Dan mereka hidup bahagia selama-lamanya.
Nope. Salah besar. Kedatangan perempuan itu di hadapan Jake bersaudara membuat kebahagiaan itu sirna seketika. Tidak ada yang pernah menyangka kalau perempuan itu ternyata bagian dari perkumpulan Sojung dan S...
"Jay, Sunghoon, atau siapa pun! Tolong bukain pintu dong itu ada tamu!" perintah Ryujin yang sedang bersantai di kamarnya.
"Lo aja, Hoon," pinta Jay yang sedang sangat malas bergerak dari posisinya yang tengah bersandar ke sofa empuk.
"Dih males banget, lo aja lah," balas Sunghoon.
"Yaudah kalo gitu, Nik—"
Belum selesai berbicara, kalimat Jay dipotong oleh si bungsu. "Gak! Gue udah enak di sini. Kak Jake aja deh," ujarnya sambil menoleh ke arah Jake. Memang mereka berempat sedang bersantai di ruang tengah sambil menonton TV, sangat menyebalkan kalau tiba-tiba harus melakukan hal lain.
Mau tidak mau Jake pergi keluar rumah untuk melihat siapa yang bertamu. Kasihan kalau tamunya dibiarkan menunggu terlalu lama. Lelaki itu membuka pagarnya. Di hadapannya berdiri seorang perempuan berambut panjang dan pirang. Beret bermotif kotak-kotak biru dongker yang bertengger di kepalanya memberi kesan manis kepada wanita itu.
"Hai, siapa ya?" tanya Jake kepada perempuan itu.
"Saya Winter. Penghuni baru di perumahan ini. Saya tinggal tepat di depan rumah anda," jawabnya sopan.
Winter. Nama yang terdengar unik bagi Jake. "Oh gitu, salam kenal, Winter. Gue Jake, santai aja sama gue, keliatannya kita seumuran." Lelaki itu pun mengulurkan tangannya, tak lama Winter membalas uluran tangannya.
"Anda tinggal dengan ayah anda, benar?" tanya Winter.
Untuk beberapa saat Jake merasa bingung. Tiba-tiba sekali perempuan itu menanyakan hal yang tidak biasa ditanyakan oleh tetangga baru. "Iya ... kenapa?" balasnya sambil menatap Winter ragu.
"Anda punya saudara perempuan?" tanya perempuan itu lagi.
Ada yang tidak beres dengan perempuan ini, kali ini Jake tidak akan menjawab pertanyaannya. "Memang kenapa ya? Untuk apa anda menanyakan hal itu?" balasnya.
Winter sedikit tersentak. "Ah ... tidak. Tidak apa-apa, maaf saya lancang. Saya hanya ingin memastikan kalau di sini ada perempuan yang seumuran dengan saya. Kalau anda punya saudara perempuan mungkin saya bisa berteman dengannya," jelasnya.
Sekarang Jake mengerti. Ia jadi merasa bersalah sudah berburuk sangka kepada Winter. "Ooh ya ampun, bilang dong. Iya gue punya kakak cewek, beda setaun doang sama gue. Keliatannya kalian bisa temenan." Raut wajah Jake kembali cerah.
"Bagus kalau begitu. Ini saya bawa sedikit makanan untuk anda dan keluarga." Winter menyodorkan sebuah tas kecil kepada Jake.
"Wih makasih banyak ya. Oh iya, mau mampir? Mungkin mau kenalan dulu sama kakak gue?" tawar Jake begitu ia menerima tas kecil pemberian Winter.
Winter terdiam sebentar. "Tidak usah, lain kali saja. Saya permisi ya." Winter membungkukkan badannya lalu pergi dari hadapan Jake. Lelaki itu pun menutup pagar dan masuk ke dalam rumah.
"Hoi! Kita punya tetangga baru!" sahutnya dari arah ruang tamu.
"Ooh bagus deh rumah depan jadi gak kosong," balas Jay yang entah sejak kapan berpindah duduk di sofa tempat Jake duduk tadi.
"Nih gue dikasih bingkisan ama si tetangga. Katanya juga dia mau temenan sama Kak Ryu," kata Jake lalu menaruh tas kecil itu di meja bundar yang terletak di antara sofa dan TV.
"Ihh beneran? Tau gitu aku yang sambut tadi," balas Ryujin yang baru keluar dari kamarnya. Perempuan itu lalu berlari kecil menghampiri Jake lalu mengambil tas kecil itu untuk melihat apa saja isinya.
"Selai apa nih? Blueberry ya kayaknya," tebak Ryujin sambil memegang botol kaca yang berisi cairan kental berwarna ungu. Terdapat stiker bertuliskan 'Ponzona' menempel di botol itu.
"Ini tetangga kerja di pabrik selai apa gimana dah?" tanya Jay. Pasalnya isi dari tas kecil itu hanyalah botol-botol dengan warna yang berbeda.
"Wait. Tasnya kok ... kayak kenal ya," ujar Sunghoon saat ia menyadari ada gambar ular berwarna hitam di tas itu.
"Paling ini logo band rock atau apalah itu, sekarang kan rame yang pake gambar uler item," balas Niki. Benar juga, mungkin hanya logo biasa. Sunghoon pun memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
"Mantep deh, seminggu kedepan kalian sarapan roti ya," kata Ryujin lalu menaruh botol-botol gelas itu di meja makan.
Di sisi lain, perempuan berambut pirang tadi berjalan masuk ke dalam rumahnya. Berdiri memandangi rumah tentangga yang baru saja ia ajak berbincang dan ia berikan bingkisan.
"Kak Eunseong, aku baru ketemu sama targetnya."
《《《 》》》
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.