05 - Cup Cup Cup

9.4K 673 236
                                    

Selamat membaca:)

˚˙˚

Ghea merasa begitu tak bersemangat pagi ini. Suaminya Dika sudah berangkat bekerja, sedangkan dirinya kembali sendiri. Ralat, Ghea ditemani ikan Koi miliknya, Blue.

"Bubu, pengen liat Ghea gendong bayi nggak?" tanyanya pada si ikan. Jelas tak ada jawaban. Mana mungkin hewan dapat bercakap layaknya manusia.

"Ih, kok Bubu ngomongnya gitu, sih?" racau Ghea menghentikan aksinya memberi Blue makan.

"Tapi ... emang bener, sih. Dikanya nggak mau," keluhnya sedih.

"Padahal, temen-temen Ghea waktu SMA dulu udah pada punya lho. Malah ada yang udah punya dua anak." Ghea menghembuskan napasnya lelah. Menumpu dagu dengan tangan kanannya, Ghea merana akan nasibnya kini.

Sudah berangan-angan sejak lama dirinya berimajinasi memangku bayi, mengajaknya bermain, mengganti popok, dan yang paling Ghea tunggu ialah di mana buah hatinya nanti memanggilnya dengan sebutan 'Mama'.

Ting Tong!

Ting Tong!

Bunyi bel yang nyaring terdengar membuat lamunan Ghea buyar. Gadis itu mengerjab lekas melirik ke arah pintu rumah.

Beranjak berdiri, Ghea meletakkan mangkuk kecil yang berisi pakan ikan di atas nakas. Segera setelahnya, berlari kecil menuju gagang pintu.

Ting Tong!

Ting Tong!

Ting Tong!

"Sebentar!" teriak Ghea risih. "Cari siapa, sih?! Eh?"

Kala pintu terbuka. Wajah tampan seorang pria menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Ghea terpana sekaligus tak percaya pria itu tersenyum manis ke arahnya.

"Halo! Maaf ganggu waktunya."

Ghea mengerjab lekas. Masih menilik penampilan sang pria dari ujung kaki hingga kepala.

"Dengan siapa, ya?" tanya Ghea to the point.

"Oh, ya." Pria itu mengulurkan tangannya. "Kenalin, saya Andrian. Tetangga baru kamu," katanya tersenyum ramah.

Ghea hanya memandang uluran tangan Andrian tak berminat. Bukan apa-apa. Jika Dika tau dirinya disentuh cowok lain, bisa marah suaminya itu.

Ghea nyengir. "Hai, Andrian. Saya Ghea, kebetulan saya udah punya suami," ujarnya membuat Andrian beberapa detik terdiam lantas setelahnya berdeham seraya menarik tangannya kembali sambil cengengesan.

Ucup bilang kagak ada yang punya. Gerutunya dalam hati.

"Ada keperluan lain nggak? Kalau nggak---"

Andrian menoleh cepat. "Eh, ada, kok," selanya sambil menyerahkan sekantung kresek penuh camilan. "Ini dari saya. Anggap aja sebagai bentuk tali silaturahmi biar kedepannya bisa menjadi tetangga yang baik."

Ghea sontak berbinar. Gadis itu segera merebut keresek digenggaman Andrian. Dan benar saja, saat dicek berisi banyak sekali makanan ringan.

"Wah, makasi banyak lho," ucap Ghea girang membuat Andrian mesem-mesem.

"Sama-sama," balasnya tersipu malu.

Dighe | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang