Chapter - 5. It's Okay If You Forget Me

705 82 11
                                    

HAPPY READING 📖

-------------------------------------------

Zeus tersentak saat teriakan bertubi-tubi itu menggelegar. Ia yang semula menatapi pigura besar, kini harus berlari ke sumber suara.

"Nyonya, tolong turunkan senjata Anda." Mendengar itu, Zeus berlari cepat dan melotot saat Bree berdiri di ruang tamu dengan senapan laras panjang, menodongi beberapa pelayan yang kini berdiri ketakutan.

"Bree!" bentaknya dari tangga. Wanita ini memang sudah gila. Ia berpikir memberi Bree kelonggaran, wanita itu akan menurut dan menggunakan waktu itu sebaik-baiknya. Kenyataannya, Bree malah mengancamnya dengan senapan yang ia gunakan untuk berburu.

"Apa?" tantang Bree sembari menodong Zeus menggunakan senapan itu, meskipun sedikit ketakutan karena tak pernah melakukan ini sebelumnya.

"Letakkan itu ke tempat semula, Okay. Jangan bermain-main dengan senja itu."

"Lepaskan aku." Bree mengangkat dagu, menantang Zeus yang kini mengernyit tak suka. "Kalau kau berpikir aku akan patuh, kau salah. Aku tidak sepenurut yang kau pikir. Lepaskan aku atau aku menembakmu dan menembak pelayan-pelayan idiot ini."

"Bree, kubilang letakkan itu ke tempat semula." Saat Zeus hendak melangkah, Bree menodongkan senapan itu semakin maju dan mengancam menekan pelatuk.

"Kau pikir hanya kau yang bisa memerintahku? Turuti aku dan aku akan menurutimu." Bree tersenyum sinis, membalikkan kata-kata Zeus. Ia yakin pria ini akan menurutinya. Bukankah ia istrinya? Jika ia memberikan ancaman ini, pasti pria buruk rupa itu akan tunduk.

"Jangan menantang kesabaranku, Bree. Letakkan itu ke tempat semula," kata Zeus dengan emosi tertahan. Wajahnya merah padam karena geram.

"Lepaskan aku."

Zeus menatap lekat Bree dengan sorot gelap, penuh ancaman. Namun, dalam seperkian detik, sudut bibirnya tertarik, menyeringai, berakhir dengan tawa kecil. "Tembak aku. Kalau kau menembakku, kau bisa dengan mudah pergi tanpa halangan."

Ekspresi menantang Bree, digantikan kebingungan. Ia mengeryit sejenak. Mulai menekan pelatuk, menuruti ucapan Zeus. Sayang, ia harus memejamkan mata karena ia mengetahui alasan Zeus bisa setenang itu. Ia merutuki kebodohan. Seharusnya ia lebih kejam untuk mengetes senjata ini bisa dipakai atau tidak pada satu pelayan. Kini ancamannya pun bak angin lalu. Melihat Zeus mendekat, ia berlari kencang, mencari pertolongan atau benda tajam untuk mengancam Zeus. Menyadari posisinya di taman, Bree mencari celah untuk pergi. Beribu kesialan, ia tidak menemukan jalan keluar, seakan pintu telah ditutupi tanaman-tanaman. Keringat membanjiri kening, bahkan tubuhnya. Ia harus mencari jalan keluar secepat mungkin meskipun ia panik karena tidak ada celah. Melihat sabit di gantung di antara tanaman, ia mengambilnya, menodong benda itu sebagai ancaman lagi. Kali ini ia tidak bermain-main. Ia akan membunuh penculik itu agar bisa kabur, jika perlu ia akan mengambil sandera lain agar Zeus kembali terdiam dan tunduk.

"Bree!" bentakan Zeus sedikit membuat ia tersentak takut. Karena sedari tadi ia memang sudah ketakutan. "Letakkan benda sialan itu dan kembali ke kamarmu! Berhenti bertingkah kekanakan!"

"Kau yang berhenti bertingkah kekanakan! Aku hanya perlu penjelasan mengapa kau menculikku! Kau mau uang? Aku bisa memberikannya!" pekik Bree tak kalah keras. Urat di leher bahkan tampak saking marah. Apa pria itu pikir hanya dia yang bisa marah, sementara ia yang berbaring di ranjang beberapa lama tidak bisa melakukan itu? Apa Zeus pikir ia selemah yang dikira?

Zeus mendekat, namun Bree menggantikan posisinya menjadi sandera dengan mendekatkan sabit itu ke pergelangan tangannya. Dapat ia lihat Zeus melotot.

Ugly Kidnapper ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang