Ghea hari ini tak jauh dari menyapu lantas mengepel dan aktivitas ibu rumah tangga pada umumnya.

"Baiklah, sekarang iris halus dua siung bawang merah ..."

Dikarenakan kegiatan tersebut telah selesai ia jalankan, Ghea nampak sedang bergulat dengan pisau juga bawang. Di hadapannya, terpatri ipad yang menampilkan seorang juru masak sedang mengiris bawang yang sekarang tengah Ghea praktekkan.

"... biar lebih pedas, kita bisa tambahkan cabe rawit ya, Bunda. Caranya kita cincang halus juga."

Ghea lagi-lagi mengikuti apa yang ia dengar.  Dengan penuh kesungguhan, cabe rawit yang ada ia potong kecil-kecil. Suara pertemuan pisau dengan talenan berbunyi nyaring menggema di penjuru ruangan.

Ting Tong!

Ting Tong!

Ghea menoleh ke arah pintu utama. Gadis itu menekan tombol pause menyebabkan suara yang ada hilang berganti kesunyian.

Ting Tong!

"Sebentar!" pekik Ghea setengah berteriak.

Ghea menyimpan perkakas yang tadi ia gunakan. Lantas setelahnya mencuci tangan lalu mengambil langkah untuk melihat siapa yang datang.

Dighe | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang