Selamat Membaca:)
˚˙˚
Sejak konflik kemarin, Ghea mendiamkan Dika. Namun, ada yang berbeda dari sikap gadis itu, ia berlagak seolah tak peduli. Seperti halnya sekarang, Dika berkali-kali menanyainya perihal keberadaan dasi miliknya. Bukan menjawab, Ghea malah acuh membuat Dika tak tahan jika harus menghadapi Ghea yang seperti ini.
"Ghe, minta kerjasamanya, dong. Dasi gue ilang," pinta Dika mengobrak-abrik lemari baju.
"Bantu cariin, kek," imbuh Dika jengkel.
Ghea lagi-lagi hanya diam. Dunia mayanya lebih asyik baginya sekarang. Berselancar di beranda Instagram, memandangi artis-artis luar negeri yang tampan dengan posisi rebahan. Bah, mantap.
Dika geram sendiri. Mengambil langkah jenjang, dengan satu kali tarikan, ponsel yang Ghea pegang berada digenggamannya.
"Ih, Dika! Siniin ponsel gue!" pekik Ghea sedikit kaget.
"Cari dulu dasi punya gue!" balas Dika menyorot dingin istrinya.
Ghea berdecak. "Dasi lo kan banyak! Cari di lemari sana!"
"Nggak ada, Ghe," sahut Dika merengek.
Menghembuskan napas kasar, dirinya turun dari ranjang, menyeret langkah menuju lemari baju.
"Minggir!" ketusnya membuat Dika terkekeh. Suaminya itu menggeser tubuhnya membiarkan istrinya leluasa bergerak mencari benda yang ia cari.
Selama dua menit kurang, Dika duduk sambil bersandar di headboard ranjang. Tak lupa untuk memainkan ponselnya.
"Nih, ada!" celetuk Ghea mendapati beberapa dasi yang terlipat di antara baju Dika.
Dika mematikan ponsel. Ia terkekeh lantas beranjak berdiri seraya mendekati istrinya.
"Emang ada," sahutnya santai.
Ya, Dika sengaja mengerjai Ghea akibat kesal karena sang istri fokus terhadap ponsel daripada dirinya.
"Dih, stres!" umpat Ghea menyodorkan dasi tersebut. "Ambil!"
"Pakein dong, Sayang," pinta Dika bernada manja.
Ghea mendengkus jengah. Menaiki ranjang, gadis itu berdiri di sana sembari memberi arahan pada sang suami agar menghadap dirinya membuat bibir Dika tertarik ke atas, walau sebenarnya dirinya ingin sekali meledek Ghea yang pendek. Namun, sudahlah jangan memperpanjang masalah.
Ghea fokus terhadap aktivitasnya, sedangkan Dika memaku atensi pada wajah cemberut sang istri.
"Ghe?"
Ghea berdeham.
"Serius mau cerai?" Mata gadis itu melotot mendengar pertanyaan tersebut. Gila kali! Sejak kapan dirinya ada niatan berpisah dengan lelaki tampan macam Dika.
"Kapan gue bilang?"
"Semalem," jawab Dika menghentikan pergerakan istrinya.
"Gue bilang mau nikah lagi. Bukan mau minta cerai!" koreksinya merotasikan bola mata.
Dika hanya erkekeh lagi sambil mencuri kesempatan mengecupi bibir Ghea beberapa kali. "Kemarin malem gue ga dapet ini." Jari telunjuk Dika menggapai bilah merah itu yang langsung ditepis kasar Ghea karena risih.
"Diem!" titahnya melotot tajam. Namun, bukan seram hal ini malah mengundang rasa gemas Dika. Pria itu menyerang dengan kecupan terlampau greget pada pipi berisi itu. Ghea akhirnya tertawa pelan karena geli.
"Jangan nikah lagi, ya?"
"Gimana nanti aja," balas Ghea turun dari ranjang.
"Tapi kalau lo beneran mau nikah, gue juga boleh berarti ... nikah lagi?"
˚˙˚
"Lo serius mau nikah lagi?!" Puput menggebrak mejanya kuat-kuat membuat sebagian pengunjung Resto beralih menatapnya.
"Put, jangan teriak-teriak!" peringat Ghea melotot.
Puput menoleh kiri kanan. Dan benar, beberapa pasang mata menyorot dirinya sinis. Mungkin karena merasa risih terhadap suara Puput yang nyaring bak kenalpot rusak.
Puput tersenyum kikuk. Gadis itu tergugu untuk kembali mendudukan diri. "Jadi, bener? Lo mau nikah lagi?" ulangnya memelankan suara.
Ghea berdecak. "Ya nggak, lah, Put! Mana mungkin gue duain Dika."
"Terus? Lo bilang tadi mau nikah lagi."
"Itu cuma rencana gue buat bikin Dika cemburu aja," jelas Ghea menghela.
"Kemarin Bunda Rena dateng ke rumah. Pihak keluarga Dika pengen banget cepet-cepet gendong cucu. Jujur, gue bingung banget, Put. Gimana caranya ya biar Dika mau gitu buat debay?" keluh Ghea menumpu dagu.
Puput manggut-manggut, paham atas kebingungan temannya ini. "Em, gimana ya. Gue juga nggak terlalu paham sama sikap Dika yang satu ini," balasnya menggaruk leher merasa sangat tak enak karena tidak bisa membantu Ghea.
"Tempo lalu, kan, gue bilang Dika kena guna-guna, lo nggak percaya," lanjutnya mengerucutkan bibir.
"Ya, iyalah! Mana mungkin gue percaya. Itu musyrik, Put," sanggah gadis itu. Ekor matanya memandang tak habis pikir sang sahabat.
"Iya deh iya. Maaf," kata Puput manyun. "Terus, sekarang lo mau gimana?"
Ghea terdiam sesaat. Setelahnya, ia menatap Puput dengan mata menyipit dan bibir tersenyum tipis.
"Apa gue harus pura-pura pacaran sama Andrian, ya?"
"GILA! MAU MATI LO?!" heboh Puput dan lagi-lagi membuat para pengunjung melayangkan tatapan mengintimidasi.
˚˙˚
; don't plagiarize my work!😠
KAMU SEDANG MEMBACA
Dighe | 18+
ChickLitYoung Adult Romance 18+ ∆ *** "Kapan punya anak?" Tidak ada hal lain yang mereka tanyakan jika bertemu Dika dan juga Ghea. Tiga kata itu sepertinya sudah melekat kuat untuk dua insan yang sudah satu tahun menikah, namun belum juga ingin punya keturu...