15 - Ale dan Ergi

7K 437 42
                                    

Selamat membaca.

°•°

Berhubung cuti masih berlanjut hingga minggu depan, setelah subuh tadi Dika kembali menidurkan diri. Bahkan, hingga jam menunjukkan pukul sembilan pagi, dirinya masih asyik bergelut dengan selimut dan guling yang ia peluk erat.

Namun, kenyamanan itu tak berselang lama, karena sesuatu yang dingin tiba-tiba menggerayangi wajahnya. Dika sedikit menggerakkan badan dan berpindah posisi menjadi menyamping, tapi lagi-lagi gangguan datang. Telinganya seperti ditarik oleh sesuatu membuat Dika risih spontan mengibas-ngibas tangan bermaksud agar gangguan tersebut hilang.

Sementara, sang biang keladi tak kunjung menghentikan aksinya. Bahkan, ia lantas memerintahkan tangan mungil yang sedang ia pegang pada lubang hidung Dika. Suara anak terkekeh terdengar, raut senang hadir ketika anak laki-laki berumur 3 tahun itu mendongak, seolah meminta ijin boleh melakukannya lagi.

Ghea mengangguk pelan dengan senyum lebar menyebabkan anak tersebut bertepuk tangan lantas mengarahkan tangan mungilnya menuju lubang hidung Dika. Sodokan itu membuat Dika menggeleng-geleng berharap rasa tak nyaman ini segera hilang dan dirinya bisa kembali tidur dengan tenang.

Akan tetapi, karena emosinya tidak dapat ditahan lagi, Dika menghempaskan tangan mungil itu, matanya terbuka lebar. Ia terperanjat kaget hingga membanting diri menuju dinginnya lantai.

"Agi, Om Dita, " sapa anak itu bertepuk tangan seraya tertawa gembira. Sedangkan Ghea hanya bisa terkikik geli memandang raut keterkejutan Dika.

"Ghe?!" pekik Dika tak percaya. "Ngapain nih anak di sini?!"

"Main, " ujarnya menyengir. "Tadi pagi Tante Imel ke sini, terus katanya---"

Belum sempat Ghea menyelesaikan ucapannya, Dika lekas berdiri. Cowok dengan kolor hitam biru selutut itu bergerak tergesa untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Setelah berhasil mendapatkan benda persegi tersebut, jarinya dengan lihai mencari nomor orang yang pasti ada kaitannya mengenai kenapa anak Om-nya bisa ada di sini.

Lain hal dengan Dika yang emosi, pria paruh baya berpakaian koko abu nampak tengah berbincang seraya tertawa di latar yang berbeda. Dipta berkali-kali menyuarakan kekehannya diikuti seorang lelaki seumurannya.

"Ini serius, Ta? Dika nggak bakal marah?" tanya Karyo di sisa tawanya.

"Iya, tidak apa-apa. Malahan misi ini bisa melatih keduanya bersabar dalam mengurus anak dan tahu bagaimana rasanya jadi orang tua. Lagipula, Ale, kan kalo deket sama Ghea betah. Jadi ke kitanya juga tenang, betul begitu, Yo?" seloroh Dipta---ayah Dika menepuk pelan pundak Karyo.

"Betul banget, Ta. Terlebih, Imel juga setuju sama rencana ini. Kan, nanti saya bisa berduaan terus sama istri. " Kembali, keduanya tergelak hingga suara nyaring yang berasal dari ponsel milik Dipta, memusatkan mata berkantung itu meliriknya.

"Dika telpon, " katanya menatap Karyo. "Pasti mau cari kamu. "

Karyo hanya menahan tawanya ketika Dipta mengangkat telepon.

Beralih ke Dika. Cowok itu segera menancap gas mendengar sapaan dari sang ayah.

"Halo, ada apa, Dik?"

"Pa, Om Karyo ada di sana nggak? Tadi Dika telepon nggak dijawab, Tante Imel juga sama. Whatsapp-nya juga pada nggak aktif," terang Dika menjatuhkan diri di ranjang.

Dighe | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang