"Pagi, Winter," sapa Jake kepada perempuan yang sedang duduk di kursi terasnya.
Perempuan itu tersenyum kepadanya. "Oh, pagi juga, Jake. Anda mau ke mana?" tanyanya.
Cara bicara Winter yang kelewat sopan membuat Jake sedikit bingung. Padahal ia sudah bilang untuk santai saja dengannya. "Kuliah nih. Sama sodara-sodara gue juga. Lo kuliah juga? Atau jangan-jangan masih sekolah?"
"Saya kerja." balasan Winter membuat Jake melebarkan matanya. Dari perawakannya Winter masih sangat muda untuk bekerja, bahkan ia pikir perempuan itu lebih muda darinya.
"O-oh gitu ya. Kerja apa kalo boleh tau?"
"Saya ... saya kerja ...." Winter tak kunjung menjawab pertanyaan Jake. Sedangkan lelaki itu terus menatapnya menunggu jawaban darinya.
"Haai tetangga baru!" Tiba-tiba Ryujin berseru dari teras rumahnya. Ia melambaikan tangannya penuh semangat ke arah Winter. Sontak Winter dan Jake menoleh ke arahnya.
"Nah tuh kakak gue, kalo mau kenalan boleh," kata Jake kepada Winter. Winter pun meresponnya dengan anggukan. Perempuan itu bberjalanke arah pagarnya dan menghampiri rumah Jake.
Ryujin juga mendekatinya. "Lo bule ya? Rambut lo lucu banget," puji Ryujin setelah melihat rambut terang Winter.
"Bukan, saya bukan blasteran tapi terima kasih," balasnya sambil membungkukkan badannya.
Ryujin merasa sedikit canggung melihat sikap Winter. "Eh santai aja sama gue. Lo pasti seumuran kan sama gue, gue gini-gini masih 22," balas Ryujin sambil menepuk pundak Winter pelan.
"Ah begitu ... saya juga 22 tahun, salam kenal. Saya Winter," ucapnya lalu mengulurkan tangannya.
Ryujin membalas uluran tangannya. "Dibilangin santai aja ih, gue Ryujin. Nama lo kece banget ya. Oh iya kalo butuh sesuatu tinggal loncat aja nanti ke rumah gue," guraunya.
"Diliat-liat cakep juga tetangga," celetuk Jay yang sedang berada di ruang tamu menunggu saudaranya bersiap. Ia diam-diam memperhatikan kakaknya yang sedang bercengkrama dengan tetangga baru.
"Gue aduin Isa," ancam Sunghoon.
Jay menoleh ke arah Sunghoon dan menatapnya malas. Memangnya apa salahnya memuji? Lagipula bukan berarti dirinya berniat untuk selingkuh dari Isa. Mana mungkin ia bisa berpaling dari perempuan yang ia dambakan sejak dulu.
"Tukang ngadu lo. Niki mana sih? Dia ada kelas pagi juga kan kayak kita?" tanya Jay kepada Sunghoon.
"Lagi makan."
Sebenarnya sudah sekitar 12 menit mereka menunggu dan tidak ada tanda-tanda Niki akan datang. Akhirnya Jay memilih untuk menghampirinya. "Woi lama amat, eh bocah! Ngapain tidur!" tegurnya lalu mendorong pundak Niki, namun tidak ada balasan darinya.
"Heh bocil, bangun, kuliah. Lo udah bukan murid SMA yang bisa ngebolos tiap waktu," ceramahnya sambil mengguncangkan tubuh Niki. Tetap saja lelaki itu tak kunjung menegakkan tubuhnya. Melihat kondisinya yang sangat lemas seperti ini membuat Jay sedikit khawatir sekaligus bingung. Padahal kemarin Niki baik-baik saja.
"Ki? Lo sakit?" Jay berusaha menatap mata adiknya yang tidak terbuka. "Eh jangan bikin panik anjir, at least jawab kek, gerak-gerak kek," gerutunya. Lama-lama ia merasa gila berbicara sendiri seperti ini.
"Kalian ngapain sih?" Tidak sabar menunggu, akhirnya Sunghoon menghampiri Jay dan Niki. "Lah itu bocah tidur?" tanyanya sambil menunjuk ke arah Niki.
"Keliatannya sih tidur. Apa dia sakit ya, Hoon? Perasaan kemaren juga dia gak begadang," ujar Jay cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
PONZONA
Fiksi PenggemarDan mereka hidup bahagia selama-lamanya. Nope. Salah besar. Kedatangan perempuan itu di hadapan Jake bersaudara membuat kebahagiaan itu sirna seketika. Tidak ada yang pernah menyangka kalau perempuan itu ternyata bagian dari perkumpulan Sojung dan S...