"Kehidupan pasti akan berubah layaknya pergerakan awan. Serta tak disangka jika suatu pertemuan besar bisa berakhir dengan sebuah kepahitan yang terus melandanya"
~ SyifaPernikahan Syifa dan Alfin memang tak ada resepsi. Sederhana namun tak mewah. Tapi di dalamnya mengandung kesan dan makna yang begitu dalam, sampai-sampai seperti menancap ke lubuk hati setiap orang.
Hari ini adalah hari pertama Syifa di mana kehidupan seorang istri harus dia jalani. Sangat sulit baginya menjalani semua ini. Di usianya yang terbilang muda, sudah menjalani kehidupan rumah tangga seperti orang dewasa. Seharusnya di umurnya yang segitu masih suka jalan-jalan atau sekadar main bersama teman, tapi apalah daya Syifa saat ini.
Syifa membantu uminya memasak di dapur. Begini-begini Syifa sudah jago masak, itu semua berkat uminya yang terus mengajari Syifa memasak. Dari kecil Syifa sendiri sangat tertarik dengan memasak. Maka tak lama membuatnya mengerti dan cepat bisa jika diajari memasak.
"Syifa, sajikan semua makanan di meja makan ya, lalu panggil Nak Alfin di kamar untuk sarapan," tukas Fitri yang langsung diangguki oleh Syifa.
Setelah beberapa makanan tersaji di meja makan, Syifa bergegas menuju kamarnya untuk memanggil Alfin. Saat tangannya membuka pintu kamar, tidak ada siapa pun di sana.
Ke mana Kak Alfin ya kok enggak ada? Batin Syifa mencari Alfin dengan matanya yang bergerak ke sana kemari.
Tak lama kemudian Syifa mendengar suara percikan air dalam kamar mandi. Kak Alfin masih mandi, aku tunggu aja deh, ucapnya dalam hati. Sambil menunggu Alfin selesai mandi, Syifa membaca novel di sofa kamarnya.
Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka, Syifa yakin itu Alfin yang baru saja selesai mandi.
"Kak Al, aaaa ...." Belum sempat Syifa memanggil Alfin, dirinya sudah teriak terlebih dahulu yang membuat Alfin seketika kaget akibat ulah teriakan istrinya ini.
"Eh-eh-eh jangan teriak. Syifa, kenapa kamu teriak? Tuh juga kenapa tutup mata?" Alfin yang melihat Syifa menatapnya dengan heran.
"Kakak cepat pakai baju." Sekarang dirinya mengerti kenapa istrinya berteriak. Ternyata cuma gara-gara melihatnya tidak memakai baju.
"Sudah-sudah, nih sudah pakai. Emangnya kenapa? 'kan kita sudah halal Syifa jadi enggak masalah kalau lihat." Alfin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Syifa kepadanya.
"Tapi aku kan belum terbiasa, Kak."
Alfin yang melihat istrinya menunduk mulai mendekati Syifa.
"Jangan sering menunduk, Syifa. Enggak apa-apa, kok," ucap Alfin sambil memegang kedua pipi Syifa yang saat ini sudah merah.
Syifa hanya bisa diam di tempat dengan kondisi jantungnya yang berdetak kencang. Dari luar terdengar suara ketukan pintu memanggil nama Syifa dengan khawatir.
"Syifa, kamu kenapa? Enggak apa-apa kan? Kenapa teriak?" tanya Fitri dari luar.
"Tahu nih, bikin kaget aja deh," sahut Fajar.
"Ah enggak apa-apa kok Umi, Kakak, habis ini aku turun dengan Kak Alfin."
"Iya sudah cepat turun, Abi sedang menunggu kalian di bawah."
"Iya Umi."
Di dalam kamar, Syifa segera keluar tapi tangannya di tahan oleh Alfin dan itu membuat Syifa semakin gugup.
"Sebentar." Alfin lantas mendekatkan wajahnya ke wajah Syifa, dan Syifa refleks menutup matanya.
Cup
Alfin mencium kening Syifa dengan lembut. Syifa tersentak kaget mendapat perlakuan manis dari Alfin yang kedua kalinya. Beberapa detik kemudian, Syifa langsung lari kecil menuju ruang makan. Dan Alfin hanya tersenyum melihat tingkah istrinya itu.
***
Tadinya Syifa minta diantar Alfin untuk belanja bulanan di Indomaret. Tapi saat di jalan, Fitria menelepon Syifa sambil menangis. Abinya masuk rumah sakit, dan Syifa tidak tahu apa yang terjadi pada sang abi. Syifa sangat cemas, dan menyuruh Alfin memutar balik mobilnya untuk ke rumah sakit.
"Kak, lebih cepat setirnya. Hiks ... hiks ... hiks." Sungguh, Syifa sangat khawatir sekarang.
"Iya, ini sudah cepat. Kita berdoa saja semoga Abi enggak kenapa-kenapa. Kamu yang tenang ya," tukas Alfin mencoba menenangkan istrinya yang tangisnya semakin menjadi.
Setibanya di rumah sakit, Syifa langsung berlari menemui uminya. Di sana sudah ada Fajar, Tiara, Arman, Jaka dan Zahra istrinya. Semua sudah berkumpul di rumah sakit. Alfin yang memberi tahu orang tuanya lewat telepon saat ada di perjalanan tadi. Kebetulan jarak antara rumah orang tua Alfin dan rumah sakit dekat. Jadi mereka sampai di sana terlebih dahulu.
"Umi, Abi bagaimana keadaannya? Aku mau menemui Abi di dalam, Umi."
"Abi sudah diperiksa oleh Dokter, Nak. Kamu di sini dulu ya."
Semua sedih melihat Syifa seperti ini. Alfin juga tak tega melihat istrinya seperti itu. Hingga dirinya mendekat ke arah Fitri dengan Syifa.
"Yang sabar Syifa, semua akan baik-baik saja."
Melihat Alfin ada di sebelahnya, Syifa melepaskan pelukan Fitri dan beralih memeluk sang suami. "Kakak ... hiks Abi hiks ... hiks," ucap Syifa di sela tangisnya.
"Yang tenang ya Sayang. Percayakan semua pada Allah, Abi pasti bakal kembali sembuh," tukas Alfin lantas mencium ubun-ubun Syifa yang masih dalam pelukannya.
Syifa semakin mengeratkan pelukannya pada Alfin. Dia sangat sedih, kenapa ini bisa terjadi pada Abi tercintanya? Kenapa juga ini harus terjadi padanya? Tak lama kemudian dokter keluar.
"Bagaimana keadaan Abi, Dok?"
"Keadaan pasien saat ini sedang kritis. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Hanya Allah yang akan menentukan kehidupan manusia. Banyak-banyak berdoa saja."
"Oh iya untuk salah satu keluarga pasien, ikut dengan saya karena ada yang mau dibicarakan." Dokter tersebut langsung meninggalkan tempat menuju ruangannya.
***
"Dok."
"Silakan duduk. Ada yang mau saya bicarakan dengan Anda. Pasien mengalami penyakit yang amat serius. Dan sekarang sudah di tahap akhir. Pak Azzam menderita penyakit kanker otak stadium akhir. Kemungkinan besar untuk kesembuhannya sangatlah tipis. Apa pun nanti yang terjadi, kami mohon agar keluarga bisa menerima dengan lapang dada dan serahkan semua pada yang Kuasa. Sebagai seorang dokter, saya cuma bisa berusaha semaksimal mungkin, hasilnya Allah yang menentukan."
Deg
Seperti disambar petir, bagaimana sang abi bisa menyembunyikan hal yang begitu besar ini? Apalagi ini soal penyakit. Alasannya apa? Fajar takut bagaimana reaksi Fitri saat mengetahui semua ini. Apa bakal menerima dengan ikhlas. Walau Fitri tergolong orang yang kuat, tapi untuk berita sebesar ini, apa nantinya juga akan kuat? Mau tak mau Fajar harus memberi tahu Fitri soal Azzam.
Haruslah kuat untuk menerima kenyataan ini. Soal Syifa, Fajar juga takut terjadi sesuatu pada adiknya saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada abinya itu.
Tunggu aja kelanjutan ceritanya ya reader. 😘😘 Jangan lupa komennya dan feednya. 😘😘
Feed kalian begitu berharga buat author nih, supaya tambah semangat lanjutin ceritanya. 😘
![](https://img.wattpad.com/cover/178474011-288-k937298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Zauji (Terbit) ✅
RomanceSUDAH TERBIT #Part masih lengkap Cinta memanglah indah, apalagi jika datangnya atas kehendak-Nya, pasti akan jauh lebih indah "Uhubbuki Fillah, Zaujati," ucap Alfin di sela pelukannya dengan Syifa, lantas mencium ubun-ubunnya. "Ahabballadzi ahbab...