Seorang perempuan, tampak berlari ditengah-tengah guyuran hujan.
Ia berlari dari kejaran seseorang yang mengincarnya dan hendak membunuhnya kalau saja ia tak segera kabur.
Gadis itu berlari tertatih-tatih dengan deraian air mata memenuhi pelupuk mata yang berwarna kuning ember itu.
Ia berlari meninggalkan orang yang ia sayang, orang yang mengorbankan nyawanya sendiri demi dia.
Orang yang sudah ia anggap sebagai abang sendiri.
Ia sesak, ia bodoh, ia lemah, ia menangis sembari mengingat kejadian dimana pembunuhan dan pemberantasan itu terjadi.
Abangnya dijebak, ia memiliki 5 abang angkat yang sudah ia anggap sendiri sebagai abang kandungnya sendiri.
Dan bodohnya ia tak bisa membantu abangnya sama sekali, ia selalu berpikir dan merutuki kebodohannya dan kelemahannya.
Ia berlari, berusaha melewati guyuran hujan yang membuat darahnya semakin turun, kini darahnya sudah bercambur dengan air hujan.
Tak peduli dengan seberapa perih lukanya akibat luka yang bertemu dengan air hujan.
Yang ia pikirkan ia harus selamat, lalu ia akan kembali lagi untuk menjemput abangnya.
Gadis itu bersembunyi dibalik pohon besar yang didukung oleh semak-semak belukar.
Menutupi tubuh kecilnya dengan batang besar itu dan lebatnya semak itu.
Ia berusaha untuk menahan nafasnya yang tersengal karena berlari.
Tepat saat ia menutup mulutnya dengan tangan kanan nya, penjahat itu berhenti sebentar didepan semak persembunyian gadis itu, lalu penjahat itu berlanjut lari kedepan.
∆~∆
Suara helaan nafas terdengar lega disela-sela hujan yang mengguyur deras dihutan lebat itu.
Gadis itu perlahan bangkit dan keluar dari persembunyiannya menuju kearah berlawanan dari sang penjahat.
Gadis itu menemui abangnya.
Setelah sampai dijalan raya yang dekat dengan hutan tempat ia dikejar oleh penjahat.
Ia kembali menangis deras sekali melihat bagaimana keadaan.
Kelima abangnya tergeletak tak berdaya ditengah-tengah jalan raya.
Jarang ada lalu lintas karena ditempat ini dekat dengan hutan ditambah ini sudah pertengahan malam.
Perlahan tapi pasti gadis itu menyeret pelan langkahnya menghampiri kelima abangnya.
"Hiks hiks.. a-abang.." ucapnya dengan suara bergetar penuh kesedihan yang mendalam.
Ia berjongkok memegang perlahan abang yang selama ini merawatnya, dan mau berbagi kebahagiaan bersamanya.
"Abang gaga hikss.. wake up pliss hikss hikss" tangisan gadis itu kian pecah hujan yang tadinya mengguyur deras kali ini bahkan lebih deras lagi.
Seakan mengerti bagaimana perasaan gadis yang tengah bersimpuh sembari menahan kepala abangnya tepat dipahanya.
Tangannya ia buat untuk menutupi wajah abangnya yang terkena deras hujan, dan tangan kirinya walau sakit tapi ia tetap menahannya, ia gunakan untuk melindungi luka abangnya yang tepat berada di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angel Key (Hiatus)
Teen FictionHello... Ini fiks cerita gue sendiri ya.. Don't plagiatt.. Cobalah kreatif sendiri.. Bagi plagiat.. saya ingatkan kalau lo lupa... "Anda punya otak maka gunakan lah!.." Okay kan👌... Jangan lupa vote, comment and follow me okay..👏👏👍. -_-------_...