Malik's side story
Seminggu berlalu setelah ulangtahunnya Maya, kini aku istirahat di rumah. Sekolah? Aku melakukan daring dan sesekali meminjam catatan milik teman-teman. Setiap 3 kali seminggu, kami belajar bersama. Seperti hari ini, Maya, Ezra, Namira, Gilang, Raihan, Zainab, Arby dan Alex datang ke rumah ku untuk belajar bersama. Ezra menjelaskan materi yang sudah diajari disekolah. 3 minggu lagi sudah masuk masa ujian.
Apa diwaktu itu, aku masih dalam keadaan seperti ini? Dokter mengatakan keadaanku sudah membaik dan kedua kakiku sudah bisa digerakkan kembali. Tapi ya, yang namanya takut kehilangan tuh gimana sih? Kadang perasaan ini selalu muncul tiap kali aku bersama teman-teman atau keluarga.
Aku yang takut kehilangan, atau mereka yang takut kehilangan aku dalam hidup mereka?
Walaupun orang lain bilang, seseorang yang sudah pergi, meskipun raga yang menghilang namun jiwa tetap ada dalam hati mereka. Masih bisa merasakan kehadiran seseorang itu walaupun raganya sudah tidak ada. Dan akhir-akhir ini, aku sering merasakan hal itu.
Aku melihat Maya yang duduk berhadapan denganku, terhalang meja tempat kami belajar. Maya tertawa dengan riangnya, menampakkan wajah cerahnya yang aku rindukan. Selama aku dirumah sakit, aku sangat merindukan wajah ceria milik Maya. Gadis itu akhir-akhir ini sering tertawa dan tersenyum. Aku bahagia melihatnya.
"Malik."
"Iya?"
"Kenapa diem aja?" tanya Namira.
Aku menggelengkan kepala ku. Aku hanya menyimak, kebanyakan ya melamun sih. Pikiranku kemana-mana gara-gara mikirin hal itu tadi. Aku, belum siap meninggalkan mereka, terutama Maya. Maya, lagi bahagia karena bisa kumpul bareng lagi kaya gini. Aku juga, kangen kumpul bareng kaya gini. Biasanya, kami kumpul bareng disekolah.
Kami menghabiskan waktu belajar kami sampai selesai. Teman-teman yang lain sudah pada pulang, tinggal Maya yang masih diam dirumahku. Katanya pengen ngobrol banyak sama aku padahal hari mulai senja. Kami duduk berdua di bale depan rumahku. Aku sesekali mencuri pandang padanya. Aku baru sadar kalau Maya, secantik ini.
"Kenapa?" tanyanya tiba-tiba.
"Eh, nggak. Aku, baru sadar kalo kamu cantik banget." Wajahku memanas seketika. Apa yang aku ucapkan barusan?
Maya tertawa, "bisa aja deh. Baru sadar kalo aku cantik?" tanyanya. Akhirnya aku tidak bisa mengelak lagi dan mengangguk sebagai jawaban.
Kami terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Aku mencoba membuat tenang pikiranku sebelum kembali memikirkan hal-hal yang tak baik. Kondisiku yang naik turun, aku mulai tidak peduli dengan sekitarku. Akhir-akhir ini, pikiranku sudah terlampau kosong. Entah apa yang aku pikirkan, setiap kali membuka pikiranku, hanya ada kehidupan lain disana.
Apa, aku sudah mulai pasrah dengan keadaanku yang seperti ini?
"Maya." yang dipanggil menoleh. "Aku mau bilang sesuatu."
Ya, ini yang terbaik. Aku harus mengatakan kondisiku yang sebenarnya pada Maya.
"Kenapa, Li?" tanyanya sambil memasang ekspresi muka penuh tanya.
"Aku... Aku rasa kini aku, sudah mulai pasrah dengan keadaanku saat ini." ekspresi muka Maya berubah menjadi datar dan nampak kebingungan. Aku tau, Maya akan seperti ini.
"Pasrah? Pasrah gimana maksud kamu?"
Aku menghela nafas panjang, "ya, pasrah. Kalo orang udah gak ada harapan apapun lagi untuk hidup dan mulai bersiap untuk menghadap sang Maha Kuasa, itu pasrah namanya. Aku sekarang udah gak mikirin aku bakal sembuh apa nggak." Aku menatap Maya yang wajahnya mulai memerah.
"Yang ada di pikiranku sekarang, gimana caranya kamu mengikhlaskan kepergianku nanti. Entah aku akan pergi besok, lusa, atau mungkin malam ini. Semuanya bisa terjadi kapanpun, Maya."
Wajah Maya semakin memerah, kedua matanya mulai mengeluarkan air mata. Maya menatapku dengan tatapan yang sendu, penuh kesedihan. Aku tau, Maya tidak akan bisa melepaskanku begitu saja. Bagi Maya, aku terlalu berharga untuk di lepas begitu saja.
Tapi mau bagaimana lagi. Aku, sudah pasrah dengan keadaanku. Aku tidak akan pernah sembuh dari penyakit mematikan ini walaupun kemungkinan nya kecil untuk sembuh, sama kaya Papa. Sekalipun dirumah sakit terbaik, untuk penyembuhan kanker memang lama. Apalagi kanker ku ini termasuk ganas dan bisa seumur hidup.
Apa aku harus tetap bertahan, atau sudah sampai sini?
Kini aku hanya mengandalkan kuasa Tuhan. Aku sudah ikhlas jika aku harus pergi sekarang juga. Maya akan melihatku meninggal tepat didepan matanya. Duh, lagi-lagi, aku...
Grep.
Maya memelukku. Ia menangis dalam pelukannya. Aku tidak membalas pelukannya karena masih kaget. Maya semakin mengeratkan pelukannya dan tangisannya semakin kencang. Ucapanku barusan, terlalu keterlaluan ya?
"Aku gak tau mau bilang apa lagi, hiks! Tapi aku, hiks! Aku mau menghabiskan waktu bersamamu untuk yang terakhir kalinya, Malik!"
"Maya," gumamku pelan.
Aku mulai membalas pelukan Maya. Aku menenggelamkan wajahku pada bahu Maya. Membiarkan Maya menangis disana.
Maya, aku minta maaf. Tapi aku sudah pasrah dengan penyakitku. Aku tidak bisa mempertahankan tekadku untuk sembuh. Hidupku sudah berakhir sampai sini.
Jika kamu tau, aku menyukaimu melebihi sahabat. Menjalin kasih denganmu, tapi aku gak mau kamu merasakan rasa sendirian tanpa diriku. Kamu butuh seseorang yang lebih baik daripada aku, Maya.
Hope you happy then, Nurma.
***
30 Agustus 2021
Halo semuanya! Apa kabar?
Udah 2 bulan ya aku gak update hehehe karena ada satu hal yang harus aku kerjain. Padahal lagi libur kuliah tapi cerita ini hampir gak pernah aku sentuh lagi, maaf ya semuanya :( dan maaf juga kalo episode ini agak absurd alur ceritanya karena mood juga :(
Karena sekitar 2 minggu lagi aku mulai perkuliahan lagi, mungkin lagi-lagi aku mulai susah lagi buat update cerita ini padahal udah mau tamat. Emang mood nulis itu harus bener-bener ada biar lancar nulisnya :") dan lagi, karena libur juga, aku hampir jarang buka laptop buat nulis.
Tapi aku bakal usahain buat update episode baru dari cerita ini. Mungkin sekitar 1-2 chapter lagi. Masih sanggup nungguin kan? Aku harap iya :D
Mungkin segitu dulu dari aku. Have a great day tomorrow, everyone!
Oh iya, jangan lupa tap bintang dan komentarnya ya biar aku ada semangat lagi buat tamatin cerita ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Months - jaesunoo[✔]
Cerita Pendek"10 bulan jatuh cinta, 10 bulan kepergiannya." local short story of Kim Sunoo and Lee Jaehee Start : 3 Januari 2021 Finish : 26 Oktober 2021 © binjinpeach -2021