7. Pelepasan Siswa-siswi kelas 12 (Selesai Revisi)

111 7 0
                                    

Hari ini merupakan hari di mana Fajar melepas masa MA-nya. Semua kelas XII sibuk dengan dirinya sendiri, termasuk juga dengan Fajar, yang mempersiapkan diri untuk wisuda.

Awalnya, Syifa sama Fitri dan Azzam dilarang ikut, disuruh jagain rumah. Tapi Syifa tak mau dan dia bersih keras untuk ikut, alhasil mereka mengizinkannya untuk ikut.

Kami berangkat lebih awal karena itu, bisa duduk di depan. Saat Syifa melihat ke sana ke mari, dia terkejut karena ada dia di sini. Aku baru sadar, kalau dia OSIS, pantesan hadir. Tapi, yang bikin aku heran, kenapa enggak memakai jas? Juga kenapa pakai baju kokoh warna putih dengan kopyah putih?

Syifa melamun sambil senyum-senyum sendiri. Sampai-sampai Fitri mengagetkannya. "Nak, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Fitri pada Syifa. Syifa langsung tersadar dari lamunannya.

"Eh Umi, siapa yang senyum-senyum sendiri? nggak kok Mi, mungkin Umi salah lihat, kali." Syifa merasa salah tingkah karena kepergok Fitri, beliau tak boleh tahu soal ini.

"Jangan gitu, dilihatin orang, dikira kamu kenapa, lagi," tutur Fitri pada Syifa.

"Iya Umi."

Haduh, kenapa tadi aku bisa ngelamunin dia sih, kalau udah gini 'kan aku yang malu, ingat Syifa kamu itu enggak boleh kayak ini, harus jaga pandangan, dan enggak memikirkan seseorang yang belum halal, dosa nantinya, ucapnya dalam hati.

Surah An-Nuur ayat 30-31
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْۚذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْۗإِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚوَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nuur: 30-31)

"Hai, Fa," sapa Anggra yang datang dengan bundanya.

"Eh Anggra, duduk sini," ucap Syifa sambil mencium tangan bunda Anggra. Anggra juga memiliki Kakak kelas XII, yang kebetulan 1 kelas dengan Fajar.

Tak lama kemudian, acara dimulai, terdengar MC membacakan agenda acara. Saat acara pertama berlangsung, deg itu yang aku rasakan. Bagaimana tidak, kalau yang qiraah itu Alif. Ma Sya Allah ... suaranya bikin tenang dan tenteram. Ayat demi ayat dilantunkan dengan merdu. Syifa mendengarkannya sambil memejamkan mata.

Indah ... Itu yang Syifa ucapkan dalam hati.

"Ciee ... Syifa ... em ... kayaknya ada yang lagi berbunga-bunga nih," bisik Anggra pada Syifa.

"Ih ... apaan sih kamu." Syifa sangat kesal dengan Anggra saat ini. Bagaimana tidak, dia sungguh tidak tahu suasana sekitar bagaimana.

"Loh Nak Syifa kok mukanya merah, kenapa?" tanya Bunda Anggra.

"Kamu sakit, Nak? Kok kamu enggak bilang sih ke Umi, tahu gitu Umi tadi enggak memaksa kamu buat ikut," sesal Fitri padanya. Ini gara-gara Anggra, jadinya Syifa sendiri yang malu.

"Eh enggak kok, Umi, Tante, aku  enggak papa. Aku enggak sakit."

"Terus kenapa kok muka kamu merah gitu?" Umi terlihat penasaran.

Aduh bagaimana ini, enggak mungkin 'kan aku jujur, nantinya uminya bakalan kepikiran lagi, apalagi aku sudah dijodohin sama Kak Alfin,

"Syifa lagi kasmaran Umi, tadi aja senyum-senyum sendiri," ucap Anggra, Syifa menyenggol lengannya.

"Eh, Anggra, jangan ngomong gitu dong, di depan Umi, 'kan Umi enggak tahu soal Alif, dan juga aku sudah dijodohin dengan Kak Alfin. Ah kamu mah ... Aku enggak mau bikin Umi sedih, aku juga enggak mau Umi nanti berpikir kalau aku menerima perjodohan ini dengan terpaksa," bisik Syifa pada Anggra.

"Aduh, bagaimana nih, Fa?" Anggra bingung, bagaimana tidak tadi dia sudah terlanjur ngomong kalau Syifa lagi jatuh cinta.

"Sudah-sudah, kamu diam aja, biar aku yang jawab!"

"Ah enggak kok Umi, enggak papa. Aku cuma gerah aja," elak Syifa. Emang benar, wajah Syifa merah juga bisa dikatakan karena gerah.

Untung saja Fitri percaya dengannya. Acara demi acara terlaksana dengan baik.



Jangan lupa votenya 😁 dan juga Follow ya kak 🤭😁

Assalamualaikum, Zauji (Terbit) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang