17. Pantai (Selesai Revisi)

83 3 0
                                    

“Masa-masa indah bersama kekasih ialah saat sedang bermain atau berjalan bersama sambil menikmati pemandangan yang begitu indah, hingga membuat atmanya seakan ditarik oleh alunan-alunan qalbu”
~Syifa

Mungkin karena lelah, hingga membuat Syifa tertidur di sofa saat membaca novel kesayangannya. Sebelum ke rumah barunya, selepas dari rumah sakit, Syifa sekalian mengambil barang-barang serta beberapa novel kesayangannya di rumah Fitri.

Pakaian Alfin, sudah dibawakan oleh sang bunda tercintanya selepas membeli bahan untuk tasyakuran. Alfin duduk bersandar di ranjang tidur sambil mainkan ponselnya. Tak sengaja matanya menatap Syifa yang sudah tertidur pulas di sofa.

Entah dari kapan dirinya tertidur. Alfin lantas turun dari ranjang dan memindahkan Syifa dari sofa ke ranjang dengan hati-hati. Karena takut jika nanti Syifa terbangun.

Setelah memindahkan Syifa ke ranjang, Alfin duduk kembali di sebelah Syifa. Menatap istrinya yang sangat lucu saat tidur. Wajahnya yang putih, hidungnya yang sedikit mancung, dan rambut yang wangi. Alfin menyukai wangi yang menempel di rambut Syifa.

Entah berapa lama Alfin memandangi Syifa. Beberapa detik kemudian ... Cup Alfin mencium kening Istrinya dengan lembut. Alfin sangat bersyukur bisa memiliki Syifa sebagai istrinya. Takdir memang begitu. Jodoh mana ada yang tahu, hanya Allah yang tahu.

Kadang kala dipersatukan dengan orang tidak sama sekali dikenal, atau bahkan dikenal. Alfin segera menjemput Syifa di alam mimpi. Dirinya tidur di samping Syifa dengan tangannya yang memeluk pinggang Syifa.

***

Alfin terbangun di pukul tiga. Jadi sekalian dirinya salat tahajud. Saat ingin membangunkan Syifa, dirinya teringat kalau istrinya lagi berhalangan. Jadi dia urungkan niat untuk membangunkannya.

Setelah wudu, dirinya langsung salat. Ada banyak doa yang dia panjatkan terlebih untuk keharmonisan rumah tangganya. Entah kenapa dirinya ingin sekali cepat mempunyai anak dari Syifa.

Tapi Alfin sadar jika Syifa masih terlalu muda akan hal itu. Alfin juga harus memikirkan Syifa, dia enggak boleh egois. Lambat laun Syifa pasti akan mengerti dan akan memberikan Alfin hak.

Suara lantunan ayat suci yang dilantunkan oleh Alfin membuat Syifa terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjapkan-kerjap untuk melihat siapa yang tengah membacanya. Begitu dirinya bangun, ternyata itu suara Alfin suaminya.

Ma Sya Allah ... suara Mas merdu banget, aku jadi ingin tadarus bareng sama Mas. Tapi kan aku sekarang lagi berhalangan,  batin Syifa sedikit kecewa. Padahal kan masih ada hari esok.

“Sudah bangun?” tanya Alfin yang tak sengaja melihat ke arah Syifa yang sudah duduk di atas ranjang.

“Iya Mas. Hari ini jadi kan ke pantainya?” tanya Syifa dengan hati-hati. Entah mengapa Syifa merasa tak semangat untuk pergi, mungkin karena alasan lain. Padahal malam itu dirinya telah menyetujui ajakan ke pantai. Alfin jadi bingung sendiri pada istrinya.

“Kamu sudah enggak sabar ke pantai ya?” tanya Alfin. “Pukul setengah lima nanti kita berangkat,” lanjutnya saat melihat jam dinding.

Dengan senyum manis Syifa ke kamar mandi. Alfin yang melihat itu hanya tersenyum kecil lantas kembali melantunkan ayat suci Alquran. Beberapa menit kemudian Syifa sudah selesai mandi dengan berpakaian gamisnya dengan rambut yang masih basah habis keramas. Kebetulan dirinya sekarang hari terakhir datang bulan dan sudah waktunya untuk bersuci.

Setelah mengeringkan rambutnya, Syifa berjalan ke arah Alfin yang sedang membaca Alquran. Dirinya menemani Alfin membaca dengan kepalanya yang disandarkan ke bahu Alfin. Alfin yang melihat itu lantas bertanya ke Syifa.

“Kamu kenapa? Apa kurang enak badan? Kalau memang benar, kita urungkan ya ke pantainya."

“Enggak mau Mas, aku enggak apa. Mas enggak usah khawatir. Entah kenapa juga aku ingin berada di dekat Mas sekarang."

“Ya sudah kalau begitu, terserah kamu aja,” ucap Alfin sambil mengelus rambut Syifa dengan lembut. Syifa sekarang tahu kebiasaan dari suaminya itu sering mengelus kepalanya. Tapi dirinya tak masalah akan hal itu. Malah nyaman kalau digituin.

***

Alfin dan Syifa sudah bersiap ke pantai. Mereka pergi dengan menggunakan motor karena kemauan Syifa. Padahal sudah dilarang oleh bunda dan uminya. Tapi dirinya tetap kukuh menggunakan motor. Alhasil dengan berat hati Alfin menurutinya.

Padahal kalau naik motor itu akan capek, karena perjalanannya yang lumayan jauh. Mereka hanya pergi berdua. Awalnya Fajar ingin ikut dengan mengajak Anggra. Tapi tak jadi karena Anggra yang mendadak ada acara keluarga.

Soal Fajar, sekarang dirinya memang telah menjalin hubungan dengan Anggra. Semacam taaruf. Mungkin dalam waktu dekat ini Fajar akan melamar Anggra. Walau mereka sama-sama kuliah, tapi tak ada halangan untuk mereka menjalin hubungan. Anggra sendiri sudah bersedia. Karena kan kata pepatah mengatakan hal yang baik, mengapa terus ditunda?

Semua keluarga besar sudah pulang sejak subuh tadi. Karena mengingat rumah mereka pada jauh. Hingga di rumah Alfin ada Tiara saja hanya untuk menjaga rumah. Tadinya Fitri rencana juga akan menemani Tiara, tapi karena ada urusan mendesak, dirinya enggak bisa menemani. Dan pulang.

“Bun, kita berangkat ya,” ucap Alfin. “Assalamualaikum."

“Assalamualaikum Bun, aku sama Mas Alfin berangkat dulu,” pamit Syifa lantas menyalami mertuanya diikuti Alfin.

“Ingat, hati-hati. Alfin kamu bawa motornya jangan ngebut-ngebut loh, kasihan Syifa. Jaga dia, jangan sampai ada apa-apa."

“Iya Bun, aku akan menjaganya kok. Bunda enggak usah khawatir,” ujar Alfin sambil menaiki motor.

Beberapa saat kemudian mereka jalan. Entah membutuhkan waktu berapa jam, akhirnya sampai di pantai. Syifa sebenarnya senang bisa ke pantai lagi setelah beberapa tahun lalu. Dirinya rindu suasana seperti ini.

Apalagi saat menjelang senja. Tapi ... setiap Syifa ke pantai, dirinya selalu teringat beberapa waktu silam yang membuat sang umi dan juga dirinya trauma akan pantai. Alfin belum tahu akan hal ini karena Syifa belum memberitahukan. Sebenarnya Syifa dulu suka ke pantai, tapi untuk sekarang dirinya tak begitu menyukainya.

Waktu mendengar mau ke pantai, Fitri sempat melarang Syifa pergi ke sana. Dengan berbagai macam alasan. Tiara yang tahu itu berusaha untuk membuat Fitri mengerti. Dengan berat hati, Fitri menyetujui meski di hatinya tetap ada rasa khawatir pada putrinya itu.









Tunggu aja kelanjutan ceritanya ya reader. 😘😘 Jangan lupa komennya dan feednya. 😘😘

Feed kalian begitu berharga buat author nih, supaya tambah semangat lanjutin ceritanya. 😘

Assalamualaikum, Zauji (Terbit) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang