Fitri sudah pulang kemarin malam karena sudah dijemput Fajar. Dirinya tak sempat berpamitan pada Syifa karena sudah tidur akibat kelelahan menangis. Syifa mendengar bunyi alarm menunjukkan pukul 05.00. Selepas salat subuh berjamaah dengan Alfin, dirinya kembali tertidur. Dirinya juga ada di atas ranjang, dan pasti Alfin yang telah memindahkannya.
Syifa merasa sedikit lega karena sudah cerita ke Alfin. Dilihatnya Alfin tak ada dalam kamar, di kamar mandi pun juga tidak ada. Syifa bangun terlambat, bagaimana dia nantinya bisa menyiapkan bekal untuk Alfin sedangkan dirinya saja bangun kesiangan.
Syifa terburu-buru ke dapur untuk menyiapkan sarapan juga bekal Alfin. Saat masih di tangga, Syifa mencium aroma makanan dari dapur.
Apa Mas Alfin yang memasak ya? Duh bagaimana dirinya bisa kesiangan seperti ini? Ah aku merasa menjadi istri yang gagal deh kalau begini, batinnya sambil berjalan ke arah dapur.
Benar saja, Alfin sudah menyiapkan makanan. Untuk bekalnya pun dia sudah bikin sendiri. Syifa jadi merasa tidak enak pada suaminya.
"Kamu sudah bangun, Sayang?" Syifa menjawabnya hanya dengan menganggukkan kepalanya. Alfin melihat Syifa yang menatap ke arah dirinya dengan wajah yang berbeda, hingga membuatnya mengerutkan kening.
"Kamu kenapa, Sayang?"
"Mas kenapa enggak bangunin aku aja tadi? Jadinya kan aku merasa bersalah Mas. Aku merasa enggak becus urus suami sendiri. Aku merasa bersalah ke Mas Alfin. Maafin aku ya?" Jadi itu alasan istrinya merubah raut wajah di hadapannya saat ini? Alfin yang mendengarkan pun seketika tersenyum kecil lantas mengelus kepala Syifa.
"Sudah Sayang, enggak apa-apa. Mas mengerti kok kalau kamu kecapean. Jadi enggak masalah buat Mas. Sudah jangan merasa bersalah seperti itu."
"Tapi kan-"
"Sudah Syifa, Mas enggak apa-apa kok." Dengan berat hati Syifa mengangguk, meskipun masih merasa tidak enak pada suaminya itu.
"Mas, nanti berangkat jam berapa ke kampus?"
"Habis ini Sayang, karena ada kelas pagi. Tapi nanti siang sudah pulang, kok."
Syifa hanya mengulas senyum. Setelah selesai sarapan, Alfin langsung pamit ke Syifa berangkat. Syifa mencium punggung tangan Alfin, lantas Alfin mencium kening Syifa dengan lembut.
"Jaga diri baik-baik ya di rumah. Jangan ke mana-mana sebelum Mas pulang. Mas berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Alfin segera melajukan mobilnya menuju kampus. Setelah di rasa Alfin sudah benar-benar keluar, Syifa kembali masuk ke dalam rumah. Dirinya menyibukkan diri dengan membersihkan rumah.
Beberapa jam kemudian, akhirnya semua selesai. Syifa telah menyelesaikannya dengan sempurna. Terasa pegal, dirinya duduk di ruang tamu dan menonton TV.
Tok ... tok ... tok ...
Terdengar suara ketokan pintu. Syifa segera bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya. Saat pintu terbuka, Syifa mengerutkan keningnya.
Dia siapa? Aku enggak pernah tahu, apa teman Mas Alfin? batin Syifa. Perempuan yang melihat Syifa kebingungan, dia tersenyum lantas mengatakan,
"Perkenalkan, namaku Cassandra. Teman Alfin waktu masih berada di Mesir, panggil saja Sasa."Syifa hanya mengangguk paham ternyata benar, dia teman Alfin. Syifa juga memperkenalkan dirinya. "Aku Syifa, suami Mas Alfin," ucap Syifa sambil menjabat tangan Cassandra.
Syifa menyuruh Cassandra masuk dalam rumahnya dan mempersilakan duduk di ruang tamu. Rumahnya indah dan juga nyaman, batin Cassandra.
Beberapa menit kemudian, Syifa datang dengan membawa minuman dan makanan ringan.
"Eh Syifa, enggak usah repot-repot."
"Enggak ngrepotin kok. Oh iya, kamu tahu dari mana rumah Mas Alfin?" tanya Syifa yang masih penasaran.
"Oh itu, waktu itu aku ada rencana mau buat kejutan ke Alfin dengan kedatanganku. Karena sudah lama banget enggak ketemu sama Alfin. Waktu sudah di Indonesia, aku ke rumah Alfin. Saat sampai di rumahnya, kata Tante Ara Alfin sudah menikah dan sudah tinggal sendiri dengan istrinya." Entah mengapa Syifa merasa Cassandra tidak suka dengan menyebut kata 'istri', apalagi dengan senyuman masamnya itu yang ditunjukkannya.
"Maka dari itu, aku meminta alamatnya ke Tante Ara, dikasih sama beliau. Aku langsung main ke sini. Soalnya sudah lama banget enggak ketemu sama Alfin. Lagipula aku juga rindu dengan Alfin."
Entah kenapa hati Syifa sakit mendengar perkataan Cassandra. Bagaimana Cassandra bisa bicara seperti itu padanya. Seharusnya dia tahu saat ini bicara dengan siapa. Syifa masih berusaha untuk tenang dan tegar dengan perkataan Cassandra.
Apalagi dengan perkataan Cassandra yang bilang rindu pada suaminya. Seharusnya Cassandra bisa menjaga perasaan Syifa saat ini. Tapi Syifa sendiri tidak tahu kenapa seolah-olah dirinya sengaja berkata seperti itu padanya.
"Emang kalian dekat banget ya waktu itu?" Dengan perkataan yang mencekat di tenggorokan, Syifa memberanikan diri untuk bertanya pada Sasa. Rasanya dirinya ingin sekali mengusir Cassandra sekarang dan menangis sejadi-jadinya.
"Iya, sangat dekat, bahkan Alfin sebelum pulang ke Indonesia pernah menjanjikan sesuatu padaku. Ah lupakan saja itu, sudah tidak penting. Itu juga tidak akan mungkin terjadi karena kan Alfin juga sudah menikah dengan kamu. Alfin beruntung ya punya istri sepertimu, apalagi kamu cantik, baik lagi." Cassandra sepertinya memang sengaja membuat Syifa cemburu. Syifa menanggapi hanya dengan senyum, senyum yang terlihat paksaan.
Ya Allah ... rasanya saat ini hatiku benar-benar hancur lebur, kenapa Mas Alfin tak menceritakan ini semua padaku? Janji? Janji apa yang dimaksud Sasa? kamu hutang cerita ke aku, Mas Al ..., lirih Syifa dalam hatinya.
Tunggu aja kelanjutan ceritanya ya reader. 😘😘 Jangan lupa komennya dan feednya. 😘😘
Feed kalian begitu berharga buat author nih, supaya tambah semangat lanjutin ceritanya. 😘
![](https://img.wattpad.com/cover/178474011-288-k937298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Zauji (Terbit) ✅
RomanceSUDAH TERBIT #Part masih lengkap Cinta memanglah indah, apalagi jika datangnya atas kehendak-Nya, pasti akan jauh lebih indah "Uhubbuki Fillah, Zaujati," ucap Alfin di sela pelukannya dengan Syifa, lantas mencium ubun-ubunnya. "Ahabballadzi ahbab...